Wednesday, May 2, 2012

Indah

Tangis itu takkan berarti, jika senyumnya menghias hati
Luka itu tiada arti, jika dia lukiskan tawa
Sakit itu takkan berharga, jika peluknya menghangatkan jiwa

Dalam doa ku sebut namanya
Berharap aku dapat memeluk raganya
Mengetuk pintu hatinya
Menyentuh dasar cintanya

Indah, seperti langit melukiskan senja
Sempurna, seperti bintang terangi malam

Rasa ku untuknya tak terungkap
Cinta ku padanya tak terjelaskan
Yang aku tau, dia indah di hatiku

Angin, sampaikan padanya
Satu nada yang berisi ungkapan hati
Satu hati yang berisi cinta untuknya
Dan katakan padanya
Cinta ini hanya untuknya
Karna ia, takkan terganti

Tuesday, May 1, 2012

DIA

DIA

Dia…
Aku tak tau bagaimana harus mendeskripsikan sosok indah itu. Sosok yang hampir sempurna di mataku, di mata hatiku.
Dia…
Aku mencintainya, hanya dia.
***
Awan hitam memayungi kota Jakarta siang ini. Semilir angin menyelimuti kota berpenduduk padat ini. Membuat hawa dingin memeluk warga kota metropolitan ini. Sebagian besar adalah mereka yang sedang melakukan kegiatan di luar rumah.

Termasuk aku yang saat ini baru saja keluar dari sekolah dan ingin segera pulang menuju rumah untuk segera melepas lelah dan penat setelah seharian mengikuti pelajaran yang begitu membosankan di sekolah. Namun sayang sekali, hujan yang mengguyur terpaksa membuat ku berhenti melangkah dan memaksaku untuk meneduh dahulu di sebuah halte sampai hujan sedikit reda.

Hujan yang turun membuatku hanyut ke dalam suasananya. Sambil mengeringkan baju kemejaku yang sedikit basah karena tadi sempat terguyur hujan, aku memandang hujan dengan hati yang tiba-tiba saja berdegup dengan sangat kencang. Ah, aku merindukan suasana seperti ini.
***

Pernahkah kamu merasakan, sesaknya rindu yang tak terbalas?
Pernahkah kamu merasakan, sakitnya rasa yang tak terungkap?
***

Satu rasa yang menghias hati
Satu rindu yang selalu menggerayangi hati
Kamu…

Taukah bagaimana aku menginginkanmu?
Taukah bagaimana aku mendambamu?

Aku dan kamu
Satu cerita yang akan segera dimulai
Satu kisah yang takkan berakhir

Aku dan kamu
Kita…

Aku membaca ulang rentetan kata yang ditulisnya menjadi sebuah surat. Hatiku tergelitik. Seperti ada jutaan kupu-kupu yang menari di dalam perutku. Senyumku mengembang kala membacanya.

Aku tak pernah menyangka, dia merasakan apa yang aku rasakan selama ini. Perasaan yang selalu aku pendam dan aku simpan baik-baik ini ternyata terbalaskan. Dan dia mengungkapkannya melalui puisi ini.

“Cieee cieee Ify ditembak pake puisi….”

“Cieeee yang dapet surat cintaa cieee..”

Kedua temanku menggodaku membuat senyumku menjadi lebih mengembang lagi.

“Apaan sih kaliaan???” elakku malu.

“Dih mukanya merah tuh ah hahaha”

“Iya tuh Fy, muka lo merah.. hahay”

Aku menjawab langsung suratnya. Ku temui ia di taman sekolah pulang sekolah. Dengan satu kalimat yang ku ucapkan,

“Iya, gue mau jadi pacar lo, Mario!”

kamipun akhirnya resmi menjadi sepasang kekasih. Semudah itu. Sesimple itu.
***

Meski waktu akan mampu
Memanggil seluruh ragaku
Ku ingin kau tau ku slalu milikmu
Yang mencintaimu
Spanjang hidupku

Ia menyanyikannya sambil memetik gitarnya. Aku merinding dibuatnya. Suaranya benar-benar menggetarkan jiwa. Menyentuh hingga ke relung hatiku. Aku tak menyangka ia bisa bermain musik seindah ini.

Aku tersenyum tulus, sangat tulus. Aku persembahkan hanya untuknya. Ia membalas senyumku lalu mengacak poniku.

“Makasih ya sayang lagunya,” ujarku tulus, terharu.

“Sama-sama sayangku. Gantian dong kamu yang mainin satu lagu buat aku!” pintanya seraya menyerahkan gitar yang ia pegang tadi padaku. Aku mengangguk lalu menerima gitarnya.

“Buat Mario Haling, pacarku tercinta,”

Ia tersenyum mendengar ucapanku. Ku petik gitar itu. Ku mainkan satu buah lagu yang dari dulu selalu aku nyanyikan diam-diam untuknya.

Bila cinta menggugah rasa
Begitu indah mengukir hatiku
Menyentuh jiwaku
Hapuskan semua gelisah

Duhai cintaku duhai pujaanku
Datang padaku tetap di sampingku
Kuingin hidupku
Selalu dalam peluknya

Terang saja aku menantinya
Terang saja aku mendambanya
Terang saja aku merindunya
Karna dia… karna dia begitu indah

Duhai cintaku duhai pujaanku
Peluk diriku dekaplah jiwaku
Bawa ragaku melayang
Memeluk bintang

Terang saja aku menantinya
Terang saja aku mendambanya
Terang saja aku merindunya
Karna dia… karna dia begitu indah

Aku mengakhiri nyanyianku. Menunggu reaksi darinya setelah mendengarkan lagu yang bisa dibilang ungkapan hatiku untuknya.

Dia tersenyum lalu lagi-lagi mengacak poniku.

“Bisa aja milih lagunya”

“Kan kamu inspirasinya,”

Dia hanya tersenyum lalu bangkit berdiri.

“Ayo ah pulang! Udah sore!”

Heem, selalu saja begini. Disaat aku ingin meciptakan suasana atau moment romantis dengannya, ia selalu saja seperti ingin menghindar. Aku tidak tau ini hanya perasaanku saja, atau memang benar ia tidak menginginkan suasana seperti itu terjadi.

Aku hanya mengangguk saja dan kamipun pulang.
***

“Fy, kayanya Rio tuh cuek banget ya orangnya??” tanya Via, sahabatku.

Aku tersenyum masam lalu mengangguk.

“Bukan sekedar cuek Vi. Dia tuh kaya ga peduli sama gue. Sayang kaya ga sayang. Suka kaya ga suka. Mau kaya ga mau. Entahlah gue juga bingung sebenrnya dia beneran sayang sama gue atau engga.” ujarku pasrah.

Aku memang selalu merasa bahwa ia setengah hati padaku. Entah memang benar seperti itu atau hanya perasaanku saja. Aku tidak ingin meragukannya. Namun sikapnya padaku membuatku terpaksa meragukannya.

Berulang kali aku tanyakan padanya, benarkah ia mencintaiku? Jawabannya selalu sama “iya”. Namun entah mengapa keraguan itu kembali muncul dalam hatiku.

Eem, sebenarnya aku bukan meragukannya. Aku hanya takut. Takut kehilangan ia. Takut bahwa semua ini hanyalah kepalsuan belaka. Tapi aku berharap ketakutan ku ini salah.

“Yaudah lo jangan negatif thinking dulu. Mungkin emang udah dari dasarnya kaya gitu kali orangnya.”

“Iya, Viiii… Tapikan terkadang nyesek juga. Gue pengen romantis-romantisan, eh, dianya malah begitu. Gue tuh envy tau sama lo sama Pricilla. Pacar-pacar kalian tuh care sama kalian. Ga kaya Rio!”

“Tetep percaya sama kata hati Fy!”

Aku menghembuskan nafas keras-keras. Sedikit frustasi dengan sikap Rio. Namun tak apa. Selama aku masih mampu bertahan, aku akan terus menunggunya untuk berubah. Aku percaya suatu hari nanti akan ada keajaiban datang padaku, padanya, pada kita.
***

Kamu…
Satu nama yang terukir indah. Satu bayang dan hanya bayang.
Kamu…
Tak mungkin dapat aku sentuh. Tak mungkin untuk aku dekap.
***

Aku tak percaya ini semua sudah berakhir. Aku tak percaya semua telah selesai. Aku tak percaya ia tega meninggalkan aku.

Semudah itu ia mengakhirinya, mengakhiri kisah kita, cerita kita. Semudah itu ia melepaskanku.

Aku menangis mengingat segala perih hati yang aku rasakan. Ini benar-benar menyesakkan. Aku tak pernah menyangka jika semuanya akan berakhir secepat ini.

Ia melepaskanku hanya dengan satu perminta maaf. Maaf untuk segalanya. Maaf karna telah membuatku terluka selama ini. Maaf karna sering membuatku menangis.

Hey, tak sadarkah kamu?! Tak ada yang lebih menyakitkan daripada harus kehilanganmu, Mario!

“AAAAAAAAAAARGH!!! ARGH!! GUE BENCI KEHILANGAN!! GUE BENCI!”

Sivia dan Pricilla mengelus-elus punggungku, mencoba menenangkanku yang sangat kacau.

Dari pagi tadi ketika datang ke sekolah aku tidak bisa menahan rasa sedihku. Sepanjang jalan menuju kelas aku tak mampu menahan laju air mataku agar tidak terjun jatuh. Pertahananku untuk tidak menangis gagal.

“Fy, udah Fy!! Lo gausah nangis kaya gini. Cowo brengsek kaya Rio tuh ga pates lo tangisin! Lo buang-buang tenaga Fy nangisin dia!” Sivia terus menenangkanku.

“Iya Fy! Dia tuh cowo jahat Fy! Dia ga pantes dapetin air mata lo! Kalo lo terus-terusan nangis kaya gini yang ada entar dia bangga lagi udah bisa bikin lo nangisin dia!” Pricilla ikutan menenangkanku.

Namun aku tak kuasa untuk menahan segala kesedihanku. Sakit. Sakit sekali.

“Tapi gue ga kuat Vi, Priss! Gue ga kuaat!!”

“Lo denger gue ya Fy. Dia tuh ga bersyukur banget Fy punya lo! Lo yang selalu sayang sama dia walaupun dia begitu sama lo. Lo tetep sabar. Lo tetep bertahan nerima dia. Kalo gue jadi lo Fy, udah gue tinggalin itu dia! Gue buang jauh-jauh ke laut!” Pricilla menasihatiku. Membuat tangisku semakin pecah.

“Iya Fy, bener tuh apa yang Pricil bilang. Udah sekarang lo berenti nangis! Ga ada gunanya lo nangisin si Mario Mario itu! dia tuh jahat Fy!”

“Lo tuh cantik fy! Lo pasti bisa dapetin yag lebih baik dari dia! Pasti Fy!!”

Aku teringat bagaimana perjuanganku untuk mendapatkannya. Sulit. Sangat sulit. Aku harus “jatuh bangun” dan “jungkir balik” berulang kali. Sudah tak terhitung berapa kali aku menangisinya. Tak terhitung berapa kali aku harus merasakan sakit akibat terluka karenanya.

Dan kini, aku kehilangannya untuk yang ke sekian kali.
***

Rindu..
Namun tak dapat memeluknya.
Sakit…
Namun tak dapat menangis mengeluarkan rasa.
***

Bersamanya aku tau bagaimana rasanya dianggap tak berharga. Sakit. Sesak. Namun aku tak dapat berbuat banyak. Karna sesakit apapun itu, aku tak mampu melepasnya. Tak akan pernah mampu.

Bersamanya aku tau apa itu arti sebuah pengorbanan. Sulit. Lelah. Namun aku tak bisa berhenti untuk terus berjuang demi dia.

Bersamanya aku tau betapa indahnya mempunyai sebuah tujuan. Membingungkan. Namun aku tau, dialah satu-satunya tujuan aku untuk bahagia.

Bersamanya aku tau bagaimana sulitnya bersabar, sesaknya tak dianggap, sakitnya tak dihargai.

Namun bersamanya pula aku tau bagaimana indahnya memiliki dan dimiliki.
***

Luka…
Terlalu menyayat hati. Membunuh jiwaku perlahan-lahan. Membuatnya mati.
Cinta…
Satu harapanku,
Dia tau betapa aku mencintainya. Betapa aku ingin dirinya.
***

Sesak ini takkan hilang. Sakit ini tak terobati.
Aku hanya ingin dia tau, bagaimana besarnya cinta yang aku simpan untuknya.
Bagaimana lelahnya berjuang demi cinta yang benar-benar terlalu egois ingin memilikinya.
Bagaimana sakitnya merindukan ia yang tak merindukanku.
Bagaimana perihnya hanya dapat berangan tentangnya.
***

Kini ia hanya dalam angan. Tak untuk aku sentuh apalagi aku dekap.

Sesakit apapun luka yang ia torehkan, ia akan tetap selalu menjadi yang terindah. Takkan ada yang mampu seperti dirinya. Ia berbeda. Ia istimewa.

Hujan telah reda. Hanya tersisa titik air. Aku keluar dari kerumunan orang-orang yang ada di halte tersebut. Melanjutkan perjalanan pulang ke rumah.

Sesak itu kembali menghampiri. Memelukku dengan erat. Membangkitkan kembali kenangan-kenangan indah yang menyayat hati itu.

Aku berharap suatu hari nanti ia sadar betapa aku sangat mencintainya. Betapa besar harapku untuk dapat terus bersamanya. Aku menginginkannya kembali.

Akupun yakin akan keajaiban itu. Aku yakin suatu hari nanti ia akan sadar, takkan pernah ada yang mampu menyanyanginya setulus aku menyayangi dirinya. Takkan ada gadis yang rela mengorbankan segalanya hanya demi mendapatkan sedikit perhatiannya.

Dan aku berharap jika keajaiban itu akan secapatnya datang. Karna aku tak sanggup bila harus menjalani hariku tanpanya lebih lama lagi. Semoga. Ya, semoga.
***

Kembalilah..
Dan aku takkan menyia-nyiakanmu.
***



Yaampun, cerpen gagal ini jadi juga akhirnya -____- walaupun gagal banget.
Sebenernya yaa, ini tuh niatnya emang pengen ngungkapin isi hati. Pengen nyeritain kisah menyakitkan yang pernah saya alami sendiri *asikkansayabahasanya*

Yaah, maaf baget kalo banyak kekuarangan di sana sini. Pertama, gue emang lagi galau banget ini. ini galau yang tergalau yang pernah gue rasain. Gue ga pernah segalau, senyesek, sesedih ini *okemalahcurhatlagi*. Kedua, nyelesaiinnya buru-buru banget gatau kenapa tapi pengen cepet selesai aja. Akhirnya cuman semalem selesai juga. Ketiga, sebenernya nih cerita niat dan tujuan ga jelas buat apa dan ke mana. cuman pengen berbagi pengalaman aja sih sama pembaca. Tapi jadinya malah begini.

Ngefeel ga nih cerita?? Engga yaaa??? Yaallah :”(

Udah lama ga nulis jadi lupa gimana caranya ngarang cerita yang bagus, baik, dan benar. Lupa gimana caranya ngerangkai kata-kata biar jadi ngefeel. Tapi mudahmudahan aja ga buruk buruk banget ya walaupun emang buruk -_____-

Pemain gue pilih “Ify, Rio, Sivia, Pricilla”… buat saat ini gue cuman ngefeel sama mereka doang. Paling sama koko Alvin *aaa jadi kangen koko :”((* tapi gatau mau dimasukin jadi apa di sini.

Couple masih RIFY. Ya karna sampe kapanpun walaupun gue sayangnya sama “dia” *eeeeh, tapi cintanya tetep sama RIFY. Walaupun udah jarang aktif di grup tapi gue masih tetep RFM kok. Insya Allah gue RIFYMANIAC sejati :p

Sekian cerpen gajelas gue. Sampai ketemu di karya karya gue yang lainnya :))

Terakhir backsoundnya,

“Di saat ku tertatih tanpa kau di sini kau tetap ku nanti demi keyakinan ini… Jika memang kau terlahir hanya untukku bawalah hatiku dan lekas kembali… Kunikmati rindu yang datang membunuhku, untukmu sluruh nafas iniii…..”