Friday, November 8, 2013

CINTA PERTAMA -Yang Takkan Terganti-


CINTA PERTAMA
-Yang Takkan Terganti-

Oleh: Amelia Astri Riskaputri

Dalam hidup, pasti ada yang pertama, ada yang paling berharga, ada yang terindah, dan ada yang tak terlupakan. Kisah yang meski meninggalkan luka, namun tetap tak mampu hilang.
Itulah kisah tentangmu. Cinta pertama.
*****

Awan hitam memayungi langit Jakarta siang ini. Gemuruh petir menggelegar memekakan telinga. Hawa dingin terasa amat menusuk ketika semilir angin berhembus menggelitik permukaan kulit. Dan titik-titik airpun perlahan jatuh menyentuh bumi, hingga akhirnya menjadi hujan.

          Sesosok gadis manis berhambur bersama siswa-siswi lainnya berlari ke tepi mencari tempat untuk melindungi tubuhnya dari hantaman air hujan yang sudah membasahi sebagian kemeja seragam dan rok abu-abunya. Gadis itu akhirnya menemukan sebuah kios di pinggir jalan. Ia segera berteduh di bawah atap yang terbuat dari terpal biru yang disangga oleh kayu di sisi kiri dan kanannya. Ia menggosok-gosokkan kedua tangannya untuk menciptakan sedikit hangat disela dingin yang tengah melanda.

          Matanya terpaku saat tiba-tiba Ia menangkap sebuah adegan yang entah mengapa sudah sering dilihatnya, namun tetap saja mencelos hati. Dia. Satu sosok yang pernah menanamkan rasa bergejolak. Entah dengan apa rasa itu disiramnya, hingga tak mampu layu hingga saat ini meski telah ada hati lain yang menanamkan rasa itu.

          Mario namanya. Sesosok cinta pertama yang begitu membekas, yang tak bisa hilang atau minimal pudar. Ia begitu nyata meski menyakitkan. Karena gadis itu tahu, seindah apapun, semua kisah itu hanya mampu Ia putar dalam angan, bukan untuk terulang.

          Mario terlihat tengah berusaha melindungi gadis yang berada di sebelahnya dengan jaket kulit hitam dari guyuran hujan deras yang menerpa keduanya. Meski tersamar hujan, namun adegan itu menyentil hatinya. Membuat sekelumit rasa sesak mengerubungi rongga dadanya.

          Kisah itu pernah ada. Kisah Ia dan cinta pertamanya. Kisah indah yang menancapkan luka setiap kenangan-kenangan itu terputar nyata di benaknya. Namun kisah itu indah. Seindah si pencipta rasa yang takkan mati itu.
*****

          Dengan emosi yang masih setengah meledak, Alyssa menghapus keringat yang mengucur deras dari pelipisnya. Ia tak tahu apa yang menyebabkan alarm yang sudah diaktifkannya malam tadi tak berbunyi hingga membuatnya terlambat membuka mata pagi ini. Dan akhirnya, Alyssa mendapat hukuman berupa hormat pada bendera sampai bel istirahat berbunyi nanti dari guru Matematikannya yang memang terkenal sangat disiplin waktu sehingga tak memberikan dispensasi bagi Alyssa yang hari ini terlambat lima belas menit dari jam masuk sekolah. Hukuman itu dijalaninya dengan setengah hati sembari merutuki alarmnya yang tidak berfungsi secara tiba-tiba itu.

          Panas matahari yang amat menyengat permukaan kulit itu membuat hukuman Alyssa terasa semakin berat. Kulit putihnya sudah berubah warna menjadi merah. Bajunya telah basah oleh keringat dan kepalanya mulai terasa berat. Hingga semuanya terasa berputar sebelum akhirnya tubuhnya tumbang. Alyssa tak sadarkan diri.
*****

          Alyssa mengerjapkan matanya ketika cahaya berangsur-angsur masuk ke indera pengelihatannya. Kepalanya masih terasa sakit meski kini tak terasa lagi panas menyengat matahari di ruang UKS itu. Alyssa melihat sekeliling dan matanya melebar kala mendapati sosok Mario duduk di sebelah tempat tidurnya sambil membaca sebuah buku.

          “Mario…,” panggilnya ragu dengan suara lirih. Namun Mario tetap mendengarnya dan akhirnya menoleh.

          “Al! Kamu udah sadar?” pekiknya terkejut melihat sang gadis membuka matanya. Mario bangkit, lalu mengambil air putih yang terletak di atas meja kecil di sebelah kanannya. “Minum dulu, Al.”

          Setelah meneguk kurang dari setengah isi gelas itu, Alyssa kembali berbaring. Mario meletakkan kembali gelas itu di atas meja lalu memutar tubuhnya menghadap gadisnya.

          “Al, aku panggil susternya dulu ya buat ngecek kondisi kamu?” izinnya dan berancang-ancang untuk melangkah. Namun tangan Alyssa yang tiba-tiba mencengkram pergelangan tangannya membuatnya mengurungkan niat untuk beranjak.

          “Jangan pergi… temenin aku,” pinta Alyssa lirih.
*****

          Siang itu langit menjadi kanvas bagi matahari yang memancarkan cahayanya dengan semangat. Meski terasa bak membakar isi bumi, tetap tak mengurangi keindahan yang dilukis alami oleh tangan Sang Pencipta. Dan dua insan Tuhan ini begitu amat menikmati pergerakan sang mentari yang membuat detik selalu berganti.

          Dengan sebuah gitar yang sudah dipangku oleh Alyssa, mereka akan melewati hari ini berdua tanpa ada detik yang terlewatkan. Mencurahkan segala rasa hati yang menggerogoti asa. Asa untuk selalu menikmati setiap hari yang tak pernah berhenti berganti dengan tangan yang selalu saling menggenggam dalam keadaan apapun.

Dan dengan sebuah lantunan petikan gitar membentuk nada yang akan segera dilantunkan Alyssa, Ia berusaha menjelaskan apa yang tengah hatinya teriakan saat ini. Rasa cinta yang menggebu yang takkan pernah mampu terungkapkan dengan kata atau gambar apapun. Hanya tatapan sang jendela hati yang mampu memberitahukan, bahwa cinta yang besar yang tertanam di lubuk hatinya itu hanya milik Mario seorang.

“Kau begitu sempurna
Di mataku kau begitu indah
Kau membuat diriku akan slalu memujamu

Dengan senyum hangat yang terukir di bibir mungil gadis manis itu, Ia terus menggenjreng gitarnya. Menyanyikan simfoni yang tengah dilantunkan hatinya. mengungkapkan pada sosok indah di hadapannya, betapa Ia amat menyayangi pemuda itu.

Di setiap langkahku
Ku kan slalu memikirkan dirimu
Tak bisa ku bayangkan hidupku tanpa cintamu

          Tak pernah satu detikpun terlewat tanpa bayang Mario. Dalam setiap langkah kakinya, setiap helaan nafasnya, juga setiap detak jantungnya, selalu ada nama Mario yang hati kecilnya rapalkan.

Janganlah kau tinggalkan diriku
Takkan mampu menghadapi semua
Hanya bersamamu ku akan bisa

          Alyssa selalu berharap, takkan ada akhir dalam kisah indah mereka. Meski terkadang krikil cobaan dan rintangan menyandung langkah mereka, namun semua dapat teratasi dan kembali indah. Itulah cinta. Akan selalu bertemu kembali dalam satu jalan meski terkadang langkah tak searah.

Kau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adalah hidupku
Lengkapi diriku
Oh sayangku kau begitu… sempurna

Kau genggam tanganku
Saat diriku lemah dan terjatuh
Kau bisikkan kata
Dan hapus semua sesalku

          Melihat cinta indah yang terpancar tulus dari mata Alyssa, Mario ikut tersenyum dan mulai bernyanyi bersama Alyssa. Mencoba merangkum segala rasa yang bergejolak liar namun tetap terarah pada satu angan, Alyssa. Dan mengatakan pada gadis itu, jika saat ini rasa itu tengah membara di dalam dadanya.

Janganlah kau tinggalkan diriku
Takkan mampu menghadapi semua
Hanya bersamamu ku akan bisa

Kau adalah darahku
Kau adalah jantungku
Kau adalah hidupku
Lengkapi diriku
Oh sayangku kau begitu… sempurna

          Lagu diakhiri dengan senyum bahagia dari keduanya. Senyum yang juga bermakna serupa dengan debar jantung mereka. Debar jantung yang mendetakan cinta. Cinta yang istimewa untuk orang yang istimewa.

          “Aku berharap, kita akan selalu seindah ini. Aku sayang sama kamu, Al,” ungkap Mario setelah beberapa detik terlewati dengan senyum penuh arti.

          “Aku selalu berharap, kamu adalah yang terakhir. Aku selalu berharap, kamu adalah jawaban dari segala pencarian aku selama ini. Dan aku berharap, di setiap mata kita ketemu, kamu bisa ngerti, cinta itu ada Cuma buat kamu. Aku juga sayang banget sama kamu,” kalimat kasih yang terucap tulus dari bibir Alyssa yang selalu membuat dada Mario berdesir.

Terkadang, wanita memang lebih mampu mengungkapkan apa yang tengah disuarakan hatinya dengan jujur tanpa bumbu gombal. Itulah yang dilakukan Alyssa.

          Hari ini semuanya berjalan indah serupa rencana. Meski berharap hari-hari berikutnya juga sesempurna hari ini, namun nyatanya ada sutradara yang telah merancang skenario untuk para penghuni dunia fana. Itulah takdir Tuhan.
*****

          5 November. Hari spesial untuk Mario di mana hari itu umurnya bertambah menjadi 17. Alyssa sudah menyiapkan segala rencana untuk memberikan kejutan kecil pada Mario. Segalanya telah dipersiapkan dengan matang oleh Alyssa sejak jauh-jauh hari.

          Kue tart berbentuk persegi berukuran medium dengan tulisan ‘Happy Sweet 17th, Dear’ dan lilin 17 telah berada di tangannya. Di rumah Mario, Alyssa dan teman-teman dekat mereka berkumpul. Mama Mario mengatakan bahwa Mario tengah keluar bersama temannya. Ternyata semua berjalan sesuai rencana Alyssa.

          Tak lama, suara mesin motor yang sangat familiar bagi Alyssa tendengar memasuki pekarangan rumah. Dan pintu ruangan yang sudah gelap gulita itu terbuka secara perlahan. Alyssa memberi aba-aba pada teman-temannya.

          “Satu… dua… ti..ga,”

          Pintupun terbuka seluruhnya.

          “SUREPRISEEEEEE!!” teriak semua yang berada di ruangan itu bersamaan dengan nyalanya lampu dan bertebarannya kertas-kertas berwarna-warni yang seakan mengguyur Mario.

          Namun seketika ruangan itu hening kala melihat Mario masuk dengan tangan yang tergenggam oleh seorang gadis. Alyssa terpaku di tempat. Sedangkan teman-teman yang lainnya hanya mampu terdiam dengan mata yang melebar. Mario sendiri mematung di tempatnya.

          “Ma..rio…,” lirihnya dengan susah payah, bahkan terdengar seperti sebuah bisikkan. Matanya memanas, dan tangannya melemas. Hingga akhirnya kue tart yang susah payah dibuatnya dengan jerih payahnya sendiri itu jatuh tak berbentuk ke lantai. Mario tak mampu bersuara.

          Alyssa melangkah perlahan, mendekat. Gadis di sebelah Mario itu hanya mampu menatap kesunyian yang menjadi atmosfer ruang itu.

          “Siapa cewek ini?” tanya Alyssa datar meski terdengar jelas ada segumpal luka di setiap kata yang diucapkannya. Dan lagi-lagi Mario tak mampu bersuara. Perlahan cairan luka itupun mengalir di kedua pipinya.

          “Jadi ini pembuktian dari ikrar kita? Jadi ini takdir indah yang kamu harapin itu? MARIO JAWAB!”

          Alyssa tak mampu menahan denyut memerihkan yang menyerang dadanya. Luka itu seketika menguak nyata di dalam tatapan sendu yang bercampur dengan air matanya. Cinta itu tak lagi sendiri, melainkan terpancar bersamaan dengan kekecewaan mendalam.

          “Makasih buat semuanya,” lirih Alyssa yang benar-benar terluka. Iapun beranjak dari rumah Mario dengan air mata yang terus turun dengan derasnya mewakili segala perih hatinya. Hatinya sakit. Cinta yang amat tulus untuk Mario semudah itu dibagi. Rasa yang tertanam yang dengan susah payah dijaganya hanya untuk Mario ternyata tak berarti apapun. Hingga dengan tanpa hatinya Mario menggantikan dirinya dengan gadis lain. Atau memang, tak pernah ada Ia di hati pemuda itu?

          Beginikah sakitnya cinta yang Ia jaga tulus hanya untuk pemuda itu?
*****

          Gadis itu Ashilla. Dia yang ternyata menggantikan posisi Alyssa di hati dan hidup Mario. Dan betapa bodohnya Alyssa, Mario tak mampu tergantikan oleh apapun dan siapapun. Pemuda itu tetap memiliki ruang tersendiri di hatinya meski pahit itu tak kunjung hilang.

          Kisah indah cinta pertama yang amat memilukan namun tetap takkan tergantikan. Rasa cinta yang akhirnya menyisakan segenap luka itu tetap tertata rapi. Tak lagi tumbuh, namun takkan mati. Itulah cinta pertama.

          Hujan yang sudah mulai redapun menghentikan kenangan yang tanpa sengaja terputar dalam benaknya. Alyssa mendongak melihat langit yang semakin memutih. Tersisa titik-titik air yang akhirnya melebur bersama titik-titik air lainnya yang telah jatuh. Tak lama sebuah motor sport hitam berhenti di depannya, membuat perhatiannya teralih. Seorang pemuda manis terlihat setelah membuka helm fullfacenya.

          “Hey, maaf lama,” sapanya.

          Alyssa tersenyum simpul lalu mengangguk. “Nggak apa-apa kok, De.”

          “Ayo kita pulang!” ajak pemuda bernama Debo yang kini menjadi penanam rasa lain di hati Alyssa.

          Alyssa kembali tersenyum dan mengangguk. Lalu menaiki boncengan motor Debo. Tak lama motor Debo telah melebur bersama kendaraan-kendaraan lainnya.

          Meski luka dan cinta itu melebur menjadi satu dalam cinta pertama yang takkan mampu tergantikan, Alyssa tetap berusaha menyayangi pemuda yang tengah menarik gas motor di depannya itu dengan tulus. Ia tau sakitnya cinta yang terbagi dan Ia takkan melakukan itu pada Debo.

          Rasa itu hanyalah bukti bahwa Mario pernah ada. Bahwa kisah itu pernah ada dan pernah tercipta meskipun pada akhirnya tetap saja hanya menjadi kenangan. Cukup hanya untuk menjadi kenangan. Tidak untuk melukai hati lain. Biarkan rasa itu tetap tertanam. Karena dengan rasa itu, Ia tahu bahwa hatinya tak mati.

          Dan sampai kapanpun, rasa itu takkan pernah tergantikan meski cinta lain silih berganti datang dan pergi dalam hidupnya. Rasa untuk Mario, cinta pertama.
*****

Kisah ku dengannya adalah salah satu dari seribu kisah yang pernah ada dalam hidupku. Kisah yang terlalu indah untukku anggap sebagai angin lalu, namun terlalu pahit untuk aku definisikan sebagai sebuah kenangan. Kisah ini, indah, yaitu kisah kita. Kisah aku dan dia. Aku dan kamu.

          Bersamanya aku tau bagaimana rasanya tak berharga. Sakit. Sesak. Namun aku tak dapat berbuat banyak. Karna sesakit apapun itu, aku tak mampu melepasnya. Tak akan pernah mampu.

Bersamanya aku tau apa itu arti sebuah pengorbanan. Sulit. Lelah. Namun aku tak bisa berhenti untuk terus berjuang demi dia.

Bersamanya aku tau betapa indahnya mempunyai sebuah tujuan. Membingungkan. Namun aku tau, dialah satu-satunya tujuan aku untuk bahagia.

Bersamanya aku tau bagaimana sulitnya bersabar, sesaknya tak dianggap, sakitnya tak dihargai.

Namun bersamanya pula aku tau bagaimana indahnya memiliki.

Kini aku merindukannya. Merindukan sentuhannya, senyumnya, tatapannya, gerak tubuhnya, tutur katanya, wangi khas tubuhnya. Aku merindukan semuanya. Aku rindu ia. Aku rindu kamu.

Aku ingin dia tau, takkan ada yang seistimewa dirinya. Tak ada yang bisa menggantikan dia di hatiku. Takkan ada yang mampu merubah rasa yang aku punya untuknya.

Aku terluka. Luka karna kesalahanku. Aku tak bisa menjaganya dengan baik. Aku tak bisa menjadi seperti apa yang dia mau. Aku tak bisa membuatnya bertahan denganku.

Aku kecewa. Mengapa aku tak bisa menjadi sempurna di matanya? Mengapa aku tak bisa menjadi sosok yang diinginkannya?
Aku hanya ingin dia tau, bagaimana besarnya cinta yang aku simpan untuknya.

-Alyssa-