Part 17
5 Tahun Kemudian......
Sesosok
laki-laki dengan gaya rambut Faux-Hawk
dan mengenakan kemeja casual berwarna
Saddle Brown menarik kopernya di
sepanjang selasar terminal kedatangan Internasional Bandara Soekarna Hatta.
Dengan kacamata mata hitam yang dikenakannya, Ia tampak seperti model papan
atas yang membuat para wanita meliriknya. Apalagi wajahnya yang manis dan
postur tubuh yang mendukung, melengkapi kesempurnaan fisik yang dimilikinya.
Laki-laki
itu melangkah dengan tegap mencari supir yang diutus orang tuanya untuk
menjemputnya. Dengan tak mengacuhkan tatapan-tatapan terpesona gadis-gadis di
sekitarnya, pemuda itu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru selasar
bandara yang dapat dijangkau matanya.
Ketika
Ia menoleh ke arah belakang, pandangannya terhenti di satu titik. Ia melepaskan
kaca mata hitamnya untuk mempertajam pengelihatannya. Matanya menyipit
memastikan sosok yang berdiri tak jauhnya itu. Seketika jantungnya berdebar
cepat melihat sosok itu. Sosok yang menjadi alasan Ia kembali menginjakan kaki
di Indonesia.
*****
"Baju
udah kebawa semua kan? Dompet? Handphone?
Power Bank? Charger? Laptop?"
"Udah,
Fy..."
"Bagus.
Nanti kalau udah nyampe di sana langsung telpon gue ya? Kalau udah ganti nomor
langsung kasih tau gue. Terus kalau..."
"Cerewet
banget sih. Iya oma..."
"Oma?!
Masa muka seimut ini dipanggil oma?! Kak Gabriel jahat!"
"Habisnya
cerewet kaya oma-oma."
Ify
mengerucutkan bibirnya sambil melipat kedua tangannya di dada. Tak terima
dibilang mirip dengan oma-oma. Gabriel
tertawa melihat tingkah Ify. Gemas, Iapun mengacak rambut Ify.
"Kak Gabrieeeeel!!!!" kesal
Ify sambil merapikan kembali rambutnya.
"Pasti
nanti gue kabarin kok, Fy. Tenang aja."
"Jangan
lupa ya ceritain gimana kerennya Oxvord. Gimana mahasiswa-mahasiswinya. Kalo
punya temen ganteng, kenalin ke gue ya?" Ify menyeringai.
"Dasar
lo!"
Tak
lama terdengar panggilan bahwa pesawat yang Gabriel tumpangi akan segera berangkat. Gabrielpun berpamitan pada Ify.
"Gue
berangkat dulu ya, Fy. Jaga diri baik-baik di sini."
"Iya,
Kak Gabriel. Lo hati-hati ya," Ifypun memeluk Gabriel untuk yang terakhir sebelum Gabriel pergi untuk melanjutkan
pendidikannya. Setelah puas berpamitan, Gabrielpun melangkah masuk ke dalam bandara dengan sedikit terburu-buru
karena takut tertinggal.
Gabriel akan melanjutkan S2nya di Oxvord
University di London. Selang beberapa waktu setelah Ify memutuskan hubungan
mereka, hubungan ayah Gabriel
dan Gabriel semakin membaik dengan
sadarnya ayah Gabriel
bahwa cinta tak dapat dipaksakan. Dan kini ayah Gabriel dipindah tugaskan ke London dan
kebetulan Gabriel
yang memang mengimpikan dapat menuntut ilmu di Universitas bergengsi itu
diterima setelah mengikuti test seleksi.
Semenjak
mereka tak lagi menyandang status sebagai sepasang kekasih, hubungan mereka
tidaklah buruk seperti kebanyakan mantan kekasih yang lainnya. Mereka tetap
berteman, malah bersaudara. Gabriel
mengganggap Ify adiknya dan Ify mengganggap Gabriel kakaknya. Meskipun awalnya berat
bagi Gabriel untuk mengubah
perasaan sayangnya menjadi bentuk sayang terhadap adik, namun akhirnya berhasil
juga.
Ify
menghembuskan nafas lalu berbalik hendak kembali ke parkiran dan pulang ke
rumah. Namun langkahnya terhenti karena seseorang berdiri di hadapannya,
seperti mencegat langkahnya. Sesaat Ify terdiam dan berdiri terpaku. Namun tak
lama matanya membalalak menyadari sosok tinggi yang berdiri di hadapannya.
"Ify...."
"Kak
Rio...."
*****
Ify
membungkukan tubuhnya dengan tangan memegang lututnya. Berusaha mengatur
nafasnya yang terengah-engah.
"Nih."
"Makasih,
Kak."
Ify
menerima air mineral yang diberikan oleh Rio. Iapun kembali menegakan tubuhnya
lalu membuka botol itu dan meneguknya. Ify memang merasakan haus yang teramat
sangat. Ia baru saja bertanding basket dengan Rio satu setengah jam penuh tanpa
istirahat. Melawan matahari siang yang dengan semangatnya menyinari bumi.
Ify
melangkah ke tepi lapangan yang berada tak jauh dari komplek perumahannya itu
lalu menjatuhkan diri di kursi yang terbuat dari batu yang memang tersedia di
sana. Rio mengikuti Ify, lalu duduk di sebelahnya. Mereka selalu bermain basket
bersama. Menghabiskan waktu
berdua dengan cara mereka sendiri.
Ify
menoleh ke sebelah kirinya karena Ia merasa diperhatikan. Dan benar saja, Ia
mendapati Rio tengah menatapnya. Dan ketika matanya menatap tepat pada manik
mata Rio, debaran itu kembali dirasakannya. Debaran itu masih sama. Meskipun
kini mereka sudah saling memiliki dan terikat dalam sebuah status, namun
debaran itu tidak berubah sama sekali.
Rio
menarik kedua tepi bibirnya, membentuk sebuah senyuman menawan yang selalu
berhasil meluluhlantahkan hati Ify. Ifypun membalas senyuman Rio.
Beberapa
hari setelah Ify bertemu dengan Rio di bandara, mereka membuat janji untuk
bertemu. Dalam pertemuan itu, mereka sama-sama mengungkapkan rasa yang
mengganggu selama lebih dari lima
tahun ini. Rindu. Dan saling merindukan, membuat mereka mengerti bahwa sebuah
perasaan yang pernah mereka ingkari dulu ternyata masih tertanam di dalam hati.
Saling merasakan rindu membuat keduanya yakin, bahwa perasaan itu ada, masih
ada, dan tetap ada di dalam hati. Cinta.
Rio
menyentuh telapak tangan Ify tanpa mengalihkan pandangannya dari mata indah
milik gadisnya itu. Lalu menautkan jarinya di antara jemari Ify. Dengan senyum
yang semakin mengembang di wajah keduanya, mereka saling mengungkapkan perasaan
menggebu-gebu yang tengah dirasakan keduanya. Menjelaskannya melalui sentuhan
lembut. Betapa mereka saling menyayangi. Dan betapa mereka tak ingin perasaan indah
ini berubah termakan waktu.
Rio
bangkit berdiri tanpa melepaskan genggamannya. Membuat Ify ikut berdiri.
Merekapun melangkah pergi dari lapangan untuk berkeliling di taman. Dan ingin
menunjukan pada dunia bahwa mereka memiliki rasa yang sama. Cinta.
Mereka
masih bersenda gurau sebelum seseorang berpenampilan acak-acakan muncul di
hadapan mereka berdua. Membuat keduanya berhenti dan terdiam sejenak. Lalu
keduanya saling menatap.
"Shilla?" gumam keduanya bersamaan.
"Cincin
gue baguskan?" tanya
Shilla sambil menunjukan karet gelang yang dililitkannya di jari manisnya.
Keduanya mengerutkan kening lalu menatap Shilla dari atas sampai bawah.
"Gelang
gue juga baguskan? Baju gue? Sepatu gue? Semuanya limited edition yang diimport
langsung dari Jerman loh. Haha."
Ify
dan Rio kembali saling menatap. Bingung. Ada apa dengan Shilla? Rambutnya
berantakan. Bajunya compang-camping. Kulitnya gosong terbakar sinar matahari.
Dan Shilla tak mengenakan alas kaki apapun.
Tiba-tiba
seseorang yang mengenakan jas putih menghampiri mereka dengan kedua laki-laki
yang juga memakai pakaian putih
yang mengikuti di belakangnya.
"Maaf
mas, mbak. Kami dari rumah sakit jiwa ingin membawa Shilla kembali ke rumah
sakit," ujar laki-laki yang mengenakan jas
putih.
"Rumah
sakit jiwa?!!" seru
Rio dan Ify terkejut.
"Iya.
Dia ini salah satu pasien kami. Shilla menderita gangguan jiwa setelah
mengetahui ayahnya bangkrut dan seluruh hartanya disita bank untuk melunasi
semua hutang,"
Ify dan Rio membelalakan matanya tak percaya.
Kedua
laki-laki yang ternyata petugas rumah sakit jiwa itu mencengkram kedua tangan Shilla
yang langsung berontak.
"Lepasiiiin!!!!
Iiiih lepasin!!! Guekan mau shopping!
Mau beli dress keluaran terbaru.
Lepasiiiin! Lepasiiiiin....,"
Shillapun berontak dan menangis.
"Maaf
mas, mbak. Kami harus kembali ke rumah sakit. Permisi."
"Oh
iya, Pak. Silahkan."
Setelah
memberikan senyum pada Ify dan Rio, merekapun pergi dengan membawa Shilla. Ify
dan Rio saling bertatapan lalu sama-sama mengangkat kedua bahu mereka. Setelah
itu mereka berdua tertawa bersama.
Rio
merangkul bahu Ify dan mereka berduapun melanjutkan kembali langkah mereka yang
sempat terhenti tadi dengan tawa bahagia. Bahagia karena ternyata takdir
menuliskan cerita yang indah untuk mereka.
Ify.
Alasan Rio pergi dari tanah kelahirannya, namun juga alasannnya kembali.
Meskipun berniat ingin menghapus gadis itu dari hidupnya, nyatanya Tuhan
menuliskan cerita lain yang ternyata jauh lebih indah dari yang pernah
dibayangkannya. Gadis itu masih menyimpan perasaan yang sama sepertinya selama lima tahun ini. Dan Ify, gadis pertama
yang selalu membuatnya tak mengerti, apa yang telah terjadi dengan hatinya.
Rio.
Sesosok malaikat tanpa sayap yang Tuhan kirimkan untuk menemani setiap langkah
di perjalanan hidup Ify.
Sesosok bintang yang selalu menemani setiap malamnya yang gelap. Dan sesosok
laki-laki yang mampu membuatnya mengerti, bahwa cinta adalah pilihan. Pilihan
yang harus diperjuangkan. Pilihan yang harus dipertanggungjawabkan. Karena jika
cinta salah mengambil langkah, maka luka takkan pernah menjauh darinya. Namun
lukalah yang membuatnya memahami, bahwa Rio lebih berharga dari berlian
manapun.
Dan
pilihan itu kini yang mempersatukan dua hati yang pernah saling terpisah dulu.
Menautkan dua rasa yang akhirnya berbaur menjadi satu dalam sebuah ikatan.
Ikatan awal yang kelak akan mengantarkan mereka ke sebuah ikatan sakral dengan
janji di hadapan Yang Maha Kuasa.
Dan
mereka akan selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik untuk satu sama lain. Mereka akan terus berusaha menjaga kehangatan ini, menjaga
cinta mereka. Mereka selalu
berharap, bahwa mereka memang
diciptakan untuk dipersatukan, untuk selalu bersama,
sampai kapanpun .
*****
ini blm end kan kaak? Aduh jgn end dooong. kalo bisa postnya jgn satusatu kak heheh penasaran bgttt
ReplyDeletehwaaaaaaaa...... kenapa gak ada acara penembakan.. engg agak kurang wkwk
ReplyDelete