Friday, May 1, 2015

Pilihan Hati (Part 17)

Part 17

5 Tahun Kemudian......
Sesosok laki-laki dengan gaya rambut Faux-Hawk dan mengenakan kemeja casual berwarna Saddle Brown menarik kopernya di sepanjang selasar terminal kedatangan Internasional Bandara Soekarna Hatta. Dengan kacamata mata hitam yang dikenakannya, Ia tampak seperti model papan atas yang membuat para wanita meliriknya. Apalagi wajahnya yang manis dan postur tubuh yang mendukung, melengkapi kesempurnaan fisik yang dimilikinya.
Laki-laki itu melangkah dengan tegap mencari supir yang diutus orang tuanya untuk menjemputnya. Dengan tak mengacuhkan tatapan-tatapan terpesona gadis-gadis di sekitarnya, pemuda itu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru selasar bandara yang dapat dijangkau matanya.
Ketika Ia menoleh ke arah belakang, pandangannya terhenti di satu titik. Ia melepaskan kaca mata hitamnya untuk mempertajam pengelihatannya. Matanya menyipit memastikan sosok yang berdiri tak jauhnya itu. Seketika jantungnya berdebar cepat melihat sosok itu. Sosok yang menjadi alasan Ia kembali menginjakan kaki di Indonesia.
*****

"Baju udah kebawa semua kan? Dompet? Handphone? Power Bank? Charger? Laptop?"
"Udah, Fy..."
"Bagus. Nanti kalau udah nyampe di sana langsung telpon gue ya? Kalau udah ganti nomor langsung kasih tau gue. Terus kalau..."
"Cerewet banget sih. Iya oma..."
"Oma?! Masa muka seimut ini dipanggil oma?! Kak Gabriel jahat!"
"Habisnya cerewet kaya oma-oma."
Ify mengerucutkan bibirnya sambil melipat kedua tangannya di dada. Tak terima dibilang mirip dengan oma-oma. Gabriel tertawa melihat tingkah Ify. Gemas, Iapun mengacak rambut Ify.
"Kak Gabrieeeeel!!!!" kesal Ify sambil merapikan kembali rambutnya.
"Pasti nanti gue kabarin kok, Fy. Tenang aja."
"Jangan lupa ya ceritain gimana kerennya Oxvord. Gimana mahasiswa-mahasiswinya. Kalo punya temen ganteng, kenalin ke gue ya?" Ify menyeringai.
"Dasar lo!"
Tak lama terdengar panggilan bahwa pesawat yang Gabriel tumpangi akan segera berangkat. Gabrielpun berpamitan pada Ify.
"Gue berangkat dulu ya, Fy. Jaga diri baik-baik di sini."
"Iya, Kak Gabriel. Lo hati-hati ya," Ifypun memeluk Gabriel untuk yang terakhir sebelum Gabriel pergi untuk melanjutkan pendidikannya. Setelah puas berpamitan, Gabrielpun melangkah masuk ke dalam bandara dengan sedikit terburu-buru karena takut tertinggal.
Gabriel akan melanjutkan S2nya di Oxvord University di London. Selang beberapa waktu setelah Ify memutuskan hubungan mereka, hubungan ayah Gabriel dan Gabriel semakin membaik dengan sadarnya ayah Gabriel bahwa cinta tak dapat dipaksakan. Dan kini ayah Gabriel dipindah tugaskan ke London dan kebetulan Gabriel yang memang mengimpikan dapat menuntut ilmu di Universitas bergengsi itu diterima setelah mengikuti test seleksi.
Semenjak mereka tak lagi menyandang status sebagai sepasang kekasih, hubungan mereka tidaklah buruk seperti kebanyakan mantan kekasih yang lainnya. Mereka tetap berteman, malah bersaudara. Gabriel mengganggap Ify adiknya dan Ify mengganggap Gabriel kakaknya. Meskipun awalnya berat bagi Gabriel untuk mengubah perasaan sayangnya menjadi bentuk sayang terhadap adik, namun akhirnya berhasil juga.
Ify menghembuskan nafas lalu berbalik hendak kembali ke parkiran dan pulang ke rumah. Namun langkahnya terhenti karena seseorang berdiri di hadapannya, seperti mencegat langkahnya. Sesaat Ify terdiam dan berdiri terpaku. Namun tak lama matanya membalalak menyadari sosok tinggi yang berdiri di hadapannya.
"Ify...."
"Kak Rio...."
*****

Ify membungkukan tubuhnya dengan tangan memegang lututnya. Berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah.
"Nih."
"Makasih, Kak."
Ify menerima air mineral yang diberikan oleh Rio. Iapun kembali menegakan tubuhnya lalu membuka botol itu dan meneguknya. Ify memang merasakan haus yang teramat sangat. Ia baru saja bertanding basket dengan Rio satu setengah jam penuh tanpa istirahat. Melawan matahari siang yang dengan semangatnya menyinari bumi.
Ify melangkah ke tepi lapangan yang berada tak jauh dari komplek perumahannya itu lalu menjatuhkan diri di kursi yang terbuat dari batu yang memang tersedia di sana. Rio mengikuti Ify, lalu duduk di sebelahnya. Mereka selalu bermain basket bersama. Menghabiskan waktu berdua dengan cara mereka sendiri.
Ify menoleh ke sebelah kirinya karena Ia merasa diperhatikan. Dan benar saja, Ia mendapati Rio tengah menatapnya. Dan ketika matanya menatap tepat pada manik mata Rio, debaran itu kembali dirasakannya. Debaran itu masih sama. Meskipun kini mereka sudah saling memiliki dan terikat dalam sebuah status, namun debaran itu tidak berubah sama sekali.
Rio menarik kedua tepi bibirnya, membentuk sebuah senyuman menawan yang selalu berhasil meluluhlantahkan hati Ify. Ifypun membalas senyuman Rio.
Beberapa hari setelah Ify bertemu dengan Rio di bandara, mereka membuat janji untuk bertemu. Dalam pertemuan itu, mereka sama-sama mengungkapkan rasa yang mengganggu selama lebih dari lima tahun ini. Rindu. Dan saling merindukan, membuat mereka mengerti bahwa sebuah perasaan yang pernah mereka ingkari dulu ternyata masih tertanam di dalam hati. Saling merasakan rindu membuat keduanya yakin, bahwa perasaan itu ada, masih ada, dan tetap ada di dalam hati. Cinta.
Rio menyentuh telapak tangan Ify tanpa mengalihkan pandangannya dari mata indah milik gadisnya itu. Lalu menautkan jarinya di antara jemari Ify. Dengan senyum yang semakin mengembang di wajah keduanya, mereka saling mengungkapkan perasaan menggebu-gebu yang tengah dirasakan keduanya. Menjelaskannya melalui sentuhan lembut. Betapa mereka saling menyayangi. Dan betapa mereka tak ingin perasaan indah ini berubah termakan waktu.
Rio bangkit berdiri tanpa melepaskan genggamannya. Membuat Ify ikut berdiri. Merekapun melangkah pergi dari lapangan untuk berkeliling di taman. Dan ingin menunjukan pada dunia bahwa mereka memiliki rasa yang sama. Cinta.
Mereka masih bersenda gurau sebelum seseorang berpenampilan acak-acakan muncul di hadapan mereka berdua. Membuat keduanya berhenti dan terdiam sejenak. Lalu keduanya saling menatap.
"Shilla?" gumam keduanya bersamaan.
"Cincin gue baguskan?" tanya Shilla sambil menunjukan karet gelang yang dililitkannya di jari manisnya. Keduanya mengerutkan kening lalu menatap Shilla dari atas sampai bawah.
"Gelang gue juga baguskan? Baju gue? Sepatu gue? Semuanya limited edition yang diimport langsung dari Jerman loh. Haha."
Ify dan Rio kembali saling menatap. Bingung. Ada apa dengan Shilla? Rambutnya berantakan. Bajunya compang-camping. Kulitnya gosong terbakar sinar matahari. Dan Shilla tak mengenakan alas kaki apapun.
Tiba-tiba seseorang yang mengenakan jas putih menghampiri mereka dengan kedua laki-laki yang juga memakai pakaian putih yang mengikuti di belakangnya.
"Maaf mas, mbak. Kami dari rumah sakit jiwa ingin membawa Shilla kembali ke rumah sakit," ujar laki-laki yang mengenakan jas putih.
"Rumah sakit jiwa?!!" seru Rio dan Ify terkejut.
"Iya. Dia ini salah satu pasien kami. Shilla menderita gangguan jiwa setelah mengetahui ayahnya bangkrut dan seluruh hartanya disita bank untuk melunasi semua hutang," Ify dan Rio membelalakan matanya tak percaya.
Kedua laki-laki yang ternyata petugas rumah sakit jiwa itu mencengkram kedua tangan Shilla yang langsung berontak.
"Lepasiiiin!!!! Iiiih lepasin!!! Guekan mau shopping! Mau beli dress keluaran terbaru. Lepasiiiin! Lepasiiiiin....," Shillapun berontak dan menangis.
"Maaf mas, mbak. Kami harus kembali ke rumah sakit. Permisi."
"Oh iya, Pak. Silahkan."
Setelah memberikan senyum pada Ify dan Rio, merekapun pergi dengan membawa Shilla. Ify dan Rio saling bertatapan lalu sama-sama mengangkat kedua bahu mereka. Setelah itu mereka berdua tertawa bersama.
Rio merangkul bahu Ify dan mereka berduapun melanjutkan kembali langkah mereka yang sempat terhenti tadi dengan tawa bahagia. Bahagia karena ternyata takdir menuliskan cerita yang indah untuk mereka.
Ify. Alasan Rio pergi dari tanah kelahirannya, namun juga alasannnya kembali. Meskipun berniat ingin menghapus gadis itu dari hidupnya, nyatanya Tuhan menuliskan cerita lain yang ternyata jauh lebih indah dari yang pernah dibayangkannya. Gadis itu masih menyimpan perasaan yang sama sepertinya selama lima tahun ini. Dan Ify, gadis pertama yang selalu membuatnya tak mengerti, apa yang telah terjadi dengan hatinya.
Rio. Sesosok malaikat tanpa sayap yang Tuhan kirimkan untuk menemani setiap langkah di perjalanan hidup Ify. Sesosok bintang yang selalu menemani setiap malamnya yang gelap. Dan sesosok laki-laki yang mampu membuatnya mengerti, bahwa cinta adalah pilihan. Pilihan yang harus diperjuangkan. Pilihan yang harus dipertanggungjawabkan. Karena jika cinta salah mengambil langkah, maka luka takkan pernah menjauh darinya. Namun lukalah yang membuatnya memahami, bahwa Rio lebih berharga dari berlian manapun.
Dan pilihan itu kini yang mempersatukan dua hati yang pernah saling terpisah dulu. Menautkan dua rasa yang akhirnya berbaur menjadi satu dalam sebuah ikatan. Ikatan awal yang kelak akan mengantarkan mereka ke sebuah ikatan sakral dengan janji di hadapan Yang Maha Kuasa.
Dan mereka akan selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik untuk satu sama lain. Mereka akan terus berusaha menjaga kehangatan ini, menjaga cinta mereka. Mereka selalu berharap, bahwa mereka memang diciptakan untuk dipersatukan, untuk selalu bersama, sampai kapanpun .
*****


2 comments:

  1. ini blm end kan kaak? Aduh jgn end dooong. kalo bisa postnya jgn satusatu kak heheh penasaran bgttt

    ReplyDelete
  2. hwaaaaaaaa...... kenapa gak ada acara penembakan.. engg agak kurang wkwk

    ReplyDelete