Saturday, May 14, 2011

Serpihan Hati Untuknya

Serpihan Hati Untuknya

oleh Amelia Jonathan Azizah RiseIfc pada 04 April 2011 jam 19:17
Salam ICL. Ketemu sama saya Amelia Astri, si penulis yang ceritanya maksa banget. Hehe
Kali ini aku datang membawa cerpen buat para pembaca.
Cerita yang sebetulnya lebih cocok buat dijadiin diary ketimbang jadi cerpen. Karena aku yakin, abis pada baca cerita ini, kalian semua pasti nganggep aku lebay deh. Udah gitu ceritanya bener-bener aneh, mengecewakan, engga jelas, semuanya deh.

Yaudah, silahkan aja baca. Maaf banget kalo ngga jelas. Atau ga muasin.
***

Serpihan Hati Untuknya


Hal terindah, adalah saat kita memiliki sebuah rasa yang tulus untuk seseorang yang di anggap tepat.

***

Mario Stevano Aditya Haling a.k.a Rio. Begitulah namanya. Seorang pemuda tampan, pemilik tahta tertinggi di dalam hatiku. Seseorang yang selalu aku perhatikan. Seseorang yang selalu aku kagumi, aku banggakan, kepada siapapun, dan di manapun aku berada. Dialah, seseorang yang selalu hadir dalam anganku, dalam mimpi indahku. Dan dialah yang selalu ada dalam setiap doa dan langkahku. Ke manapun aku, sedang melakukan apapun, aku akan selalu mengingatnya.

Dialah seseorang yang berhasil mencuri, menarik perhatianku. Berawal dari sebuah rasa kagum yang sangat besar terhadapnya, hingga aku selalu mencermati gerak-geriknya. Dan tanpa sadar, ternyata rasa itu perlahan hadir. Tumbuh dengan cepat, dan berkembang dengan indah.

Meski hingga saat ini, aku hanya mampu menemukannya dalam setiap anganku. Aku masih belum mampu menyentuhnya, apalagi hatinya. Ia, terlalu sulit untuk aku takhlukan.
***

Hal terindah, adalah, saat kita bisa merasakan bagaimana indahnya jatuh cinta. Meski yang dicintai, hanya berada dalam angan dan tanpa kepastian.

***

Berawal saat aku duduk di bangku kelas X. pertama kali aku masuk kelas, di sanalah kali pertamanya aku melihatnya, mengenalnya, dan mengaguminya. Mengagumi ia yang tampan. Itu hal pertama yang membuat aku sedikit memperhatikannya. Wajahnya yang manis, mampu menarik perhatianku.

Satu minggu kelas berjalan. Dan aku mulai mengetahui bahwa ia adalah seseorang yang pandai dengan sejuta kemampuan. Ia termasuk salah satu murid yang aktif dalam kegitan belajar. Ia selalu bertanya dan menjawab pelajaran apapun yang diberikan guru. Aku semakin mengaguminya.

Di lapangan, ia adalah seorang yang memiliki kemampuan lebih dari sekedar hebat. Basket, salah satu olahraga favoritnya, aku mendengarnya dari salah satu temannya. Aku sering melihatnya bermain basket di lapangan. Dan saat itu, hatiku selalu bergetar hebat, melihat setiap gerak lihainya dalam menguasai bola.

Di atas pentas, ia adalah seorang yang sangat berbakat. Ia mahir bermain gitar. Suaranyapun sangat indah dan merdu. Berbeda dengan pemuda lain yang sebaya dengannya. Aku sangat menyukai suaranya. Aku senang mendengarnya bernyanyi. Aku mengagumi keahliannya dalam bidang music. Sekali lagi aku katakan, ia adalah seorang dengan sejuta kemampuannya.

***

Aku selalu memperhatikannya secara diam-diam. Namun, semua teman-temanku mengetahuinya. Mengetahui, segala rasa yang ada untuknya. Segala rasa yang tumbuh untuknya. Segala rasa yang aku persembahkan hanya kepadanya. Meski ia tidak mengetahuinya.

Mario, sosok laki-laki cuek, yang jaim, dan jarang sekali tersenyum dengan Cuma-Cuma. Namun dengan seluruh kelebihan yang dimilikinya, ia mampu memikat hati gadis-gadis di sekolah. Mulai dari kelas X hingga kelas XII, semua menganguminya.

Aku senang dengan sikapnya yang cuek terhadap apapun, kecuali pelajaran dan bakat-bakat yang dimiliknya. Jika sudah menyangkut bakat-bakatnya, ia akan menjadi orang yang supel dan aktif. Berbeda dengan urusan pribadinya. Ia selalu cuek, dan tak perduli dengan apapun yang ada di sekitarnya, yang menyangkut dengan urusan pribadi. Termasuk wanita.

***

Hal yang menyedihkan, ketika kita mengetahui, bahwa kita bukanlah sesuatu yang berarti apa-apa dalam hidupnya. Dan kita masih tetap mengaguminya, bahkan menyayanginya, tanpa batas.

***

Tahukah kalian? Seberapa tidak berharganya aku dimatanya? Dia tidak mengenalku! Dia tidak mengetahui siapa namaku! Padahal, kami berada di dalam kelas yang sama. Sebegitu tidak perdulinyakah ia akan kehadiranku?

Setiap aku berusaha tersenyum kepadanya, dan setiap itu pula, ia akan mengacuhkannya. Mungkin menurutnya, senyumku sangat tidak menarik. Atau mungkin, tidak berharga sama sekali, tidak berarti apapun.

Namun, itu tidak mengurangi rasa kagumku terhadapnya. Sama sekali tidak. Bahkan rasa kagumku dan rasa sayangku semakin besar terhadapnya. Semakin ia mengacuhkanku, maka, semakin besar pula rasa itu tumbuh untuknya.

***

Hal yang paling menyedihkan, adalah ketika ia tak menyadari segala rasa yang hadir untuknya, dan aku malah semakin ingin memeluknya.

***

Aku memperhatikannya bermain basket. Beradu dengan panas terik matahari, dan keringat yang sudah bercucuran dengan derasnya, membanjiri pelipisnya. Tetapi ia masih tetap tidak perduli sama sekali. Ia masih terus berlari dengan lincahnya, menerobos sinar mentari yang terus berusaha mengalahkan kekuatannya. Dan ia tetap tak perduli. Meskipun waktu, sudah menunjuk pada pukul 13.30.

Dan akupun tidak memperdulikan hal-hal tersebut, untuk memperhatikannya. Aku akan terus berdiri di sini, menunggunya, hingga ia selesai bermain, dan aku memastikan bahwa setelah berletih-letih ria, ia masih dalam keadaan baik-baik saja.

Aku masih terus memperhatikanya. Tak sama sekali pandanganku terlepas darinya. Ialah yang selalu menjadi titik pusat perhatianku. Sampai akhirnya, seseorang menyentuh pundakku, dan aku terpaksa menoleh kepadanya.

“Fy!”

Dan setelah itu, aku kembali memusatkan perhatianku pada Rio.

“hmm”

“masih betah ngeliatin dia di sini??”

“gue ga akan pernah bosen ngeliatin dia.”

Terdengar suara dengusan dari temanku itu. Mungkin ia jenuh juga mendengar aku yang sering sekali  tanpa sengaja menggombal untuk Rio.

“iya deh, yang udah cinta banget mah tau.” Cibirnya.

Aku hanya tersenyum simpul menanggapinya.

“mau sampe kapan elo di sini, diem Cuma ngeliatin dia?”

“sampe gue tau, kalo dia pulang dengan selamat.”

“lebay lo ah!”

“biarin. Gue sayang sama dia. gue cinta sama dia.”

“iya, gue tau Ify! Lo udah ngomong kaya gitu kurang lebih 250 kalo dari awal elo suka sama dia.”

“elo ngapain di sini? Engga pulang?” tanyaku berbasa-basi.

“tadinya mau pulang. Eh ngeliat elo lagi berdiri diem ngeliat pangeran elo yang bahkan, dia itu ga tau nama lo! Yaudah, gue samperin deh. Mungkin elo kesepian, dan butuh gue..”

“yeeeh”

“kenapa sih elo tuh cinta banget sama Rio? Cowo ganteng di sini banyak loh Fy! Contohnya, ka Iel, Alvin, Cakka. Mereka juga termasuk yang ganteng. Meskipun ga se-wah Rio, setidaknya, mereka lebih ramah sama orang lain. Engga kaya pangeran lo itu. Sombong!”

Aku tersenyum miring menanggapi ucapannya tadi yang secara tak sengaja, menjelekkan Rio.

“Shil, gue cinta Rio karena sikapnya. Dia beda, dia special! Dan dia yang paling indah menurut gue.”

“well well well. Gue bosen denger jawaban elo yang kaya gitu. Yaah, I know. He is special for you, right? Tapi apa elo special juga buat dia? kaya gini tuh, Cuma nyakitin elo doang Fy!”

“gue yang sakit ini. Kenapa elo yang ribet?! Sampe sekarang gue masih fine fine aja, bahkan happy sama apa yang gue rasain ini.”

“kalo gitu, ungkapin sama dia. jangan elo pendem sendiri! Biar dia tau, kalo dia istimewa buat elo.”

“elo mau liat itu Shil?”

Shilla mengangguk.

“fine, look it!”

Aku berjalan ke arahnya. Keluar dari persembunyian, dan melangkah menuju sosok yang daritadi sama sekali tak berhenti berkutat dengan bolanya.

Shilla memandangku terkejut. Lalu berteriak,

“elo mau ke mana Fy? Mau ngapain??”

Aku menoleh ke arah Shilla, lalu tersenyum.

“doain gue…” ucapku pelan.

Aku kembali melangkah, mendekatinya. Entah mengapa, Tiba-tiba saja, perutku terasa panas. Jantungku tak henti-hentinya berdetak dengan cepat. Dan peluhku sudah deras membanjiri daerah pelipisku.

Dan akhirnya, aku sampai dihadapannya. Tidak dihadapannya, hanya di dekatnya kita-kita 2 meter darinya. Jantungku semakin parah. Perutku pun semakin mulas. Namun, aku sudah terlanjur menghampirinya. Dan mau tidak mau, aku harus mengutarakan maksudku.

“em, Rio..” panggilku mencoba menarik perhatiannya.

Namun bukan Rio namanya, jika ia menanggapinya langsung. Aku menghela nafas. Menguatkan mentalku. Dan yakin, aku bisa meluluhkannya meski hanya untuk hari ini saja.

“Rio.” Panggilku lagi. Kali ini lebih keras dan agak berteriak. Tapi ia masih tidak menanggapi panggilanku. Aku mulai sedikit putus asa dan sedikit malu karena aku dicuekin. Tapi aku tidak akan menyerah sampai sini saja.

“Rio, gue mau ngomong!” teriakku keras. Dan kali ini ia berhenti mendrible bolanya. Aku menunggu reaksi selanjutnya dari dia. berharap, suaranya keluar untuk menanggapi panggilanku. Hatiku semakin kotar-katir tak karuan. Sekujur tubuhku bergetar hebat, dan dipenuhi oleh keringat dingin.

“hmm”

Itu saja yang aku dengar darinya, setelah agak lama menunggu reaksi darinya. Dan setelah itu, ia kembali bermain seperti semula. Yasudahlah, yang penting ia sudah menjawabku, setidaknya.

“Rio, gue… gue… gue… suka sama lo!” ungkapku langsung. Meski awalnya kagok dan sangat sangat gugup. Namun akhirnya aku berhasil mengatakanya.

Terlihat, Rio berhenti mendrible bolanya. Dan ia membalikan tubuhnya ke arahku. Yang membuatku terkejut, bukan karena reaksinya yang tak biasa itu. Namun, matanya. Ia menatapku tajam. Seakan kalimat yang ungkapkan tadi menyakitinya. Tatapannya benar-benar sangat membunuh, membuat nyaliku ciut.

Agak lama memandangku seperti itu, dan aku hanya mampu menunduk dan menggigit bibirku. Aku tak akan kuat menatapnya lama-lama. Apalagi, dengan keadaan ditatap seperti itu. Akhirnya, ia tersenyum. Tersenyum? Tentu bukan senyum manis yang kebanyakan orang ramah tunjukan. Melainkan senyum miring yang… yang… mencelos hati. Berarti, ia meremehkan pengungkapanku tadi.

Tak lama kemudian, ia beranjak pergi dari sana. Meninggalkanku sendiri di tengah lapangan, di bawah terik matahari. Sakit. Sakit sekali rasanya. Ia tak menjawab penyataanku atau minimal memperdulikannya. Tidak sama sekali. Air mataku perlahan turun. Aku tak mampu menahannya. Seharusnya aku tau, ia akan mengacuhkanku. Seharusnya aku tidak nekat seperti tadi. Dan kata seharusnya itu terus-trerusan menghantui pikiranku.

***

Hal yang paling menyakitkan, ketika kita menyadari, bahwa telah ada yang lain, yang ternyata telah
menempati hatinya.

***
Mulai dari hari itu, aku tak berani berbicara dengannya lagi. Keacuhannya itu, membuatku trauma untuk hanya sekedar memberikan senyum untuknya. Namun tidak membuatku membencinya, atau ingin melupakannya. Aku tetap mencintainya. Bahkan semakin mencintainya.

Aku tak tau, mengapa aku bisa semakin mencintainya. Mungkin karena aku sudah tau, begitulah sikapnya. Aku tak memperdulikan itu. Yang aku tau, aku menyayanginya.

***

Semakin hari, aku semakin mengenal sikapnya. Aku semakin mengerti bahwa aku memang takkan pernah ada kesempatan untuk meraih hatinya. Aku semakin tau, bahwa ia tak sebaik yang aku kira. Ia tak sesempurna yang aku kira. Dan sekali lagi aku pertegas, aku tetap mencintainya!

Sampai pada saat aku mengetahui kabar itu dari orang-orang. Mengetahui rahasia pribadinya. Mengetahui hal yang selama ini ditutupinya, di rahasiakannya dari orang lain.

“iya, ternyata Mario itu udah punya pacar.”

“iya, anak kelas X juga.”

“namanya, Ashilla.”

“iya, yang cantik itu.”

“beruntung bnget ya dia.”

“iya, bisa dapetin Rio.”

“katanya, pacarannya udah lama banget!”

“dari SMP sih katanya.”

“………………………………..”

Dan semua terus membicarakannya. Aku sangat kaget. Kaget bukan main. Ternyata, selama ini, Shilla… ia tau bagaimana besarnya cintaku terhadap Rio. Bagaimana aku mengaguminya, bagaimana aku mengistimewakannya. Dan ia, ternyata adalah kekasihnya. Kekasih lelaki yang aku cintai.

Mengapa ia tak mau menceritakannya ke aku? Mengapa ia menyembunyikannya? Berarti selama ini, aku membanggakan kekasih sahabatku? Jadi maksud senyum miring Rio kemarin itu?

Pantas saja, ketika aku sedang memuji Rio, ia seakan tak suka aku mengatakannya. Ekspresinya bukan seperti sahabat kebanyakan, yang jika sahabatnya bercerita atau membangga-banggakan ‘gebetannya’ sahabat lainnya akan menanggapinya dengan berbagai doa dan harapan agar si sahabat mampu menakhlukannya. Melainkan, ia pasti terus-terus berusaha menjelek-jelekan Rio. Dan selalu bilang, bahwa Rio bukan yang terbaik untukku.

***

Bila ada hal yang paling membahagiakan, ialah ketika aku melihat senyumnya, meski senyum itu, tidak ia persembahkan untukku.

***

Semenjak berita itu mulai tersebar, hubunganku dan Shilla menjadi renggang. Kami jarang berdua lagi. kami jadi masing-masing. Dan semenjak berita itu tersebar, Rio dan Shilla, menjadi semakin sering berduaan. Menjadi semakin berani menunjukan kemesraan di depan teman-teman.

Sakit? Sangat! Sangat sakit. Tak jarang aku menangis setelah melihat kemesraan mereka. Sedih, sangat sedih! Siapa yang tidak sedih, jika meihat orang yang dikasihinya, bermesraan dengan orang lain?

Namun, aku jadi sering melihat Rio tersenyum. Terkadang malah tertawa lepas. Aku bahagia melihatnya. Akupun ikut tersenyum. meski tak jarang, disaat senyumku merekah dengan manisnya, juga diikuti dengan air mata kepedihan.

Aku selalu menangis, jika aku mengingatnya. Jika aku teringat, bahwa ia bukan milikku. Bahwa ia takkan pernah mungkin bisa untuk aku gapai. Bahwa ia tercipta bukan untukku. Bahwa senyumnya takkan mungkin merekah untukku. Bahwa hatinya, takkan pernah mungkin dapat aku genggam.

Tapi dibalik tangisan itu, tersimpan sejuta kebahagiaan yang tak terhitung besarnya. Melihat senyumnya, melihat tatapan matanya yang tak lagi setajam dulu. Aku bahagia melihatnya.

Aku cukup bahagia dengan ini semua. Aku akan selalu bahagia,melihat ia tersenyum manis. Aku bahagia melihat perubahannya yang cukup drastis. Meski hingga kini, aku masih tak mengerti mengapa ia dulu seperti itu, dan sekarang bisa berubah seperti itu. Aku tak tau apa factor dari itu semua.

Perasaan ini, cinta ini, masih tetap terjaga di hati. Meski yang dicinta takkan mungkin membalasnya. Aku tak mau melupakannya. Biar saja perasaan ini memudar dengan sendirinya. Aku berjanji tak akan merusak hubungan Rio dan Shilla. Meski terkadang aku iri. Aku ingin bisa seperti Shilla. Aku ingin berada diposisinya. Aku ingin merasakan sentuhannya. Aku ingin merasakan bagaimana rasanya dicintai oleh Rio. Aku ingin merasakan peluk ciumnya yang takkan pernah mungkin dapat aku rasakan.

Biarlah rasa ini memudar dengan sendirinya. Aku yakin, meski perih, meski tersiksa, akan ada hikmah dibalik ini semua. Mencintainya, adalah anugrah terindah yang Tuhan berikan untukku. Mencintainya, memberikan aku banyak pelajaran. Mencintainya, membuat aku mengerti, bagaimana rasanya sakit, rasanya bahagia, rasanya diacuhkan dan semuanya.

Aku perlu berterima kasih kepadanya. Mencintainya, memberikan pelajaran yang sangat berharga untukku. Makasih banyak Rio. Walau penantianku tak berujung bahagia, tapi aku bangga. Bangga mencintai kamu. Bangga mencintai lelaki sempurna seperti kamu. Semoga kamu bahagia bersamanya. Aku selalu mendoakan yang terbaik untuk kamu dan dia.

Ini tak sepenuhnya berakhir. Karena sampai kapanpun, ia akan tetap ada di dalam sini. Meski nanti ada yang mengantikannya, posisinya di dalam sini, tak akan pernah hilang. Ia tetaplah pemilik tahta tertinggi.

***
Aku melangkah diam-diam menuju mejanya saat kelas sedang sepi. Aku lihat kanan-kiri depan belakang. Tak ada siapa-siapa. Aku langsung menegluarkan sebuah amplop kecil berwarna biru muda. Setelah aku teliti lagi, dan masih tetap sempurna, tak ada cacat seperti saat aku tulis, aku langsung letakkan amplop itu di kolong mejanya. Berharap ia akan membacanya. Meski hanya sekedar dibaca.

Setelah itu, aku melangkahkan kaki dari mejanya. Dan kembali ke tempat dudukku seperti semula. Menunggu ia datang, dan segera membuka surat itu. Membacanya, dan mengerti maksudku. Meski ia tak akan pernah mungkin membalasnya. Aku tak perduli. Yang penting, ia mengerti akan apa yang aku rasakan untuknya. Hanya mengerti. Bukan membalasnya. Bukan! Karena aku yakin, sampai langit pagi tak lagi berwarna biru, ia takkan pernah mungkin membalas perasaanku itu.

***

Dan hal yang terindah, ialah, saat melihatnya bahagia, meski bukan denganku. Melihatnya tersenyum, meski senyumnya bukan untukku.

Dan hal yang terburuk, ialah saat aku melihatnya terpuruk. Saat aku melihatnya bersedih, saat aku melihatnya menangis diam-diam.

***

Rio. Seorang pemuda tampan, pemilik tahta tertinggi di dalam hatiku. Seseorang yang selalu aku perhatikan. Seseorang yang selalu aku kagumi, aku banggakan, kepada siapapun, dan di manapun aku berada. Meski aku bukanlah siapa-siapa dalam hidupnya. Meski ia takkan pernah mungkin menanggumiku, membaggakanku juga.

Dialah, seseorang yang selalu hadir dalam anganku, dalam mimpi indahku. Dan dialah yang selalu ada dalam setiap doa dan langkahku. Ke manapun aku, sedang melakukan apapun, aku akan selalu mengingatnya.  Meski aku tak ada dalam angannya. Meski aku tak ada dalam mimpi indahnya. Meski aku, tak ada dalam setiap doa dan langkahnya. Meski Ia takkan pernah mengingatku. Takkan mungkin pernah!

Dialah seseorang yang berhasil mencuri, menarik perhatianku. Berawal dari sebuah rasa kagum yang sangat besar terhadapnya, hingga aku selalu mencermati gerak-geriknya. Meski aku tak berhasil mencuri hatinya, menarik perhatiannya. Dan aku tak tak dapat menumbuhkan rasa itu di dalam hatinya untukku. Takkan pernah bisa!

Dan tanpa sadar, ternyata rasa itu perlahan hadir. Tumbuh dengan cepat, dan berkembang dengan indah. Meski pada akhirnya, rasa itu sama sekali tak berarti apa-apa untuknya. Tak berakhir dengan indah seperti pada saat rasa itu tumbuh.

Meski hingga saat ini, aku hanya mampu menemukannya dalam setiap anganku. Aku masih belum mampu menyentuhnya, apalagi hatinya. Ia, terlalu sulit untuk aku takhlukan. Dan aku memang takkan pernah mampu menyentuhnya, dan menakhlukannya. Tak akan pernah mampu!

***

kamu takkan lihat
kamu tak akan lihat
setitik air mata ini
jatuh untukmu ... didepanmu, menangisimu

kamu takkan percaya, kamu tak akan percaya
aku yang terlalu bodoh
menunggumu disini, berharap dirimu
menantikan rasamu ..

kamu juga takkan tau, kamu tak akan pernah tau
lebih dari apapun aku menyayangimu
mengartikamu lebih dari sekedar sempurna

menyayangimu
adalah hal yang terindah
meski sakit

meski hujatan pedang terus menghantam
kamu tetaplah yang terindah
meski dunia begitu lemah akan tawa
kamulah satu-satunya

dan mencintaimu membuatku mengerti
cinta tak selamanya indah
mencintaimu
bagaikan suatu harapan yang tak ada ujungnya

tapi hancurnya aku tak sebanding
saat melihat senyummu
senyum yang benar-benar menghancurkanku

-Alyssa-

***

*tutup mata dan tutup kuping rapet-rapet sambil jongkok dan ngumpet dibalik tirai*

Aaaaaaaaa, maaf banget ya pembaca. Ini pasti ancur banget. Aneh banget! Jelek banget! Ngebosenin! Ga jelas! Bikin ngantuk! Iyaa kan ??? aaaa, maaf baget yaaa temen-temen. *nyatuin kedua tangan didada, sambil nunduk nunduk*

Kan aku udah bilag. Ini cerita lebih pantes ditulis dibuku diary. Iya kan? Makanya jadinya maksa banget gini. Maaf banget kalo ini bener-bener bikin malu.

Itu puisinya, puisi buatan ade aku “Puspa Febryanti” . add yak? Yang mau dapet pahala deh. Hehe. Jangan lupa juga baca ceritanya yang “Egokah Aku” #numpangpromosi

Okeh, maaf banget itu cerpennya kalo ancur, gaje. Udah lama banget pingin bikin cerita kaya gitu, tapi engga ada waktu dan sekarang baru kesampean. Aduh, bener-bener minta maaf yaa kalo itu ceritanya engga muasin banget. Terus maksa banget gitu. Maaf banget.

Kritik ditunggu loh. Soalnya, kritik itu sangat berguna buat ngebantu aku buat jadi yang lebih baik lagi :p yang suka boleh like. Yang ga suka silahkan nuangin uneg-uneg tentang cerita ini.

Makasih.

The Power Of Love *Part 28*

The Power Of Love *Part 28*

oleh Amelia Jonathan Azizah RiseIfc pada 14 Mei 2011 jam 17:13
The Power Of Love *Part 28*

Waktu sudah hampir menunjukkan tengah malam. Langit semakin berwarna hitam. Angin semakin terasa dingin. Namun itu tidak membuat lelaki ini merasakan kantuk. Malah semua kantuknya hilang terbawa oleh suasana malam.

Entah mengapa, ia tiba-tiba teringat kepada bundanya. Tiba-tiba saja ia sangat merindukan sang bunda.

Ia berdiri di depan balkon kamarnya. Menyaksikan keindahan langit malam, yang dihiasi oleh sinar bintang dan bulan. Menatap satu buah bintang. Bintang yang menurutnya paling terang.

“mah, Iel kangen…” lirihnya.

Ia terus memandangi bintang itu. membayangkan, bahwa bintang itu adalah bundanya yang sudah tenang di alam sana.

“kenapa mama ninggalin Iel? Iel butuh mama.”

Ia tersenyum lirih menatapi bintang itu.

“semoga mama tenang di sana.”

“jagain ade ya mah. Iel sayang sama mama, sama ade.”

Ia memejamkan matanya. Melantunkan doa dalam hati untuk bunda dan adiknya. Berharap Tuhan mau berbaik hati menjaga bunda dan adiknya di sana.

Mengapa kecelakaan itu terjadi? Mengapa pula kecelakaan itu harus merenggut nyawa bunda dan adiknya? Selama lima belas tahun, ia hidup tanpa sosok sang bunda.

Memang pada saat kecelakaan itu terjadi, ia masih sangat kecil. Tetapi entah mengapa suara teriakan itu, suara tangisan itu, begitu kuat menempel dipikirannya. Ia tidak bisa melupakan semuanya.
***

Pemuda itu menarik kopernya dan terus melangkah dengan berat hati. Ini akhirnya. Akhir dari segala kisah yang telah ia rangkai bersama dengan teman-temannya. Akhir dari segala kisah yang telah ia jalin bersama dengan Shilla. inilah akhirnya.

Akhir yang buruk! Memang! Ia harus pergi. Meninggalkan segala kenangan indah yang telah terangkai selama di sini. Ia harus meninggalkan tanah air tercinta karena kebodohannya.

Berulang kali ia menoleh ke belakang. Berharap dapat menemukan sosok Shilla dan teman-temannya sebelum ia benar-benar pergi meninggalkan mereka.

Ah, bodoh! Ia terlalu berharap! Mana mungkin teman-temannya itu akan datang dan mengucapkan selamat tinggal padanya! Mereka sudah tidak perduli lagi terhadapnya! Iakan memang hanya sampah, yang sangat tidak berguna. Siapa yang mau memperdulikan sampah sepertinya?

Dengan berat hati, ia meneruskan langkahnya. Sudahlah, lebih baik ia tidak perlu berharap yang muluk-muluk. Tidak akan ada yang memperdulikannya. Ia mau pergi, itu malah lebih baguskan?

Tapi dalam hatinya yang paling lubuk, ia sangat menginginkan teman-temannya berada di sini. Hanya untuk sekedar mengucapkan selamat tinggal.

Tapi nyatanya, tidak adakan? Ah sudahlah sudah! Tidak perlu berharap! Itu hanyalah harapan kosong!

“KAA ALVIIIN!!”

Ah, suara itu! ia rindu sekali dengan suara itu. sampai-sampai ia berkhayal mendengar suara itu di sini. Sudah jelas-jelas itu sangat tidak mungkin.

‘udahlah Vin! Itu Cuma khayalan! Shilla gak mungkin ada di sini!!’ batinnya.

“KAA ALVIIIN!!”

Baiklah, sepertinya ia benar-benar sangat merindukan Shilla. sampai-sampai suara itu terasa berada di mana-mana. bolehkah ia kembali berharap, Tuhan akan mengabulkan keinginnya untuk bertemu dengan Shilla dan teman-temannya untuk yang terkahir kalinya?

“KAAA ALVIIIIN!! BERENTIII!!”

DEGGG! Mengapa suara itu seperti begitu nyata??? Mengapa ia serasa dikejar-kejar oleh kerinduannya???

Namun tiba-tiba saja, ia merasa seseorang memeluknya dari belakang. Sehingga ia menghentikan langkahnya. Mungkinkah itu Shilla??

“kaa.. jangan pergiii…” terdengar sebuah permintaan lirih.

Hey, itu benar-benar Shilla! ia memang sedang tidak berkhayal! Ini sungguh-sungguh sebuah kenyataan. Tuhan mengabulkan keinginannya.

Alvin melepaskan tangan Shilla yang melingkar di perutnya. Lalu berbalik menghadap Shilla.

“shilla?”

“kak, pliss jangan pergi! Jangan tinggalin aku!”

“gimana ceritanya kamu ada di sini? Kamukan sekolah Shill!”

“kak!!! Aku mohon jangan tinggalin aku!!!”

Air mata sudah membanjiri pipi Shilla. wajahnya sudah memerah. Matanya sudah terlihat sangat bengkak. Mungkin efek dari menangis semalaman.

“Vin, jangan pergi!”

Alvin kembali dikejutkan dengan suara Rio. Ia mendongak dan mendapati Rio berdiri di sana. Tidak hanya Rio. Ify, Iel, Cakka, dan Oikpun ada di sana.

“kalian?? Kalian ga sekolah??”

“lo lebih penting daripada sekolah! Lo jangan pergii Vin.”

“tapi Yel..”

“Vin, lo ga kasian sama Shilla? lo tega ninggalin dia? lo tega ninggalin kita??”

“Kka…”

“Vin, gue minta maaf atas segala kelakuan gue selama ini. Gue baru sadar Vin, gue engga benci kok sama lo! lo tetep sahabat gue Vin! Gue mohon dengan sangat Vin, jangan pergi. Jangan tinggalin kita!”

“gue yang harusnya minta maaf Yo. Gue yang salah. Gue yang kurangajar sama cewe lo! gue ga pantes ada di sisi kalian. Gue itu brengsek!”

“KAK ALVIN!! Lo kokk ngomongnya gitu sih kak!? Lo udah ga sayang lagi ya sama kita??? Lo kenapa buat keputusan sendiri sih kak!? Lo kenapa ga ngerundingin dulu sama kita!!!”

“sori Fy.”

“kak, pliss jangan tinggalin aku kak!! Aku sayang sama kamu!!”

Alvin kembali menatap Shilla.

“maaf Shil, tapi keputusan aku udah bulet!”

“KAMU JAHAT!! KAMU JAHAT!! MANA KATANYA KAMU SAYANG SAMA AKU! TAPI KENAPA KAMU MAU PERGI!? KENAPA KAMU MALAH MAU NINGGALIN AKU!! KAMU TEGA SAMA AKU!!” Shilla histeris. Ia memukul-mukul dada Alvin.

“Shill, maaf.”

“KAMU JAHAT!! KAMU JAHAT!! Aku sayang kamu…” Alvin langsung menarik Shilla ke dalam pelukannya.

“aku jugaa sayang kamu..”

“BOHONG!! Kenapa kamu mau ninggalin aku?? Kenapa kamu mau pergi kalo kamu sayang sama aku!!!”

“aku ga mau ninggalin kamu Shil. Aku Cuma mau kamu bahagia.”

“aku bahagia kalo sama kamu.”

“aku… udah janji sama diri aku sendiri Shil, apapun yang terjadi aku bakal tetep pergi.”

Shilla melepaskan pelukan Alvin secara kasar lalu mendorongnya.

“KAMU JAHAT!!  KAMU UDAH GA SAYANG LAGI SAMA AKU!! KAMU UDAH GA PEDULI LAGI SAMA AKU!! KAMU JAHAT!!” Shilla kembali menangis dan kembali histeris. Iapun kembali memukul-mukul Alvin.

“Shill, Shil, dengerin aku Shill, dengerin aku!” Alvin mencengkram bahu Shilla. mencoba menenangkan Shilla.

“dengerin aku. aku ngelakuin ini buat kamu! Aku ngelakuin ini semua demi kamu Shill! Demi kebaikan kamu! Demi kebahagian kamu!”

“kamu itu jangan sok tau kak! Mana mungkin ini demi kebaikan aku?! kebaikan apanya?? Kamu pikir aku bisa bahagia tanpa kamu!! Kamu pikir aku bisa hidup tanpa kamu!!”

“bisa Shil, pasti bisa!”

“engga kak!”

“bisaa!”

“ENGGA!! SAMPAI KAPANPUN AKU GAK AKAN PERNAH BISA HIDUP TANPA KAMU!!”

Alvin kembali menarik Shilla kedalam pelukannya. Ia sungguh sangat tidak tega dengan gadis yang masih sangat ia cintai itu. namun ia telah berjanji pada dirinya sendiri. Sebagai seorang laki-laki sejati, ia tidak akan pernah mengingkari janjinya sendiri.

Ify dan Oik sudah berurai air mata melihat Shilla dan Alvin seperti itu. mereka benar-benar tidak tega melihatnya. Kasihan sekali Shilla. Ia pasti benar-benar shock sekarang ini.


Rio merangkul Ify. mencoba menenangkan Ify. Cakkapun seperti itu. ia merangkul Oik dan mengelus-elus bahu Oik.

“tolong jangan pergi kak. Tolong jangan tinggalin aku.” lirih Shilla dalam peluk Alvin.

Alvin tidak bisa menjawab. Ia hanya mampu memeluk gadis ini. Memberikannya kehangatan mungkin untuk yang terakhir kalinya. Meski sesungguhnya ia sangat berharap suatu saat nanti ia masih bisa mendekap gadisnya ini.

Cukup lama, iapun melepaskan pelukannya.

“maafin aku ya Shill.” Alvin menghapus air mata Shilla dengan kedua jempolnya.

Flight with destination Jakarta-Singapore will soon take-off. Please for the passengers Merpati Airlines to immediately enter the plane.

“okeh, pesawat gue udah mau berangkat. Gue pergi dulu yaa.” Alvin tersenyum masam.

Ifypun langsung berlari ke Alvin dan memeluknya.

“kak Alvin, elo udah gue anggap kaya kaka gue sendiri. Maafin gue ya kak.. maaafin gue.” Ify terisak dalam pelukan Alvin.

“lo ga salah apa-apa sama gue Fy. Ngapain minta maaf?”

Lalu Oik dan Shillapun ikut memeluk Alvin. Mereka tidak perduli dengan orang –orang yang sedari tadi melihat mereka dengan aneh.

Rio, Cakka, dan Ielpun ikut menghambur memeluk Alvin. Sungguh, mereka sangat tidak ingin kehilangan Alvin.

“oke oke, cukup…” merekapun melepaskan pelukan mereka.

“gue udah harus pergi. Gue pergi dulu ya. Gue titip Shilla yaa.”

“kak… ga bisa dibatalin??” tanya Shilla berharap.

“maaf Shilla, tapi ga bisa.”

Shilla kembali menangis dan memeluk Alvin. Tidak mau melepaskannya.ia tidak mau melepaskan Alvin. Ia ingin Alvin bersamanya terus.

Ah, andai saja kemarin ia mau memaafkan Alvin. Pasti sekarang mereka sedang bersenang-senang bersama. Mengapa ia begitu bodoh!? Akhirnya ia akan kehilangan Alvinkan??

“Shil, udah dong. Jangan bikin aku semakin berat buat pergi.”

“biarin! Biar kamu ga jadi pergi. Biar kamu ga usah ninggalin aku.”

Shilla melepaskan pelukannya. Lalu Ia mengeluarkan kertas putih tidak beramplop. Ia memberikannya pada Alvin.

“aku harap kamu mau baca itu.”

“pasti aku baca. Aku pergi dulu ya. Makasih ya. Aku sayang kamu..”

Alvin mengecup kening Shilla sejenak. Kembali tidak memperdulikan apa tanggapan dari orang-orang yang melihatnya.

Shilla kembali menitihkan air matanya. Perlakuan Alvin ini, semakin membuatnya berat untuk kehilangan Alvin. Tidak bisakah waktu diputar kembali?

“semua gue pergi yaa…”

Semua mengangguk dengan berat hati. Akhirnya, dengan berat hati pula, Alvin berbalik lalu melangkahkan kakinya ke dalam untuk memasuki pesawat. Setelah agak menjauh, Shilla kembali memanggilnya, membuat ia kembali menghentikan langkahnya da menoleh.

“KAK ALVIN!”

“hati-hati..”

Alvin tersenyum dan mengangguk. Dan ia kembali meneruskan langkahnya.

Setelah Alvin tak terlihat lagi, Shilla kembali menangis di sana. Tidak kuat menopang, akhirnya ia terjatuh berlutut. Ia tak kuat. Sungguh-sungguh tak kuat. Bagaimana hidupnya setelah ini? Bagaimana hidupnya setelah Alvin meninggalkannya? Akankah ia sanggup bertahan sendirian, tanpa Alvin?

Tuhan, akankah Alvin kembali ke sini untuknya suatu saat nanti? Ia harap begitu. Karena sepertinya, cinta yang begitu besar terhadap Alvin ini, tidak akan pernah mampu untuk hilang. Ia akan selamanya mencintai Alvin.

Bodoh! Ia benar-benar bodoh! Ia sangat menyesal. Mengapa ia tidak memaafkan Alvin??? Mengapa ia egois? Mengapa rasa cintanya pada Alvin tidak mampu menyulut emosinya? Seandainya waktu bisa diputar. Seandainya pula, ada kesempatan kedua untuknya, ia akan mempergunakan kesempatan itu sebaik mungkin.

Ify dan Rio menghampiri Shilla. membantunya berdiri, dan memapahnya berjalan menuju mobil. Sepertinya saat ini, Shilla benar-benar sangat terguncang. Kasihan sekali Shilla.

Semoga suatu saat Alvin akan pulang. Pulang untuk menemui mereka. Pulang untuk kembali merajut cerita dengan mereka. Dan Alvin akan tetap menjadi sahabat mereka. Selamanya. Sekali sahabat, tetap sahabat!
***

Alvin menyandarkan kepalanya ke sandaran. Lelah. Sangat lelah. Ia ingin sekali membatalkan niatnya. Ingin sekali, demi Shilla. demi sahabat-sahabatnya. Namun ia sudah berjanji.

Ia sangat tidak tega melihat Shilla menangis histeris seperti tadi. Lagi-lagi ia membuat Shilla menangis. Lagi-lagi ia membuat Shilla menitihkan air mata. Dan itu akibat ulahnya!

‘aku minta maaf Shil. Tapi mungkin ini yang terbaik. Aku sayang kamu. Selamanya akan tetap mencintai kamu. Cuma kamu, dan ga akan ada yang lain yang singgah di hati aku. aku harap suatu saat nanti aku bisa kembali ke sini buat kamu. Buat kalian.’

Tiba-tiba Alvin teringat akan kertas yang tadi Shilla berikan padanya. Iapun merogoh saku celananya dan membaca isinya.

Walau kita harus berpisah
Cinta untukmu takkan terhapus
Walau semua harus berakhir
Takkan berhenti mencintaimu                                          

Ku berjanji cinta ini
Cinta kita akan abadi
Tak perduli walau kita
Harus terpisah dan tersakiti

Biarkan aku bersamamu
Walau ku harus menanti
Tak akan ada
Waktu percuma

Jadilah cahaya hidupku
Berikan kuasa cintamu
Sluruh hidupku
Hanya untukmu

Bawalah semua janji dan harapan yang ada dirimu
Diriku akan menanti kehadiranmu lagi
Sluruh hidupku hanya untukmu

Jangan larang aku buat terus mencintai kamu dan terus menanti kamu. Walaupun semua harus berakhir dengan cara kaya gini, cinta dari kamu buat aku dan cinta dari aku buat kamu, ga akan pernah hilang.

Aku janji, cinta ini, cinta kita yang udah cukup lama kita curahin buat satu sama lain, akan tetap abadi dalam hati aku. aku ga peduli, walaupun jarak dan waktu misahin kita. Tetep kamu yang aku mau.

Jadi izinin aku buat terus sama-sama kamu walau Cuma dalam mimpi. Aku engga perduli berapa lama aku harus menanti kamu. Aku ga perduli. Cinta ini, selalu menemani kamu ke manapun kamu melangkah.

Tetap jadi Alvin aku. Alvin yang mencintai aku dan aku cintai. Tetap selalu jadi cahaya buat menerangi hidup aku. seluruh hidup dan cinta aku, milik kamu, sayang.

Kamu boleh pergi, tapi engga dengan cinta kamu. Aku harap kamu ga akan pernah bosan buat terus cinta sama aku.

Aku berharap, suatu saat nanti kamu bakal balik lagi buat aku. buat kembali menjalin hubungan istimewa itu sama aku. buat kembali merajut kisah sama aku.

Kembali kak. Bawa cinta kamu. Aku akan terus nunggu kamu di sini. Aku sayang kamu.

Ashilla



Alvin tersenyum lalu memeluk kertas itu. merasakan seakan-akan yang ia peluk itu adalah Shilla.

‘makasih Shilla. semoga suatu saat nanti aku bisa balik lagi ke sini, buat kamu.’
***

Berulang kali Ify menoleh ke belakang. Melihat Shilla yang masih saja menangis namun dalam diam. Sungguh, penampilannya sangat acak-acakan sekali. Rambutnya sudah tak berbentuk. Wajahnya merah, matanya sembab, air mata menyelimuti wajahnya.

Ify merasa sangat iba melihat sahabatnya itu. mengapa sih Alvin keras kepala sekali? Tidak tahukah ia, akan banyak yang merasa kehilangan jika ia benar-benar pergi?!

Lihatlah Shilla sekarang? Baru beberapa menit saja, ia sudah seperti orang depresi berat! Bagaimana jika satu minggu ke depan, satu tahun ke depan, tiga tahun ke depan, bahkan jika selamanya?

Tetapi ia tidak bisa menyalahkan Alvin juga. Ini tidak sepenuhnya salah Alvin. Ada campur tangan dari Rio, Shilla, bahkan ia sendiri ikut-ikutan. Andai saja, ia mampu membujuk Rio dan Shilla untuk memaafkan Alvin. Pasti semua tidak akan begini jadinya.

Apa yang akan terjadi dengan Shilla setelah ini? Ia sangat khawatir Shilla tak mampu bertahan tanpa Alvin, dan akhirnya… ah, berfikiran apa sih ia ini?! Tidak mungkin Shilla seperti itu? waktu itu saja, Shilla yang membuatnya sadar. Masa sekarang Shilla melakukannya?!

Tidak, ia yakin Shilla kuat. Shilla pasti tegar. Shilla pasti mampu menghadapi semua ini. Siapa tau, suatu saat nanti, Alvin aka kembali lagi ke sini. Amin.

“Shill, udah dong! Jangan nangis terus!”

Ify kembali memutar tubuhnya menghadap ke jok belakang, di mana Shilla duduk.

Shilla diam tak menjawab. Dalam pikirannya saat ini hanya ada Alvin, Alvin, dan Alvin. Bagaimana ia setelah ini? Baru saja beberapa menit yang lalu Alvin pergi, ia sudah sangat merindukan Alvin. Ia merasa kehilangan separuh hatu dan jiwanya.

Sungguh Shilla sangat merindukan Alvin. Ia sangat menyesal mengapa harus berakhir dengan perpisahan? Apa? Akhir? Tidak! Ini belum berakhir! Ia yakin, suatu saat nanti Alvin akan kembali ke sini untuknya.

Tapi, bagaimana jika Alvin benar-benar tidak akan pernah kembali lagi ke sini? Bagaimana jika Shilla hanya ditakdirkan untuk menunggu Alvin, tetapi Alvin tidak akan pernah muncul lagi di hadapannya?

Tidak! Ia mau Alvin! Ia menginginkan Alvin kembali! Seandainya saja ia bisa ikut dengan Alvin ke sana. Bagaimana sekarang?

Ia sangat menyesal dengan semua yang sudah ia perbuat terhadap Alvin kemarin-kemarin. Ia mneyesal telah mengacuhkan permintaan maaf Alvin. Ia menyesal selalu menghindari Alvin. Ia menyesal telah memperlakukan Alvin seperti itu.

Shilla menggeleng-gelengkan kepalanya mengusir semua kemungkinan buruk yang akan diterimaya. Tangisnya semakin menjadi. Namun masih tetap tanpa suara.

Tidak mungkin! Alvin pasti akan kembali untuknya! Ia yakin Alvin masih mencintainya! Ia yakin itu! alvin akan kembali untuknya. Ia pasti kembali. Tapi kapaaan?? Bagaimana jika 10 tahun lagi? apa ia sanggup menunggu selama itu?

Ia merindukan Alvin! Ia ingin Alvin berada di sampingnya. Menghapus air matanya. Menjadi tempatnya bersandar saat ini. Tapi mana mungkin? Jika Alvin ada di sampingnya, ia tidak akan menangis seperti  ini.
***

Tak terasa waktu dihabiskan Shilla untuk melamun selama perjalanan. Mereka kini sudah berada di depan rumah Shilla. Ify turun dari mobil Rio, lalu membuka pintu belakang untuk menyuruh Shilla turun.

“Shil, udah nyampe.”

Ify menyentuh bahu Shilla.

“ha?”

Shilla tersentak. Seperti orang linglung, ia menoleh ke kanan, ke kiri. Ia merasa kenal dengan tempat ini.

“di… di mana nih?” tanya Shilla dengan suara serak.

“di rumah lo.”

“oh, yaudah. Gu.. gue turun deh. Makasih ya Fy, ka Rio.”

Rio yang sedari tadi memutar tubuhnya menghadap ke belakang, tersenyum sambil mengangguk.

“gue anterin yuk!” tawar Ify.

“engg.. engga usah Fy. Gue bisa sendiri.”

Shillapun turun dari mobil Rio.

“yakin?”

Shilla mengangguk sambil memaksakan seulas senyum untuk Ify.

“yaudah, gue balik yaa. Lo beneran gapapa kan?”

“iya. Thanks ya.”

“oke, hati-hati Shil.”

“yang harusnya bilang kaya gitu gue. hati-hati ya Fy, kak Rio. Makasih udah nganterin gue.”

“udah ga usah dipikirin lagi. ge juga ngerasa kehilangn Alvin. Tapi gue yakin, suatu saat nanti Alvin pasti balik lagi ke sini buat elo.” Rio buka suara.

Shilla kembali memaksakan seulas senyum.

“iya kak. Semoga aja.”

“yaudah kita balik yaa..”

Shilla mengangguk. Setelah itu mobil itupun sudah tak terlihat lagi dari pandangan Shilla. ia segera masuk ke dalam rumah.

Bersambung……

Bersambungnya engga banget yaaa? Hehe. Maaf yaa

Mau cuti sampe hari Rabu. Soalnya mau jalan-jalan. Hehe sampe hai Rabu aku ga bisa ngepost nih, soalnya mau ke Yogya dan ga di izinin bawa laptop.

Insya Allah hari Kamisnya ya. Semoga pada mau sabar nunggu.

Part ini ancur yaa? Maaf deeh. Udah di usahain biar bagus, tapi ini hasilnya, gajelas.

Makasih buat yang udah koment di part kemaren dan udah ngelike.

Hayoo, yang kemaren nebak Alvinnya gajadi pergi, salah. Hehe. Alvinnya pergi tuh.

Oh iya, itu lagu yang ada di suratnya Shilla buat Alvin lagu derby Romero – Kuasa Cintamu. Enak tuh lagunya.

Okedeh.
Silahkan berkomentar sesuka hati kalian ya. Yang suka boleh ngelike. Kalo mau protes juga gapapa. Asal jangan ngejelekin di belakang aku aja yaa.

Makasih :))

The Power Of Love *Part 27*

The Power Of Love *Part 27*

oleh Amelia Jonathan Azizah RiseIfc pada 11 Mei 2011 jam 18:49
Ketemu lagi sama saya Di part ini. Maaf atas keterlambatannya . Yaudah, ini langsung aja yaaa. Semoga engga mengecewakan. Makasih buat yang udah mau nunggu cerita ini dan baca cerita ini dari awal *kaya mau tamat aja* .


The Power Of Love *Part 27*

Pemuda itu menoleh ke arah kanan dan kiri. Memastikan bahwa saat ini di sekitar sana sedang sepi. Tidak ada siapa-siapa selain dirinya. Setelah yakin bahwa memang hanya ada dirinya di sana, iapun membukan pintu, dan masuk ke dalam.

Hem, sepi. Pikirnya. Ia kembali menoleh ke arah kanan dan kiri. Kembali memastikan bahwa keadaannya mendukung. Hem, benar-benar sedang sepi. Tidak ada penjaganya. Iapun melangkahkan kakinya menuju ke arah meja panjang yang sengaja di sediakan di sana. Wah, benar dugaannya. Gadis itu ada di sana.

Ehem, ehem. Ia berhedem pelan mengetes suaranya. Lalu mengangkat gitar yang sedari tadi di bawanya, dan mulai memetiknya. Tidak peduli bahwa gadis itu sedang membaca bukunya. Yang penting ia ingin bernyanyi sekarang.

Jreeng

Gadis itu menoleh ke arah suara petikan gitar itu. Ia mengernyit mendapati seorang pemuda sedang memetik gitarnya.

Bisakah aku memilikimu
Mampukah aku hidup denganmu
Ini memang berat perjalanan cintaku
Aku harus tentukan

“ehem, ehem..” pemuda itu berdehem kembali.

“mau ngamen ya mas?? Ini perpus, ngamen di luar sana. Lagian saya ga punya uang receh!”

“saya ga perlu uang receh. Saya Cuma butuh cinta. Cinta kamu…”

Gadis itu kembali mengernyit.

“maksudnya??”

“saya butuh cinta dari kamu. Saya mau kamu membayar saya dengan cinta kamu.”

Gadis itu tersenyum miring.

“mau ngegombal? Ga mempan!”

“engga, saya engga mau ngegombal. Saya serius!” ucap si pemuda degan nada serius.

“hem, segini doang?! Payah!” gadis itu tersenyum meremehkan.

“ets, jangan menganggap Cakka remeh! Ayo ikut!”

Oik mengangkat kedua bahunya, lalu berdiri mengikuti langkah Cakka.

Cakka mengajak Oik ke taman belakang sekolahnya. Namun sebelum masuk ke dalam taman, Cakka menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap ke arah Oik.

Oik yang belum ada persiapan untuk berhenti, langsung mengerem mendadak kala ia hampir saja menabrak Cakka.

“apaan sih?? Ngagetin aja berenti tiba-tiba!” kesal Oik.

“gue mau nutup mata lo!” Cakka mengeluarkan sebuah kain untuk menutupi mata Oik.
“hah?? Ngapain sih pake acara tutup-tutupan mata segala!!??”

“udah deh, ga usah ngeyel kenapa! Ikutin aja!”

Oik mendengus sebal. Maksa banget sih! Pikirnya gondok. Akhirnya dengan pasrah ia menuruti saja. Cakka menurtupi mata Oik dengan kain tadi. Setelah selesai, ia menuntun Oik untuk masuk ke dalam taman.

“tunggu aba-aba baru buka mata. Oke?”

Oik hanya mengangguk saja.

Cakka pergi entah ke mana. Oik masih menunggu aba-aba dari Cakka. Lalu Cakka kembali dengan sebuket mawar merah di tangannya.

Ia meraih tangan Oik. Lalu diletakkannya bunga itu di tangan Oik.

“pegang. Ini buat lo! suka ga suka, mau ga mau, harus tetep elo terima bunga ini.” Ucap Cakka lebih tepat ke memaksa.

Oik mengangguk, menuruti ucapan Cakka. Lalu Cakka melepaskan tangan Oik. Oik masih menunggu aba-aba dari cakka untuk melepas tutup matanya.

Tiba-tiba suara gitar kembali terdengar. Namun kali ini nadanya terasa lirih.

Hidupku tanpa cintamu
Bagai malam tanpa bintang
Cintaku tanpa sambutmu
Bagai panas tanpa hujan

Jiwaku berbisik lirih
Kuharus milikimu

Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku
Meski kau tak cinta kepadaku
Beri sedikit waktu biar cinta datang karna telah terbiasa

Simpan mawar yang ku beri
Mungkin wanginya mengilhami
Sudikah dirimu untuk
Kenali aku dulu

Sebelum kau ludahi aku
Sebelum kau robek hatiku

Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku
Meski kau tak cinta kepadaku
Beri sedikit waktu biar cinta datang karna telah terbiasa

Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku
Meski kau tak cinta kepadaku
Beri sedikit waktu biar cinta datang karna telah terbiasa

Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku
Meski kau tak cinta kau tak cintaaa

Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku
Meski kau tak cinta kepadaku
Aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku
Meski kau tak cinta kepadaku
Beri sedikit waktu biar cinta datang karna telah terbiasa

Oik merasakan jantungnya berdetak sangat cepat. Air matanya rasanya ingin meledak seketika itu juga. Entah mengapa, lagu itu sangat menyayat hatinya. Lagu itu dinyanyikan dengan versi akustik, benar-benar mampu menyentuh hati siapa saja yang mendengarnya.

“elo boleh buka mata sekarang!”

Oik pun menuruti. Ia membuka matanya. Lalu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru taman. Astagfirullah! Taman ini, benar-benar indah sekali. Siapa yang telah mendekornya?

Banyak sekali bunga-bunga bermekaran di sekitarnya. Ia seperti sedang berada di taman bunga. Diapit oleh bunga-bunga itu. ia berada di tengah-tengah. Bunga-bunga itu membentuk kata ‘LOVE’ . sangat cantik! Dengan warna yang berbeda-beda. Berapa lama Cakka menyiapkannya??

Ia kembali mengedarkan pandangannya. Di mana Cakka? Ia tak menemukan Cakka?

“kamu di mana kak?” teriak Oik.

“lo gaperlu tau di mana gue. lagu tadi, gue persembahin buat elo! Gue berharap, elo mau buka hati lo buat gue. gue pasti bisa bikin lo cinta sama gue! gue yakin!!” ucap Cakka entah dari mana asalnya. Tetapi tetap terdengar sangat jelas oleh Oik.

“sekarang, gue dengan penuh harapan, dengan penuh keinginan, dengan penuh keyakinan, mau ngungkapin, apa yang selama ini gue rasain. Apa yang selama ini gue yakinin. Gue cinta sama elo, Oik! Gue mau jadi sesuatu di hidup lo! gue mau jadi salah satu kisah yang ikut ngebangun cerita hidup lo! gue mau jadi mimpi indah elo! Gue mau elo jadi pacar gue! gue mau elo jadi penghias hati gue!” lanjutnya.

Oik berfikir sejenak. Meyakinkan juga apa yang selama ini ia yakini. Meresapi setiap perasaan yang ia rasakan. Mengumpulkan segalanya menjadi satu. Dan mencoba merangkai kata yang tepat untuk menjawab semuanya.

Apa ia mencintai Cakka juga??

“elo mau ga jadi pacar gue???”

Teriakan Cakka membahana di seluruh penjuru taman. Entah dengan apa Cakka mengatakannya.

Oik semakin meyakinkan hatinya. Inilah waktu yang tepat untuk mengungkapkan apa yang ia rasa. Inilah saatnya, memberi tau pada dunia, bahwa ini adalah perasaannya, perasaan yag selama ini menjalari hatinya.

“keluar kak!” suruh Oik.

“jawab dulu, baru gue bakal keluar!”

“tapi aku mau kamu keluar dulu! Baru aku jawab!”

“jawab aja dulu! Gue bakalan terima kok apapun jawaban lo! gue janji!”

Oik menghela nafas. Baiklah, akan ia katakan semua yang ia rasakan!

“okeh, aku bakalan jawab. Kaka janji ya, harus terima segala keputusan aku!”

“iya Ik, gue janji!!”

“aku mau kasih tau sama kamu apa yang selama ini aku rasain, yang selama ini aku yakinin, yang selama ini mau aku bilang. Aku tau, ini aneh. Kita selalu berantem. Tapi tiba-tiba kamu bilang kamu suka sama aku!”

“plis deh Ik, ga usah muter-muter!!”

“iya, iya sabar! Aku jga bingung kenapa aku bisa kaya gini. Tapi aku ga bisa bohongin perasaan aku kak! Kalo sebenernya selama ini aku…”

Oik menggigit bibir bawahnya. Aduh, bagaimana cara mengatakannya? Ia terus mencari kata-kata yang tepat untuk memberitau pada Cakka bagaimana perasaannya pada Cakka.

“apa?”

“aku… aku…”

“aku apa??”

“aku udah lama nunggu saat ini!”

“maksudnya??”

“em, aku udah lama nunggu kaka nyatain ini sama aku! Aku udah lama pingin denger kaka bilang kaya gitu. Sebenernya selama ini, aku diem-diem selalu mikirin kaka! Aku pingin kaka juga bisa suka sama aku! Ternyata, apa yag aku harapin selama ini terkabul.”

“jadi jawabannya???”

Oik menggangguk, “aku izinin kamu buat jadi sepenggal kisah yang bakal ngelengkapin cerita hidup aku! Aku bersedia jadi pacar kamu!”

“serius Ik???”

“serius!!”

“beneran??”

“benerr…”

“aaaa, Alhamdulillah ya Allah…”

Cakka langsung berlari lalu memeluk Oik dari belakang.

“ehh..” ceplos Oik kaget saat Cakka tiba-tiba memeluknya.

Cakkapun melepaskan pelukannya.

“makasih Ik. Makasih. Gue janji gue bakalan ngejagain elo. Gue bakalan jadi yang terbaik buat lo! elo bakalan jadi satu-satunya buat gue! gue bakalan cinta, sayang sama lo dengan sepenuh hati gue. gue bakalan ngasih apapun yang gue punya, Cuma buat elo!!” Cakka mengenggam tangan Oik.

Oik mengangguk-angguk sambil tersenyum.

Biar dunia menghina
Tapiku tetap cinta
Cause I miss you
Cause I need you

Biar dunia saksinya
Cinta kita berdua
Cause I love you
Cause I need you

Cakka kembali bernyanyi secara acapella. Memberitahukan perasaannya lewat sepenggal lagu itu. Ia lalu kembali menarik Oik ke dalam pelukannya.

“cieeeeeeeeeeee…”

Tiba-tiba semua murid-murid muncul dari segala arah. Membuat Oik kembali terkejut.

“hah?? Kamu ngundang mereka???”

“iya. Hehe..”

“ih, malu tau!!”

“cie ciee.. pejenya ya jangan lupa!!”

“langgeng yaa…”

“makasih ya semuanya udah bantuin gue bikin ini taman jadi bagus kaya gini… elo semua hari ini makan gratis di kantin..”

“yeeeee…” semuapun kembali bubar.

“huft, malu…”

Cakka tersenyum.

“gapapa, yang penting kamu milik aku sekarang! Balik yuk!!”

Oik mengangguk. Lalu cakka meraih tangan Oik dan menggandengnya keluar taman. Ingin menunjukkan pada dunia, bahwa sekarang gadis di genggamannya itu adalah miliknya. Dan ingin memberitaukan betapa bahagianya ia hari ini, dan betapa bahagiannya ia karena cintanya terbalaskan.
***

Ify dan Rio sedang makan di kantin. Berduaan. Masih hangat-hangatnya, baru baikkan. Tiba-tiba Cakka dan Oik dateng sambil gandengan tangan, menghampiri mereka berdua.

“ciee yang udah jadian..” goda Ify dan Rio.

“langgeng yaa…” ucap Ify.

“thanks Fy!”

“peje kita lebih dong??” Rio menaikturunkan alisnya.

“iyeee..”

“haha, Cakka baik deh..”

“gitu aja lo muji!! Biasanya juga ngatain!!”

Rio cengengesan..

Tiba-tiba Iyel dan Alvin datang lalu menepuk pundak Cakka.

“cieeee, langgeng yaa…” koor Iyel dan Alvin.

“thanks yaa…”

Rio menatap tajam Alvin yang sedang tertawa pada Cakka. Senyumannya seketika hilang. Ingin sekali rasanya ia meninju wajah itu. kalau tidak ingat tangannya sedangg terluka, sudah ia layangkan tinjunya pada laki-laki itu.

Ia membanting sendok yang sedang dipegangnya dengan kasar dan kencang. Sehingga membuat Alvin, Iel, Cakka, Oik dan Ify menoleh ke arahnya.

“kenapa kak?” tanya Ify.

“engga! Males aja… mau balik gak? Aku mau pindah dari sini! Engga tau kenpa tiba-tiba ngerasa MUAK aja di sini!!” sindir Rio.

“kak…” Ify menendang pelan kaki Rio.

Rio langsung bangkit berdiri. Ia menatap tajam Alvin, lalu pergi dari kantin.

Ify ikutan bangkit.

“kak, maaf yaa. Kak Rio kayanya masih gasuka.. maaf banget ya kak. Ga usah dimasukin hati omongan kak Rio tadi..” ucap Ify merasa tak enak hati.

Alvin tersenyum tipis.

“gapapa Fy. Gue maklum kok!”

“maaf banget ya kak sekali lagi. gue duluan yaa. Nyusul ka Rio.”

Setelah mendapat anggukan dari semuanya, Ifypun berlari mengejar Rio. Okeh, kali ini harus berbicara dengan tenang dan kepala dingin. Jangan memarahi Rio! Jangan membangkitkan emosi Rio! Bisa-bisa mereka berantem lagi!
***

Alvin menghela nafas berat, putus asa. Kapan ini semua berakhir? Kenapa semuanya sangat runyam? Ia sudah muak dengan keadaan seperti ini. Ia ingin semua kembali seperti dulu lagi. ia ingin semuanya kembali indah. Ia tidak ingin ada permusuhan di antara mereka.

Tapi kenapa ia seakan adalah sampah yang kehadirannya sangat tak diinginkan oleh Rio? Ia ingin sekali meminta maaf sekali lagi pada sahabatnya itu. tapi bagaimana bisa, jika melihatnya saja, Rio sudah benar-benar muak? Ah, ia ingin semua ini cepat berakhir!

Adakah cara agar semua kembali seperti semula? Adakah keajaiban yang bisa membuat semuanya menjadi indah kembali? Adakah? Ia akan melakukan segala cara untuk mendapatkan maaf dari Rio dan Shilla! termasuk jika ia harus meninggalkan dunia ini. Ia sangat rela, asal Rio dan Shilla mau memaafkannya.

Cakka dan Iel menepuk pundak Alvin,

“sabar ya Vin! Elo tau Riokan? Dia pasti susah buat maafin orang yang udah nyakitin dia. elo jangan nyerah yaa. Semua bakal berakhir secepatnya kok!”

“thanks ya Yel. Gue harap begitu!”

Iel tersenyum dan kembali menepuk-nepuk pundak Alvin. Kasihan sekali sahabatnya yang satu ini. Sayang ia tak bisa membantu apapun untuk menyelasikan semuanya. Ia tau sifat Rio. Ucapannya tak akan di dengar. Yang ada ia malahan masuk rumah sakit karena bonyok duluan.

Ucapan Ify saja tidak di dengar oleh Rio. Apalagi ucapannya. Iapun berharap semoga persahabatan mereka akan kembali seperti dulu lagi.
***

Ify bingung, kemana sih Rio? Kok hilang tiba-tiba sih? Ia sudah mencari Rio di mana-mana, tapi kok tak ada? Jangan-jangan Rio pergi lagi dari sekolah??

Ify kembali ke kelas Rio. Ingin memastikan apakah Rio memang benar-benar pergi atau tidak. Ia takut Rio melakukan sesuatu yang nekat. Rio kan orangnya nekatan! Ia benar-benar takut terjadi sesuatu dengan kekasihnya itu.

Ia masuk ke dalam kelas Rio. Menoleh ke arah kanan dan kiri. Hem, tidak ada Rio. Tapi ada tasnya. Kemana sih lelaki satu ini? Ify mencari di segala sudut kelas, dan menemukan Rio sedang tiduran di meja belakang. Menyatukan 3 buah bangku untuk di jadikannya tempat tidur.

Ify bernafas lega ketika mendapati Rio sedang tiduran di dalam kelasnya. Tadi kenapa ia tidak mengecek ke sini? Ia melangkah mendekati Rio.

“kak Rio…”

Rio tak menyahuti. Ia tetap menutup matanya.

“kak Riooo…”

Rio tetap tak menyahut. Ify menarik nafas. Jurus terkahir. Semoga berhasil.

“sayang!!”

Panggilnya lembut sambil mengusap pipi Rio. Barulah Rio membuka matanya. Ify memutar kedua bola matanya. Dipanggil sayang aja, baru deh nyahut! Pikirnya.

“kenapa sih kak???”

“engga!”

“sakit??”

“engga.”

“terus kenapa?”

“males!”

“males kenapa???”

“males aku Fy ada dia!”

“aku kasih saran sama kamu. Mendingan kamu lupain masalah itu. ini udah masuk minggu ke dua kalian berantem. Mendingan kamu lupain semua, ulang lagi persahabatan yang pernah kalian jalin sama-sama. Sebelum semuanya terlambat kak!”

“engga Fy! Aku ga sudi punya sahabat kaya gitu!”

“kak, ga boleh ngomong gitu! Biar gimanapun, dia itu tetep sahabat kamu! Aku yakin kak Alvin pasti tersiksa banget di perlakuin kaya gitu sama kamu! Dibenci Shilla aja, itu udah bikin dia ngenes. Apalagi sama kamu! Ayolah kak, lupain semuanya. Ulang semuanya dari awal lagi. apa salahnya sih kak maafin kesalahan orang! Lagiankan dia waktu itu khilaf.”

“khilaf! Untung khilafnya Cuma begitu. Coba kalo…”

“udah ah, ga usah seuzon sama orang! Pikirin deh kak kata-kata aku! Sebelum semuanya terlambat!”

“terlambat? Maksudnya?”

“daripada nanti semuanya keburu terlambat. Siapa tau , kak Alvin strees sama masalah ini dan lebih milih pergi ninggalin kita! Emang kaka mau kehilangan sahabat kaka??”

“biarin! Aku ga butuh sahabat kaya gitu! Mendingan dia pergi!!”

“kaaak! Ngomongnya kok kaya gitu sih??! Yaudahlah. Aku Cuma bilang! Terserahlah kaka mau nanggepinnya kaya gimana. Aku ga naggung ya kalo suatu saat nanti kaka jadi nyesel karna semuanya udah terlambat.”

Rio menatap Ify. mencerna semua ucapan Ify. benar juga sih apa yang Ify bilang. Ah tapi masa bodo jugalah! Ia tidak butuh sahabat seperti Alvin!

Dari luar, Alvin mendengarkan semua percakapan Ify dan Rio. Ia memikirkan kata-kata Ify tadi.

daripada nanti semuanya keburu terlambat. Siapa tau , kak Alvin strees sama masalah ini dan lebih milih pergi ninggalin kita! Emang kaka mau kehilangan sahabat kaka??

Ah, apa iya ia harus pergi dari sini? Apa iya ia harus meninggalkan dunianya sekarang? Apa itu akan menyelesaikan masalah? Apa itu akan membuat semuanya kembali seperti dulu lagi?

Tapi ia akan mengorbankan apapun demi kebahagiaan semuanya. Mungkin memang Rio dan Shilla akan bahagia jika ia tak ada lagi di kehidupan mereka. Mungkin memang jika ia menghilang, semua akan kembali menjadi seperti dulu lagi.

heh, udah aku duga! KAMU ITU PENGECUT! Berainya mukul cewe!!
maaf. Kamu pikir maaf kamu bisa ngurangin rasa sakit hati aku!

hukum??? Hukuman apapun bahkan ga setimpal sama apa yang kamu lakuin!

AKU GA BAKAL MAAFIN KAMU !!!

engga Fy! Aku ga sudi punya sahabat kaya gitu!       

biarin! Aku ga butuh sahabat kaya gitu! Mendingan dia pergi!!

Ucapan Shilla dan Rio kembali terngiyang-ngiyang di benaknya. apalagi ucapan Rio.

biarin! Aku ga butuh sahabat kaya gitu! Mendingan dia pergi!!

Apa benar pergi dari kehidupannya sekarang akan memperbaik suasana? Apakah sekarang ini ia memang hanya sebuah sampah yang sudah sangat tak berguna dan siap untuk dibuang? Apa ia seperti itu?

Mengapa tak ada jalan keluar yang lain? Mengapa hanya ada ide itu di kepalanya? Apakah iya benar-benar harus pergi? Apakah ia memang harus keluar dari kehidupannya yang sekarang?

Tapi apa ia bisa hidup tanpa Shilla? apa ia bisa hidup tanpa ada Shilla lagi di sisinya? Tapi Shilla tidak bahagia bersamanya! Shilla sudah tidak mencintainya lagi! apakah ia benar-benar harus pergi?

Ah Tuhan! Tolong bantu berikan jalan keluar untuk semua masalah ini!
***

Sudah dua minggu sejak kejadian malam itu berlalu. Tapi kenapa rasa sakit itu masih belum bisa hilang juga? Mengapa rasanya sangat menyakitkan?

Ia sudah sangat rindu sosok itu. ia sangat sangat merindukan sosok kekasihnya. Ia ingin bisa memeluk kekasihnya itu. ia ingin seperti dulu lagi. ia ingin semuanya membaik.

Tapi mengapa Ia tidak bisa memaafkannya? Mengapa mengeluarkan kata maaf itu susah sekali rasanya? Mengapa ia tidak bisa?

Jika ia tidak bisa memaafkannya, mengapa ia tidak bisa melupakannya juga? Mengapa sosok Alvin selalu mondar-mandir di benaknya? mengapa hanya ada Alvin Alvin dan Alvin setiap hari dipikirannya??

Ia ingin semua ini berakhir! Ia ingin semuanya kembali seperti semula lagi! ia ingin semuanya kembali indah! Ia ingin seperti dulu lagi!

Mengapa semua itu hanya bisa menjadi keinginan? Mengapa itu semua tidak bisa terjadi? Apa Tuhan tidak mengizinkan mereka untuk kembali bersatu? Apa memang hubungan mereka harus berakhir sampai di sini?

Ia memang sudah memutuskan hubungan mereka –meski secara sepihak-. Tapi sesungguhnya hatinya sangat sangat tidak rela. Ia tidak ingin kehilangan Alvin. Ia masih ingin mengukir kisah dengan Alvin.

Sudah lama sekali rasanya ia tidak melihat senyuman kekasihnya itu! ia sangat ingin melihatnya. Ia ingin melihat Alvin tersenyum untuknya lagi, seperti dulu. Ah adakah cara untuk melupakan segalanya?

Ia akan lakukan apapun caranya untuk melupakannya. Tapi nyatanya ia tak bisa! Sakit, tapi sangat rindu akan sosoknya! Egois sekali ya dia ini!?

Tuhan, bersediakah Kau untuk mengangkat semua rasa sakit ini dari hatinya? Bersediakah Kau untuk mengembalikan kebahagiaannya seperti dulu ? Bersediakah Kau mengembalikan senyum yang dipersembahkannya untuk gadisnya seperti dulu? Bersediakah Kau merubah keadaan ini menjadi lebih baik lagi?

Jika Kau bersedia, segeralah tunjukkan keajaibanMu! Karena kita semua yakin, akan ada hari yang indah yang Kau berikan khusus untuk kami! Semoga hari itu cepat datang. Dan aku akan sabar untuk menunggu hari indah itu menghampiriku!
***

Gabriel melangkah di sepanjang koridor sekolah. Sambil berdendang pelan dan tentunya sambil tersenyum ramah pada siapa saja yang berpapasan dengannya.

Sedang asik-asiknya menebar senyum pada siswi-siswi di sana, seseorang dengan tidak sengaja menabraknya.

BRAAK

“aww!”

“aah!”

Mereka berdua merintih. Iel langsung mendongak, menoleh ke arah penabraknya. Seorang gadis ternyata. Gadis itu mengibas-ngibaskan tangannya di roknya, membersihkan roknya yang kotor.

Iel mengerutkan keningnya. Merasa aneh denga gadis berok putih biru ini. Sedang apa siswi SMP di sekolahnya? Apa ia ingin mendaftar? Tapi memangnya pendaftaran sudah dibuka?

Ia kembali mengerutkan kening, kala melihat wajah gadis itu. kaya pernah liat. Pikirnya.

Ia mencoba mengingat kembali. Siapa ya gadis ini? Di mana mereka pernah bertemu?

Ah, ia ingat. Gadis ini, pernah hampir di tabraknya. Iya. Benar. Gadis ini yang waktu itu tiba-tiba pergi tanpa mengindahkan tawarannya.

Ia lalu berdiri dan mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu untuk bangun. Kali ini si gadis tidak menolak. Ia meraih uluran tangan Iel lalu berdiri.

“maaf ya kak. Gue ga sengaja…”

“gapapa kok. Lo ngapain di sini???”

“mau em… nyari seseorang …”

“nyari siapa? Oh ya, elo siapa??”

“gue…”

“woy Yel! Gue cariin juga! Taunya di sini!! Wet sah, gebetan baru Yel? Ckckck, anak SMP? Wow, hebat!”

Cakka dengan tiba-tiba datang dan menghentikan ucapan si gadis berseragam putih biru itu.

“hush, sembarangan lo kalo ngomong!” Iel mendaratkan jitakannya ke Cakka.

Cakka cengengesan.

“eh, kenapa tumben nyariin gue?”

“mau ada pemilihan tim inti sama tim cadangan tuh. Ayo ah!”

“loh emang hari ini? Katanya minggu depan!”

“ga tau gue! gue Cuma di suruh nyariin elo doang! Ayo ah! Ditungguin nih kita!”

“yaudah deh ayo! Eh iya, sori lo kita anggurin! Duluan yaa…”

Gadis itupun mengangguk.

‘Yel? Apa dia yang di maksud?’ batin gadis itu sambil menatapi punggung  kedua pemuda itu.

Hari Minggu, hari libur. Hari yang tepat untuk berkumpul bersama teman-teman, atau berduaan sama pacar. Seperti yang dilakukan oleh pasangan ini. Gak di sekolah, gak di rumah, mereka selalu saja berdua. Memang tidak bisa dipisahkan.

Hari ini, Rio berniat mengajak Ify jalan-jalan keluar. Namun sepertinya ia tidak tepat waktu. Ini memang masih terlalu pagi untuk keluar.

Akhirnya, mereka mencoba untuk membunuh waktu dengan bercanda di rumah Ify dulu. Sambil menunggu pukul 10 tiba.  Mereka menyaksikan acara TV sambil di selingi dengan candaan-candaan.

“Fy”

“apa?”

“papa kamu tukang jualan kincir angin ya?”

Ify mengangkat alisnya sambil tersenyum meledek.

“emangnya kenapa?”

“abisnya cinta kamu muter-muter terus sih di hati aku.”

“hahaha… gombalnyaaaa…”

“hehe”

“Fy”

“apalagi?”

“papa kamu…”

Belum selesai aksi gombalan Rio, tiba-tiba pintu rumah Ify diketuk.

TOKTOKTOK

“eh, sebentar ya kak.” Rio mengangguk.

Ify bangkit dan berjalan menuju pintu. Setelah memutar kuncinya, iapun membuka pintunya.

“loh, kak Alvin??”

“hai Fy, gue ganggu yaa?”

“engga kok kak. Ada apa kak?”

“em… gue…”

“siapa Fy??” Riopun keluar menyusul Ify.

Rio terkesiap mendapati Alvin yang berada dihadapan Ify. Ify dan Alvinpun menoleh. Rio menatap tajam Alvin, lalu tersenyum miring.

“oh, elo… ngapain lo dateng ke rumah cewe gue??!”

“sori Yo, gue ga mau cari masalah di sini. Gue Cuma mau nitip ini sama Ify.” Alvin menyerahkan sebuah amplop putih. Lalu mengulurkannya pada Ify.

“hah?! Apaan tuh kak??”

“surat buat Shilla.”

“kenapa ga ngomong langsung aja? Kenapa juga nitip gue?”

“gue mau pergi Fy.”

“kemana?”

“Singapure”

“hah?!”

“gue mau pergi Fy. Gue ga mau terus-terusan nyakitin Shilla.”

“kak, lo mau ninggalin kita semua?”

Alvin menunduk. ia masih tidak begitu yakin, apa yang ia pilih ini benar atau salah.

“entahlah Fy, gue cape.”

“kak…”

“gue ga mau nyakitin Shilla! gue juga ga kuat, gue ga bisa terus-terusan dihindarin sama Shilla. jadi lebih baik gue pergi.”

“kak, jangan dong kak!”

“lagian juga, udah ga ada yang ngarepin kehadiran gue lagi kan? Semuanya udah ga perduli lagi sama gue. gue inikan Cuma sampah yang siap buat dilempar ke tempat sampah.”

“kak, elo kok ngomongnya gitu sih kak? Siapa yang bilang elo sampah? Kita masih butuh lo kak!”

“udahlah Fy, keputusan gue udah bulet. Gue udah mikirin semuanya. Ini keputusan final gue.”

Rio terdiam mendengar percakapan Alvin dan Ify. ia yakin, salah satu alasan Alvin ingin pergi juga karena dirinya. Kali ini, ia merasa iba melihat ‘sahabat’nya itu. kasian sekali ia. ia selalu saja terpojok. Ia bagaikan orang yang paling terhina di dunia ini.

“em, Vin…” Rio buka suara.

Alvin dan Ify menoleh pada Rio.

“eem, apa elo ga bisa ngerubah keputusan lo?”

Alvin mengernyit mendengar pertanyaan Rio. Aneh. Mengapa tiba-tiba menjadi baik seperti ini padanya? Padahal selang beberapa waktu lalu, Rio masih memandangnya sinis.

“elo, udah maafin gue Yo?” tanya Alvin hati-hati.

DEG! Aneh. Pertanyaan itu, pertanyaan yang sangat biasa. Namun mengapa rasanya pertanyaan itu seperti meninju hatinya?

“ck, gue nanya, elo malah nanya balik.” Decak Rio, menyembunyikan rasa anehnya.

“sori Yo, tapi gue rasa ini yang terbaik.”

Rio kembali bungkam. Mengapa semua rasa bencinya menguap begitu saja? Apa karena ia merasa iba padanya? Ah, taulah. Aneh sekali ia ini!

“ayolah kak. Pikirin lagi semuanya! Jangan main asal ngambil keputusan aja!”

Ify masih terus membujuk.

“engga Fy. Gue udah pikirin ini baik-baik. Gue bakal terima segala konsekuensinya.”

“kak, elo ga kasian apa sama Shilla? gue yakin dia masih sayang banget sama lo! lo tega ninggalin Shilla gitu aja??”

“justru kalo gue di sini, gue bakalan tambah nyakitin Shilla.”

“lo tau darimana kak???”

“entahlah. Gue mikirnya kayak gitu!”

“kak, ayolah. Pikirin lagi semuanya! Jangan sampe elo nyesel.”

“udah Fy. Gue udah bener-bener mikirin ini semua. Gue yakin gue ga bakal nyesel. Gue yakin ini yang terbaik. Tolong sampein ya suratnya sama Shilla. Yo, sekali lagi, gue minta maaf sama lo. Gue bakalan pergi. Engga bakalan ada lagi Alvin si brengsek itu! gue harap elo selalu bahagia sama Ify. gue balik ya. Makasih Fy.”

Alvinpun berbalik. Lalu melangkah menuju mobilnya. Ia sudah memutuskan semua ini. Ia sudah memikirkan matang-matang segalanya. Ia yakin ini yang terbaik untuk semuanya. Ia yakin semua akan baik-baik saja tanpanya.

Rio menatap ‘sahabat’nya itu dengan tatapan tak terbaca. Menyesal? Mungkinkah? Mungkinkah ia merasa menyesal atas segala yang telah terjadi antara ia dan ‘sahabat’nya itu?

Taulah ia pusing memikirkan ini semua! Meskipun mungkin ia sudah tidak membenci ‘sahabat’nya lagi. tunggu tunggu! Apa mungkin selama ini, ia memang tidak membenci Alvin? Apa selama ini, ia hanya merasa, merasa, tidak terimakah? Apa mungkin selama ini ia hanya terlalu egois? Memikirkan perasaannya sendiri, tidak memikirkan perasaan Alvin? Hingga kini Alvin telah lelah dipojokkan dan selalu disalahkan dan di anggap tidak berguna, akhirnya Alvin memutuskan untuk pergi, me.ning.gal.kan.nya? apakah seperti itu?

Sesungguhnya, tidak ada sahabat yang membenci sahabatnya. Semarah-marahnya seorang sahabat dengan sahabatnya, tidak akan mungkin menimbulkan rasa kebencian untuk sahabatnya. Apalagi untuk persahabatan yang telah terjalin dalam kurun waktu yang cukup lama.

Jadi, selama ini, benarkah ia terlalu egois? Benarkah apa yang Ify katakan waktu itu padanya? Ia begitu childish dalam menghadapi semuanya?

Entahlah. Kini semua pertanyaan pertanyaan itu memenuhi otaknya. Ia sendiri bigung apa jawaban yang tepat untuk semua pertanyaan-pertanyaan itu. apakah jawabannya ya?

Ify. daritadi ia hanya terdiam sambil memperhatikan amplop putih yang Alvin berikan padaya untuk dititipkan pada Shilla. apa yang harus ia lakukan sekarang ini? Ia tidak bisa mencegah Alvin untuk tetap tinggal.

Namun jika Alvin tetap saja pergi, bagaimana dengan Shilla? bagaimana dengan perasaan Shilla? ia yakin Shilla akan sangat hancur saat mengetahui bahwa Alvin akan pergi meninggalkanya.

Bagaimana pula dengan masalahnya dengan Rio? Masa mau ditinggal begitu saja sih? Meski tadi Rio sudah menunjukan pertanda berdamai, namun tetap saja, belum dengan secara sah.

Ia tidak bisa diam saja di sini! Ia harus melakukan sesuatu! Ia tidak mau ada air mata yang harus jatuh saat Alvin pergi nanti. Ia harus bertindak! Apa ya? Apa yaa??

Ah, ia tau! Mungkin Shilla bisa menghentikan Alvin. Mungkin jika Shilla sendiri yang menahan Alvin, Alvin mau mendengarkannya! Ya, ia harus menemui Shilla! ia tidak mau sahabatnya terluka!

Segera tersadar, ia langsung masuk kembali ke dalam rumah, lalu keluar dengan membawa kunci mobil. Rio yang melihatnya langsung menahan tangan Ify.
“mau kemana kamu Fy?”

“ke rumah Shilla! kamu mau ikut atau mau pulang atau mau nunggu di sini?”

“ikutlah!”

“yaudah ayo buruan!”

Rio langsung mengambil kunci di tangan Ify dan mereka segera melesat ke rumah Shilla.
***

Gadis itu masih saja murung. Ia masih memikirkan kekasihnya. Apa yang harus ia lakukan? Ia benar-benar sangat merindukan kekasihnya saat ini. Ia ingin sekali bertemu dengan kekasihnya. Ia ingin sekali memeluk kekasihnya itu.

kitaa… putus!

Ia teringat dengan ucapannya di taman sekolah kala itu. ah, ia sudah mengucapkannya. Ia sudah memutuskan hubungannya dengan kekasihnya itu. Berarti, mulai saat itu, lelaki itu bukan lagi kekasihnya.

Ah, tidak tidak! Sampai kapanpun, ia tidak akan pernah mau melepaskan sang kekasih. Ia sangat mencintai kekasihnya itu. ucapannya kala itu, hanya wujud dari emosinya saja. Ia tidak begitu sungguh-sungguh. Bahkan ia tidak berniat memutuskannya kala itu.

Ini tidak bisa dibiarkan! Rasa rindu ini, begitu menyakiti hatinya. Semakin hari, rasa rindu terhadapnya semakin besar. Ia tidak akan mungkin bisa bertahan dengan rasa rindu yang begitu menggebu-gebu ini.

Besok, besok ia akan menemui kekasihnya itu. besok ia akan meminta maaf pada kekasihnya. Besok ia akan meluruskan, menyelesaikan segala masalah ini. Ia tidak mau terlarut dalam kebodohannya, dan akhirnya ia menyesal.

TOKTOKTOK

Shilla terlonjak saat mendengar bunyi ketukan yang lebih pantas di sebut gedoran itu. heuh. Tidak sabaran sekali sih orang itu! siapa sih yang bertamu!? Sudah tau moodnya sedang sangat buruk!

Karena ia sedang sendirian di rumahnya, akhirnya iapun bangkit dan terpaksa turun ke bawah untuk membukakan pintu. Melihat siapa yang bertamu ke rumahnya.

TOKTOKTOK

“iya sebentar!” teriaknya.

KLIKK

“Ify? ka Rio?” herannya.

“Shil, tadi ka Alvin ke rumah gue. dan dia nitip ini buat lo!” Ify menyerahkan surat yang tadi Alvin berikan padanya.

“apaan itu?” entah mengapa namun jantung Shilla mulai berdebar tak karuan. Ia mulai merasa ada yang tidak beres. Tidak biasanya Alvin menulis surat untuknya. Biasanya Alvin akan langsung menghampirinya jika ingin membicarakan sesuatu.

Apa Alvin sudah lelah dengannya? Apa Alvin sudah tidak mau lagi bertemu dengannya? Apa Alvin sudah lelah menunggu ia memaafkannya? Ia harap tidak!

“baca aja!”

Shilla menerimanya dan membuka isinya. Dengan penuh harapan, ia membuka surat itu. harapan, agar isinya tidak mengecewakan.

To: My Dear

Shilla sayang. Uups, masih pantes gak sih aku manggil kamu sayang? Masih boleh gak? Setelah semua yang udah aku lakuin ke kamu? Udah ga pantes ya, ga boleh ya?

Yaudah deh. Aku panggil kaya biasa aja.

Shill, aku minta maaf ya buat semuanya. Buat segala yang udah aku lakuin ke kamu. Segala sakit hati yang udah kamu terima karena ulah aku. Aku minta maaf buat air mata yang udah jatuh karena sikap aku. Aku minta maaf. Aku engga bermaksud buat nyakitin kamu.

Kayaknya kamu udah cape ya sama aku? Kamu udah ga butuh aku lagi? kamu udah ga bahagia sama aku? Bahkan kayanya, kamu udah muak sama aku. Iya ya?

Maka dari itu, aku udah mutusin buat pergi dari sini. Aku bakalan pergi. Bukan buat ninggalin kamu kok. Aku Cuma ga mau ganggu hidup kamu lagi.

Aku masih sayang kamu Shill. Seandainya aja aku engga bodoh waktu itu, pasti sekarang kita masih baik-baik aja. Aku nyesel Shil, aku nyesel.

Aku minta maaf yang sebesar-besarnya sama kamu. Aku harap masih ada sedikit celah di hati kamu buat nerima maaf aku.

Makasih ya Shill buat beberapa bulan yang indah yang udah kamu kasih ke aku. Aku ga akan pernah lupain semua kenangan kita. Aku sayang kamu. Aku sangat sangat sayang kamu.

Makasih udah mau nyempetin baca surat dari aku. Aku nulis surat ini Cuma mau ngasih tau kamu aja. Kalo aku mau pergi. Ga penting ya? Yaudah ga apa-apa. Biar kamu tau aja kalo Alvin si brengsek itu bakalan pergi dari hidup kamu.

Sekali lagi maaf buat semua kebodohan aku yang udah tega nyakitin kamu. Itu semua ga sengaja Shill. Aku ga pernah punya niat buat nyakitin kamu.

Maaf juga kalo ada kata-kata yang nyakitin atau nyinggung kamu. Aku sayang kamu, Ashilla.

Alvin Jonathan


“hah?! Kak Alvin mau pergi?? Engga. Engga! Kak Alvin ga boleh pergi! Kak Alvin ga boleh ninggalin gue!!” Shilla histeris.

Air matanya telah tumpah sejak awal membaca surat itu. ia benar-benar tidak menyangka akan mendapatkan kabar buruk dari Alvin.

Tidak! Ini tidak bisa dibiarkan! Ia tidak boleh membiarkan Alvin pergi dan meninggalkannya! Apa jadinya ia jika tidak ada lagi Alvin dihidupnya??

“Shil, tenang Shill. Tenang dulu!”

“gimana gue bisa tenang kak! Kak Alvin… kak Alvin mau pergi! Dia mau ninggalin gue!!”

“engga Shill! Alvin pasti ga akan tega buat ninggalin elo! Kalo elo ga mau dia pergi, cegah dia besok!” tegas Rio.

Bersambung……

Ah, selesai juga akhirnya part 27. Dua jam nih nyelesaiinnya. Hehe. Dari jam 21:56 sampe 23:52. Lumaya berasa pegelnya.

Hayo hayo, siapa yang bisa jawab, siapakah gadis itu?

Lagunya itu ada lagu Anang feat. Ashanty – Menentukan Hati, Mahadewi – Risalah Hati, sama sountrack Nada Cinta, Randy Pangalila feat. Mikha Tambayong – I Need You.

Okeh, part ini pasti kaya part-part kemarin ya?? Aneh, jelek, anncur, mengecewakan, ngebosenin?

Aku minta maaf buat segala kekurangan yang ada di part ini. Aku tau emang dari awal cerita ini udah gagal. Makanya aku minta maaf.

Tapi tolong juga jangan kecewain aku ya :(( sebenernya aku kecewa banget sama pembaca yang engga ninggalin jejak. Aku pingin kalian bacanya jangan diem-diem. Aku mau kalianninggalin jejak. Like aja.

Yaudahlah, aku ga mau banyak nuntut juga. Cape minta kaya gitu terus.

Makasih buat yag udah ngelike sama koment di part kemarin. Aku harap walupun semakin lama semakin ancur, kalian tetep suka sama cerita ini. Amin.

Silahkan keluarin uneg-uneg kalian tentang part ini, boleh maki-maki. Boleh protes. Boleh ngapain aja. Yang suka juga boleh ngelike.

Makasih :))

The Power Of Love *Part 26*

The Power Of Love *Part 26*

oleh Amelia Jonathan Azizah RiseIfc pada 05 Mei 2011 jam 14:28
Hai. Ini dia part 26nya. Maaf ya lama. Ngurusin masuk SMK . langsung aja nig. Maaf kalo jelek.

The Power Of Love *Part 26*

Ify berlari menghindari kejaran Rio. Memasabodokan panggilan Rio terhadap dirinya.  Ia masih merasa kesal sekali dengan ucapan Rio tadi. Ia akan terus menghindar sampai Rio benar-benar merasa bersalah dan sungguh-sungguh menyesal.

“Ify !! FY, tunggu !!” panggil Rio yang masih  berusaha mengejar Ify.

Namun Ify masih terus berlari. Pura-pura tak mendengar teriakan Rio.

“IFY!!!”

Akhirnya, Rio menarik tangan Ify. mebuat Ify terpaksa menghentikan langkahnya. Rio berdiri dihadapan Ify. sedangkan Ify hanya membuang muka, tak mau menatap Rio.

“maaf…” lirih Rio melas.

Ify memutar kedua bola matanya. Hem,, sudah sangat bosan mendengar kata itu keluar dari mulut Rio.

“maaf, maaf, maaf… Cuma itu ya yang bisa kamu bilang!!? Ga ada kata lain?!!” ketus Ify jengkel.

“iya iya. Aku minta maaf. Tadi itu aku lagi emosi. Kamu jangan marah … beneran deh, aku ga bermaksud buat nyuekin kamu…”

“setiap kamu emosi, pasti aku yang jadi pelampiasannya. Kamu ini nganggep aku apa sih??! Aku ini sebenrnya siapa kamu!!? Kamu kok seenaknya gitu! Kamu mau marah, marah sama aku. Giliran udah ngerasa bersalah, kamu tinggal minta maaf!! Egois banget!”

“iya iya aku tau. Aku bener-bener minta maaf…”

“terus kamu janji kamu ga bakal ngulangin lagi?? gitukan??” sindir Ify makin jengkel.

“oke oke.. sekarang kamu mau apa??? Kamu mau aku ngelakuin apa biar kamu mau maafin aku ???”

“tau ah! Pikir aja sendiri!”

Ifypun pergi meninggalkan Rio sendiri. Membiarkan Rio berfikir, ia tak butuh janji, ia hanya butuh bukti. Ini sudah yang kesekian kalinya Rio begini padanya. Marah dengan seenaknya. Minta maaf dengan mudahnya. Tidak taukah ia, bahwa sakit diperlakukan seperti itu?

Bagaimana jika Rio yang berada diposisi Ify sekarang? Bagaimana rasanya, jika ia selalu saja menjadi pelampiasan emosi Rio? Bagaimana rasanya jika diacuhkan dan dituduh ‘lebay’ seperti tadi?

Rio masih terpaku di tempat. Apakah separah itukah kesalahannya? Sampai-sampai Ify tidak mau memaafkannya? Padahal seingatnya, tadi ia hanya mengatakan bahwa, Ify tidak usah terlalu berlebihan mengkhawatirkannya. Tapi mengapa Ify bisa sampai semarah itu?

Tidak. Ini tidak boleh menjadi semakin rumit! Ini harus bisa diselesaikan sekarang juga. Ify bukan gadis keras kepala. Ify pasti akan memaafkannya. Ia harus memikirkan cara bagimana agar Ify bisa memaafkannya!
***

Alvin memandangi punggung Shilla yang semakin menjauhi pandangannya. Ia berdiri terpaku sambil memegang pipinya yang memerah dan terasa perih.

Bodoh! Benar-benar bodoh sekali kau ini Alvin! Apa yang barusan kamu lakukan!!!! Itu benar-benar merendahkan Shilla!!! mengapa ia tidak bisa menahan atau menghentikan nafsu mereka tadi?!

Sekarang, Shilla pasti semakin membencinya. Apa yang harus dilakukannya untuk menebus kesalahannya?

“aaargh!!”

Alvin mengacak rambutnya. Sangat frustasi. Mengapa semua semakin rumit?? Mengapa semua semakin berlarut?? Apakah masih mungkin sekarang untuk mereka berbaikan, dan kembali seperti dulu lagi??

Ah, sepertinya sudah tidak banyak yang dapat ia lakukan. Sepertinya, sekalipun ia lompat dari pesawat, semua tidak akan membaik seperti dulu lagi. Sepertinya, ia hanya dapat menunggu keajaiban dari Yang Kuasa. Hanya Yang Kuasalah yang mampu merubah segalanya agar menjadi lebih baik.

Semoga saja Tuhan mendengar doanya dan mau turun tangan untuk menyelesaikan ini semua.
***

Shilla berlari masih dengan air mata yang bercucuran deras. Entah mengapa, tapi itu rasanya sakiiiit sekali. Sakit. Ia masih mencintai Alvin. Ia masih menyayangi Alvin. Tapi tidak semudah itu melupakan kejadian malam itu.

Ia ingin memperbaiki semuanya. Namun entah mengapa, tak semudah itu menyelesaikannya. Setiap kali ia melihat Alvin, hatinya pasti akan terasa sangat sakit. Namun, di kala ia jauh dengan Alvin, ia pasti akan merasakan rindu yang sangat luar biasa.

Pelukan Alvin tadi, ahh, itu masih belum cukup mengobati rasa rindunya. Namun ia tak mampu berbuat banyak. Hatinya masih terasa sangat sakit. Ah, seandainya ada cara untuk melupakan kejadian itu. seandainya ada cara untuk melupakan segala sakit hatinya. Seandainya ada cara untuk memaafkan Alvin dengan mudah. Ah, hanya seandainya.
***

Kini gadis itu berada di tepi pantai. Pantai yang sungguh sangat indah. Masih sangat sepi. Anginnya benar-benar menyejukkan hati. Suasananya benar-benar sangat menenangkan.

Saat pulang sekolah tadi, ia langsung diculik oleh Gabriel. Gabriel memaksanya untuk ikut dengannya. Entah apa maksud dan tujuannya. Meski awalnya menolak, ia tetap saja mengikuti Gabriel untuk masuk ke dalam mobilnya, hingga ia tiba di sini.

Ia masih bingung, namun tetap mengikuti perintah Gabriel tadi.

“tetep di sini! Tunggu aba-aba selanjutnya! Ga usah banyak tanya!”

Begitulah tadi suruhan dan ancaman dari Gabriel. Yasudahlah, ia hanya menuruti saja. Menunggu kejelasan dari ini semua.

Ia menghela nafas dalam-dalam. Menghirup udara yang menyejukkan itu. sambil memejamkan mata. Menghayati setiap udara yang masuk ke dalam tubuhnya. Lalu kembali membuka matanya.

Caramu mencintaiku
Menjauhkan kecurangan
Seperti bintang
Yang setia pada bulan

Gadis itu menoleh ke arah sumber suara. Tepatnya arah kanannya. Ia mendapati sosok  kekasihnya sedang menggendong gitar. Sambil memetik gitarnya, ia bernyanyi dengan langkah perlahan menuju ke arahnya.

Memegang kukuh janji
Menemani aku sampai mati
Terpasung hati tulusmu
Mendampingi diriku

Kini kekasihnya sudah berada dihadapannya tersenyum ke arahnya. Senyuman manis alanya. Yang mampu membuat siapapun tergelitik hatinya jika melihat senyum itu.

Makin aku cinta
Cermin sikapmu
Yang mampu meredam rasa
Keangkuhanku
Memahami cinta

Si gadis menatap kekasihnya itu tanpa berkedip. Oh Tuhan, makhluk ciptaanMu ini. Benar-benar lebih dari sekedar indah. Lebih dari sekedar mempesona. Lebih dari sekedar menawan. Lebih dari sekedar ganteng, manis, cakep, charming. Lebih! Ia lebih dari haya sekedar itu!

Ia tidak salah! Ia benar-benar beruntung mendapatkan kekasihnya itu. ia benar-benar tidak salah memilih. Ia tidak salah mencintai. Ia tidak akan pernah menyesal telah jatuh ke dalam pelukan laki-laki ini. Meskipun terkadang, pemuda satu ini menyebalkanya tak ketulungan.

Meski terkadang ia mempermasalahkannya, sesungguhnya ia tak benar-benar marah. Ia hanya ingin kekasihnya itu berubah. Menjadi lebih baik lagi. Ia hanya ingin menguji, sampai di manakah kemampuan kekasihnya ini meminta maafnya. Sama seperti ini.

Makin aku cinta
Cermin sikapmu
Yang mampu meredam rasa
Keangkuhanku
Mengerti memahami cinta

Aliran udara yang masuk ke dalam tubuhnya terasa tak beraturan. Nafasnya tercekat. Ia sulit bernafas. Darahnya mengalir lebih dari 100cm/detik. Jantungnya berdetak tak karuan. Membuat seluruh tubuhnya bergetar hebat.

Matanya membulat. Mulutnya sedikit menganga. Ketika sang kekasih tiba-tiba mendaratkan sebuah kecupan di pipinya. Ia seperti tersetrum sesuatu. Ada yang tak biasa dengan kecupan itu. entah apa, tapi kali ini lebih terasa maksudnya. Maksud dari kecupan itu.

Kekasihnya tersenyum melihat gadisnya bereaksi seperti itu. ia mendaratkan ciumannya di pipi gadisnya, dengan maksud ingin menunjukkan betapa ia sangat mencintai gadisnya itu. dan sungguh-sungguh ingin meminta maaf padanya.

Maka dengan sengaja, ia membuat kecupan yang biasa itu, menjadi terasa tidak biasa. Agar sang gadis tau, dan dapat menangkap maksud dari itu semua.

Caramu memanjakanku
Kau rujuki kesejukan pagi
Memasung hati tulus aku
Memasrahkan diri

Pemuda itu terus tersenyum. Masih bernyanyi sambil memetik gitarnya. Pandangan matanya tak lepas dari gadisnya. Ia terus bernyanyi, mencurahkan isi hatinya. Melalui lagu itu, ia ingin mengatakan bahwa ia mencintai gadisnya. Sangat mencintainya.

Dan ia ingin berterima kasih atas segalanya. Segala yang telah di berikan oleh gadisnya. Itu semua terlalu berarti. Terutama cintanya.

Gadisnya pun ikut tersenyum.

“mau ikut nyanyi bareng aku?”

Maka gadis itupun menangguk dan ikut bernyanyi bersama pangerannya.

Makin aku cinta
Cermin sikapmu
Yang mampu meredam rasa
Keangkuhanku
Memahami cinta

Si gadis, maju selangkah, mendekati pangerannya itu. sedangkan si pemuda, berhenti memetik gitarnya, dan meraih jemari gadisnya. Digenggamnya tangan gadisnya. Lalu dikecupnya dengan lembut.

Si gadis masih terus bernyanyi, meski tak diiringi oleh gitar. Senyumnya semakin merekah diperlakukan bak tuan putri. Iapun ingin menunjukkan isi hatinya dengan lagu tersebut. Ia terhanyut dengan suasana yang diciptakan oleh kekasihnya.

Makin aku cinta
Cermin sikapmu
Yang mampu meredam rasa
Keangkuhanku
Mengerti memahami cinta

Lelaki hitam manis itu, kembali memetik gitarnya. Kembali bernyanyi. Gadisnyapun berhenti bernyanyi memberikan kesempatan kepada kekasihnya untuk bernyanyi sendiri.

Jangan pernah terbesit hati
Meragukan kesetiaan yang tercurah

Gantian, pemuda itu kini yang memberikan kesempatan kepada gadisnya untuk benyanyi sendiri. Ia kini hanya bertugas memetik gitar saja.

Aku dan dirimu ditakdirkan Satu
Langit jadi saksi

Dan mereka berdua kembali bernyanyi bersama. Menyelesaikan lagu itu berdua. Menyelesaikan ungkapan hati mereka sama-sama.

Dengan senyum yang terus dan selalu mengembang dari keduanya. Senyum kebahagiaan yang beberapa hari ini lenyap dari keduanya. Kini senyum itu kembali merekah, dan kembali menyejukan hati satu sama lain.

Makin aku cinta
Cermin sikapmu
Yang mampu meredam rasa
Keangkuhanku
Memahami cinta

Makin aku cinta
Cermin sikapmu
Yang mampu meredam rasa
Keangkuhanku
Mengerti memahami cinta

PROK PROK PROK

“yeayy…” sorak mereka berdua kala lagu berakhir.

Mereka berdua sama-sama tersenyum senang. Lagi itu, benar-benar menghanyutkan keduanya. Menghanyutkan mereka ke dalam perasaan satu sama lain. Menghanyutkan mereka ke dalam kasih sayang yang memang tercurah untuk satu sama lain.

Mereka kini berdiri berhadapan. Saling menatap satu sama lain. Saling mencari di mana kasih sayang itu berada dari keduanya. Saling mencurahkan rasa yang berkobar dalam dada. Saling memberitahu, bahwa mereka saling mencintai satu sama lain.

Setelah menurunkan gitarnya, si pemuda meraih kedua tangan gadisnya. Di genggamnya tangan itu.

“aku minta maaf ya sayang. Aku emang salah. Aku emang bodoh! Aku bakal ngelakuin apapun asal kamu mau maafin aku. Aku rela mati, asal dengan kaya gitu kamu bisa maafin aku.”

Gadis itupun menggeleng.

“engga! Aku ga bakalan nyuruh kamu buat mati! Aku cumaa mau kamu berubah. Aku ga mau kamu kaya dulu. Aku mau kamu yang baik, kamu yang perhatian, kamu yang sabar.”

“aku ga bisa jaji buat itu. tapi akan aku usahain buat kamu, demi kamu. Aku sayang kamu.. aku cinta kamu, Alyssa…”

“me too, Mario.”

“aku berharap, semoga rasa ini ga bakal pernah hilang, ga akan pernah bosen. Aku mau terus selalu cinta sama kamu. Soalnya, ga ada lagi cewe kaya kamu! Jarang aku temuin cewe kaya kamu! Kamu itu langka..”

“ha? Ngeselin banget ih!!”

“soalnya kamu cewe sempurna. Engga ada cewe sesempurna kamu.”

“gombal!”

“beneran! aku ga mau ada cewe kaya kamu. Aku Cuma mauu Alyssa itu ada satu. Alyssanya Mario!”

Ify tersenyum mendengarnya.

“alyssa Cuma satu kok! Alyssanya Mario..”

Rio mengacak puncak kepala Ify sambil tersenyum. ah, bahagia sekali ia memiliki gadis iini. Gadis sempurna menurutnya. Memang tak ada yang seperti Ify di matanya. Hanya Ify yang sempurna. Hanya Ify yang mampu mengobati segala kesedihannya, keterpurukan hatinya.

Ia menarik Ify ke dalam pelukannya. Membawanya ke dalam rengkuhannya. Kembali mencurahkan rasa yang berkobar di dalam hati. Kembali mencurahkan segala kasih sayang yang ia punya, yang ia simpan untuk Ify. hanya untuk Ify.

Ia ingin selamanya seperti ini. Ingin selama terus indah. Ingin selamanya berada di sisi gadisnya. Ingin selamanya menjaga, melindungi gadisnya. Ingin selamanya mencintai gadisnya. Ingin selamanya bersama gadisnya. Ia ingin selamanya menjadi kekasih Ify.

Tidak! Tidak hanya kekasih. Ia ingin menjadi segala-galanya untuk Ify. ia ingin membuat Ify selalu nyaman terhadapnya. Ia ingin Ify juga selalu mencintainya. Ia ingin Ify tidak akan pernah berubah sampai kapanpun. Ia Ingin Alyssanya Mario.

Ify, gadis yang terlalu sempurna untuk tidak dicintai. Gadis yang terlalu berharga untuk di sakiti. Gadis yang terlalu indah untuk diacuhkan. Betapa bodohnya dulu ia mencampakkan gadis ini. Dan betapa bahagianya sekarang ia bisa mendekap gadis ini dengan sepenuh hatinya.

Ia melepaskan pelukannya. Lalu tersenyum dan menatap gadisnya itu.

“aku punya sesuatu buat kamu.”

“apa???”

“tunggu sebentar! Jangan bergerak!”

Rio menyentuh rambut Ify. ditulusurinya rambut gadisnya itu. beberapa saat kemudian, ia menarik kembali tangannya yang telah menggenggam sebuket bunga mawar.

Ify menganga kaget mendapati bunga yang tiba-tiba keluar dari rambutnya itu.

“nih…”

Dengan senang hati Ify menerimanya.

“yaampun, kamu bisa sulap??? Kereen banget…” puji Ify berseri-seri.

“belajar buat kamu!”

MMUUAACHH

“makasih sayang…”

Rio tersenyum dihadiahi satu kecupan di pipinya. Ah, Ify memang selalu bisa membuatnya terbang ke alam kebahagiaan. Ia bahagia sekali melihat kekasihnya itu tersenyum bahagia. Tidak ada yang lebih membahagiakan lagi, selain melihat senyuman kekasihnya itu merekah dengan indahnya.

Semoga senyuman itu tidak akan pernah hilang sedikitpun. Semoga senyuman itu akan selalu menjadi temannnya setiap hari. Akan selalu mejadi penyambut di kala sang fajar terbit. Akan selalu menjadi ucapan selama malam dan selamat tidur untuknya di setiap malam hari, saat ia akan segera menuju ke alam mimpi.
***

TOKTOKTOK

Cakka berkali-kali mengetuk pintu rumah Oik. Namun belum ada yang menyahuti sama sekali. Ia kembali mencoba dan bersabar menunggu pintu untuk dibukakan.

Jika di sekolah Oik bisa menghindar, maka di rumah, Oik tidak akan bisa menghindari lagi.

Akhirnya pintupun terbuka. Keluarlah seorang wanita paruh baya.

“sore den, mau cari siapa ya?” tanyanya ramah.

“sore, maaf, saya mau ketemu sama Oik. Oiknya ada??”

“oh mba Oik. Ada mas. Silahkan masuk..”

“makasih.”

Cakkapun mengekor wanita itu masuk ke dalam rumah Oik. Sedangkan wanita itu menghampiri Oik di kamarnya.

Tak lama kemudian, Oik turun dari kamarnya. Lalu menghampiri Cakka.

“eh, ka, Cakka…” terdengar sekali nada gugup serta canggung dari nada bicara Oik.

“ehem, elo engga akan bisa ngehindar lagi sekarang! Cepetan jawab!” ketus Cakka.

“yee, minta jawaban kaya mau maling!!”

“gausah banyak cincong deh… jawab aja apa susahnya sih!!”

“hem, kasih aku waktu kek..”

“waktu buat apa lagi!!??”

“mikirlah!”

“dari kemaren elo ngehindar terus dari gue, itu apa??? Bukan mikir??! Masih minta waktu lagi!!”

“yah, kak.. kaka jahat amat sih sama aku….”

“jahat gimana coba!!”

“yaudah, jawabannya engga!” ketus Oik jengkel.

“hah?! Serius Ik??” Cakka memajukan kepalanya beberapa senti, memastikan.

“iya!! Lagian maksa!!”

“hehe, iya deh, ga maksa … gue udah nunggu lama nih, masa dapet jawabannya yang mengecewakan sih?”

“makanya nembak tuh yang bener. Baik-baik, yang romantis. Ini, ga ada romantis-romatisnya sama sekali.. ya jadi ngejawabnya juga mikir-mikirlah!”

Cakka mencoba mencerna kata-kata Oik barusan. Bener juga sih! Kemaren kan, ia Cuma menyatakan perasaannya saja. Tidak meminta secara langsung. Em, sepertinya, ia harus memikirkan cara untuk menyatakan perasaannya secara langsung dengan baik, benar dan romantis.

Oik mengangkat alisnya melihat Cakka yang tiba-tiba jadi diam. Ada apa dengan lelaki aneh ini?

“kenapa kak? Kok diem??”

“lo bener juga! Yaudah, tunggu aja kejutan dari gue!!”

“hah?! Serius kak??”

“yap. Yaudah, gue pulang dulu yaa… pikirin lagi deh tuh mateng-mateng! Tapi gue ga mau denger kata engga ya! Gue mau denger lo bilang ‘iya, kak, aku mau!’ atau ‘yes, I would’ pokoknya intinya kaya gitu!”

“suka-suka aku dong! Keputusan ada di tangan aku!”

“pokoknya kalo lo sampe nolak gue, gue bakalan neror lo terus!”

“ngancem!!!” cibir Oik.

“biarin!! Yaudah gue balik yaa… byee..”

“hati-hati kak!”

Cakkapun kembali pulang ke rumahnya sambil memikirkan cara yang tepat untuk menyatakan perasaannya pada Oik.

Bersambung……     

STOP! Aku tau ini pendek! Au tau ini jelek! Aku tau ini ga ada bagus-bagusnya! Aku tau ini lebih ancur dari yang kemaren. Sesi minta maafnya Rio juga ga banget. Iya aku tau.

Maaf deh. Stres banget nih, aku takut ga masuk SMKN 1, makanya jadi streess… aku minta doanya yaa temen-temen, supaya bisa masuk SMKnN 1 yang udah aku incer dari duluu..

Yaudah, part ini emang mengecewakan. Makanya aku butuh kritiknya. Oh ya, itu lagunya Anang feat. Krisdayanti – Makin Aku Cinta . tau kan?? Pasti tau dong! Yaudah lagsung komentar aja yaa. Yang suka boleh ngelike. Yang baca mohoon banget tinggalin jejak yaa.

Makasih.