Tuesday, June 14, 2011

Yang Terbaik Tak Selalu Membahagiakan

Yang Terbaik Tak Selalu Membahagiakan

oleh Amelia Jonathan Azizah RiseIfc pada 05 Mei 2011 jam 14:30
Halo semua…. Ini dia lanjutan dari cerpen kemaren itu. yang judulnya ‘Cinta Yang Tak Berakhir Sempurna’ . karena banyak yang minta aku bikin lanjutannya, jadi aku bikini deh nih.

Cerita ini special buat kalian semua…

Makasih buat yang udah bersedia nunggu cerita ini. Ini dia, buat kalian semua…
***

Yang Terbaik Tak Selalu Membahagiakan

Aku masih belum mampu untuk membuangnya dari pikiran dan hidupku.
***

“APA?!! DIJODOHIN??!”

“tap..tapi sama siapa mah??”

“sama anaknya sahabat mama. Mama yakin kamu pasti suka dengan anaknya itu. Dia baik, manis.”

“kenapa mama mau ngejodohin aku??”

“mama mau kamu dapet yang terbaik sayang..”

“tapi mah…”

“udahlah Fy. Keputusan mama udah bulet. Bulan depan kalian akan segera bertunangan.”

Aku kembali teringat dengan percakapanku dengan mama tadi di ruang tamu. Aku akan segera dijodohkan dengan seorang yang tidak aku kenal.

Aku tau, umurku sudah memasuki 20 tahun. Tapi itukan belum termasuk umur yang tua. Mengapa mama begitu cepat mengambil keputusan sih?! Sepihak lagi?! aku masih belum mampu untuk membuka hatiku untuk orang lain. Aku masih mencintainya. Masih sangat menginginkannya. Meskipun aku tau, semua itu tidak akan pernah mungkin tercapai.

Ya, aku masih sangat mengharapkan Rio. Bayangnya, masih selalu memenuhi pikiranku. Segala tentangnya, masih selalu menghantuiku. Aku masih belum bisa melupakannya. Aku masih belum bisa melepaskan perasaan ini. Aku masih mencintainya.

Kira-kira siapa ya pemuda yang mama pilihkan untukku? Bagaimana rupanya? Bagaimana sifatnya? Apakah ia sama seperti Rio? Apakah pesonanya, seperti Rio? Ataukah, ia lebih baik dari Rio? Atau malah lebih buruk dari Rio?

Aku tau, mama tidak mungkin memilih yang jelek untukku. Pasti mama memilihkan yang paling terbaik untukku. Tapi, apakah aku bisa menerimanya? Apakah aku bisa mencintainya? Aku masih belum sanggup untuk melupakan bayang Rio. Walau sesungguhnya, aku tidak pantas mengharapkannya.
***

Ia kembali hadir membawa secercah harapan. Meski bukan ia yang memberikan harapan itu padaku.

***

Malam ini, semua harus aku hentikan. Mungkin. Mungkin mulai malam ini, aku sudah tidak boleh lagi memikirkannya. Aku tidak boleh mengingatnya lagi. aku harus benar-benar menjauhkan ia dari benakku. Meman inilah yang seharusnya aku lakukan dari dulu.

Orang tuaku mengajakku pergi makan malam di sebuah restaurant. Bukan, ini bukan makan malam biasa. Malam ini, aku akan dipertemukan oleh pemuda pilihan mama itu. Aku ingin tau, seperti apa sih pilihan mama untukku?

Setelah 10 menit menunggu, akhirnya, tamu kami datang. Aku dan kedua orang tuaku bangkit berdiri, menyambut tamu kami. Tapi, aku tidak malihat anak laki-lakinya. Ke mana ia? Apakah ia tidak menyetujuinya, hingga tak mau datang malam ini?

“malem jeung. Aduh cantik sekali malam ini…” puji mamaku kepada temannya.

“terima kasih. Jeung juga cantik sekali.. ah, ini pasti Ify kan?? Cantik banget.. sama kaya mamanya…” puji teman mama. Aku hanya membalasnya dengan senyuman.

Aku masih penasaran. Mengapa anaknya tidak nampak bersama mereka? Jangan-jangan yang aku pikirkan benar? Bahwa lelaki itu tidak menyetujui rencana ini.

“loh, jeung, mana anaknya??” Tanya mama. Sepertinya mama juga bingung sepertiku.

“oh, lagi ke toilet sebentar. Sebentar lagi juga dateng..”

Oh, ternyata hanya ke toilet saja. Ku kira ia tak mau datang.

Tak lama kemudian, kulihat seorang laki-laki yang sedang menunduk membereskan bajunya, berjalan mendekati meja kami. Aku tak dapat melihat siapa laki-laki itu. apa ia yang akan dijodohkan denganku?

Drrt….drrrt…. hapeku bergetar. Aku langsung mengubek-ubek tasku, mencari handphoneku. Sepertinya ada pesan masuk. Ternyata hanya teman kampusku saja.

“malem om, tante…”

Suara itu! aku berhenti mengutak-atik handphoneku dan menoleh pada si pemilik suara.

Astagfirullah! Aku menganga dan membuka mataku lebar-lebar. Handphoneku hampir saja aku lempar tadi. Apa aku tidak salah lihat?? Apa ia benar-benar lelaki yang mama pilihkan untukku? Apa ia tak salah menghampiri meja?? Aku hampir tak berkedip melihat lelaki itu.

Pemuda itupun, hampir sama sepertiku. Iapun terlihat kaget. Ia sempat menghentikan aktifitasnya menyalami papa dan mama kala melihat aku duduk di samping papa.

“Ify” gumamnya pelan.

Namun di detik yang berikutnya, ia kembali berusaha bersikap senormal mungkin.

Aku berusaha tersenyum padanya, dan menjabat tangannya yang terulur padaku. Dengan sedikit gemeter, aku membalas uluran tangan itu.

Hey, benarkah ia? benarkah pemuda ini adalah anak dari teman mama ini? Benarkah pemuda ini yang bulan depan akan bertunangan denganku? Benarkah pemuda ini yang mama pilihkan untukku? Benarkah ia?

Apa maksudnya semua ini? Mengapa ia? mengapa lelaki itu?

Semua pertanyaan itu terus menghantui pikiranku. Aku masih belum percaya sepenuhnya. Bahwa lelaki inilah yang akan dijodohkan denganku. Apa aku bermimpi? Apa aku sedang mengkhayal? Ah, iya. Aku pasti hanya mengkhayal saja. Aku pasti sedang berharap! Itu pasti bukan dia!

“aduh, ternyata bener yaa, Rio ganteng banget!”

Hah?! Apa?! Mama tadi menyebutkan namanya??! Mama memujinya, memanggilnya dengan nama apa?! Ri… Rio??? Jadi, jadi aku tidak sedang bermimpi jadi aku tidak sedang mengkhayal jadi ini semua benar-benar kenyataan?

Aku mendongak melihat lelaki itu. mengamati wajahnya dengan seksama. Apa benar lelaki ini Rio? Tapi jika ia bukan Rio, mengapa wajahnya mirip sekali denga Rio? Mengapa senyumannya benar-benar senyuman khas Rio? Mengapa suaranya sama seperti suara Rio? Ini pasti ada yang salah! Pasti terjadi sebuah kekeliruan!

Selama makan malam berlangsung, aku benar-benar tidak fokus pada makanan ataupun obrolan mama, papa dengan orang tua Rio. Aku masih saja memikirkan maksud dari semua ini. Aku masih belum sepenuhnya percaya. Aku masih tidak habis pikir, jika ia benar-benar Rio, bagaimana bisa ini semua terjadi? Bagaimana bisa, mama menjodohkanku dengan Rio?

Apa Rio sudah tau tentang perjodohan ini? Mengapa dari tadi sikapnya biasa saja? Tak menunjukkan penolakan atau tidak senang? Namun jika ia setuju, bagaimana dengan Shilla? Apa ia sudah tidak bersama Shilla lagi??

Ah, ini semua benar-benar gila! Ini semua di luar batas waras. Ini semua di luar batas sebuah kebetulan. Ini.. ini… ah… ini semua membuatku jadi benar-benar gila!

“Ify kok dari tadi diem aja? Kenapa? Makanannya ga enak yaa??”

Suara tante Amanda –mama Rio- membuyarkan lamunanku. Aku mendongak menatap tante Amada, lalu menyunggingkan sebuah senyum yang sesungguhnya sangat aku paksakan. Aku berharap senyuman tadi terlihat biasa saja, tidak terlihat aneh.

“oh iya, Ify udah tau ya maksud kita semua berkumpul sekarang?” Tanya tante Amanda.

Aku menelan ludah mendengar pertanyaan tante Amanda. Entah kenapa, ada rasa takut yang tiba-tiba menyergap ke dalam hatiku. Aku melirik ke arah Rio yang masih asyik dengan makanannya. Lalu aku mengangguk untuk menjawab pertanyaan tante Amanda.

“oh, mama udah ngasih tau kamu ya? Rio belum tau nih. Yaudah, biar lebih jelas lagi, maksud  kami berkumpul di sini, kami sudah merencanakan sebuah rencana untuk Rio dan Ify.”

Aku menggigit bibir bawahku. Juga berulang kali aku melirik kea rah Rio, aku ingin tau apa ekspresinya setelah mengetahui rencana mama dan tante Amanda ini.

“kami sudah memutuskan…” tante Amanda menggantungkan ucapannya. Beliau melirik ke arah Rio menatap kami semua satu-satu lalu tersenyum.

“kami akan menjodohkan Rio dan Ify.”

UHUK UHUUUK

Aku melihat jelas bagaimana raut shock di wajah Rio. Seketika itu juga ia langsung tersedak makanan yang sedang ia makan itu. aku menghela nafas berat melihat ekspresi Rio yang sepertinya menolak rencana ini.

Ya, aku tidak munafik. Jujur aku senang sekali saat mengetahui bahwa ternyata Riolah yang akan dijodohkan denganku. Selama hampir 6 tahun aku mengaguminya, menyukainya, mencintainya, dan kini dengan mudahnya, mama menjodohkan aku dengan Rio.

Tapi ternyata, Rio sepertinya tidak suka dengan rencana ini. Mungkin, ia masih bersama Shilla.

“apa mah??! Di jodohin??” Tanya Rio shock.

“iya sayang. Dan kami juga sudah memutuskan, kalian akan melaksanakan pertunangan bulan depan.”

“APA MAH??! BULAN DEPAN?!!”

Tante Amanda mengangguk.

“mah, kenapa mama ga kasih tau aku??? Kenapa mama ngejodohin aku???! Maaah, aku udah…” Rio tiba-tiba menghentikan ucapannya. Entah mengapa. Mama, papa, Om Zeth, tante Amanda, dan tentunya aku, menatap Rio. Menunggu kelanjutan dari ucapan Rio.

Semenjak kami lulus SMA, aku memang tidak satu universitas dengannya dan Shilla. Maka dari itu, aku tidak tau bagaimana keadaannya dengan Shilla setelah lulus SMA itu.

Meski aku sudah tidak bertemu dengannya lagi, tapi aku masih belum bisa menghapus perasaan ini. Entah mengapa, tapi perasaan ini begitu kuat aku rasakan. Dan malam ini, kali pertamanya aku bertemu kembali dengannya, setelah selama kurang lebih 3 tahun, aku tidak melihatnya.

“udah apa Rio?” Tanya tante Amanda sambil menyatukan kedua alisnya.

Berarti tante Amanda dan om Zeth tidak mengetahui tentang hubungan Rio dengan Shilla.

Terlihat Rio yang jadi gelagapan sendiri. Mungkin bingung mau menjawab apa dan merutuki ucapannya barusan.

“em.. eh, itu .. engga apa-apa. Gak jadi..” jawabnya dengan gelagapan. Membuat kebingungan dan penasaran semakin menyergap aku. Padahal aku mau tau apa penyebabnya.

Ah dasar bodoh! Tentu saja tanpa ia memberitahukan alasannya pada kami, aku sudah mengetahui jawabannya. Ia pasti tidak mencintaiku. Ia pasti masih bersama dengan Shilla. semua pasti masih sama seperti 3 tahun yang lalu. Ia masih Rionya Shilla. Ia masih seorang Mario Stevano yang sampai kapanpun tak akan mungkin aku dapatkan.

Dan memang masih sama seperti dulu. Ia masih menjadi pemilik tahta tertinggi di singgasana hatiku. Ia masih sangat aku harapkan. Dan semua memang masih seperti dulu. Semua memang hanya harapan yang entah kapan akan menjadi kenyataan. Atau bahkan mungkin, tidak akan pernah menjadi kenyataan.

Aku berharap, Tuhan memberikan aku kesempatan untuk merasakan kebahagiaan bersama dengannya. Kesempatan untukku dapat menggenggam hatinya. Kesempatan untukku dapat mengubah harapan-harapan itu, menjadi semua kenyataan. Semoga saja. Semoga!
***
Meski dirimu bukan milikku
Namun hatiku tetap untukmu
Berjuta pilihan di sisiku
Takkan bisa menggantikanmu

Walau badai menerpa
Cintaku takkan kulepas
Berikan kesempatan
Untuk membuktikan
Ku mampu jadi yang terbaik
Dan masih jadi yang terbaik

Ku akan menanti
Meski harus penantian panjang
Ku akan tetap setia menunggumu
Ku tau kau hanya untukku

Biarlah waktuku
Habis oleh nantian ini
Hingga kau percaya betapa besar
Cintaku padamu ku tetap menanti

Walau badai menerpa
Cintaku takkan kulepas
Berikan kesempatan
Untuk membuktikan
Ku mampu jadi yang terbaik
Dan masih jadi yang terbaik

Ku akan menanti
Meski harus penantian panjang
Ku akan tetap setia menunggumu
Ku tau kau hanya untukku

Biarlah waktuku
Habis oleh nantian ini
Hingga kau percaya betapa besar
Cintaku padamu ku tetap menanti

Aku telah lelah menanti. Sejak lebih dari tiga tahun yang lalu, aku memang sudah lelah menanti. Meskipun aku telah lelah menantinya, aku tidak akan pernah lelah untuk terus berharap. Berharap bahwa suatu saat nanti akan ada kesempatan untuk. Aku percaya keajaiban. Aku percaya akan takdir. Dan aku percaya, takdir pasti akan memihak padaku.

Semoga suatu saat nanti, ia akan menyadari, betapa aku sangat menyayanginya. Betapa aku sangat menginginkannya. Betapa aku, mau menjadi yang terbaik, dan mampu yang terbaik untuknya.

Semoga memang takdirku adalah bersamanya. Semoga memang takdir, mampu mempersatukan aku dengannya. Semoga saja. Semoga.

Aku sangat berharap, ini bukan hanya sekedar harapan belaka. Aku berharap, ini bukan hanya sekedar doa yang tak terdengar. Aku berharap, ini adalah suatu tantangan untukku. Aku berharap ini adalah sebuah ujian dari Tuhan.

Namun jika Tuhan tidak mengizinkan semua berubah menjadi kenyataan, aku harap itu memang yang terbaik untukku, untuknya, dan untuk semuanya.
***

Nyatanya, Tuhan memang tidak mengizinkanku untuk melupakannya.
***

Sejak malam itu, aku selalu saja dipaksa untuk melakukan pendekatan dengan Rio. Begitupun dengan Rio. Ternyata perjodohan itu bukan sekedar ucapan belaka. Ternyata semua ini benar-benar serius.

Akibat dari paksaan itulah, akhirnya kami menjadi sering bertemu. Menjadi sering jalan berdua, makan berdua, bahkan nonton berdua.

Tapi, saat sedang melakukan ‘pendekatan’, Rio tidak pernah sama sekali menganggapku. Sama sekali tidak. Ia sama sekali tidak pernah menyentuhku. Jangankan untuk sekedar menyentuh, melirikkupun tidak pernah.

Aku tau apa alasannya. Sangat tau. Ia sudah pernah bercerita padaku, bahwa ia masih bersama Shilla. ia tidak ingin perjodohan ini ada.

“gue masih sama Shilla! Dan yang pasti, gue ga akan pernah bisa buat ninggalin dia, ngelepasin dia! Dia segalanya buat gue! Tanpa dia, gue ga akan bisa hidup selayaknya manusia. Gue cinta banget sama dia.”

Begitulah yang diucapkannya, saat kami sedang makan di salah satu caffe kala itu. sakit. Sangat sakit mendengar secara langsung pengakuan tentang perasaannya pada Shilla. hampir saja aku menangis, jika aku tidak ingat bahwa aku sedang berada di tempat umum.

“Shilla tau kok tentang perjodohan ini. Dan katanya, gue disuruh ngikutin aja permainan mama. Katanya, dia yakin, kalo takdir udah nentuin kita buat terus sama-sama, semua pasti bakal ada jalannya.”

Aku kembali teringat akan ucapannya tempo hari. Aku bertanya padanya, apakah Shilla mengetahui tentang perjodohan kami. Dan itulah jawabannya. Shilla, memang tidak pernah berubah. Ia memanglah seorang yang bijaksana. Mungkin, karena sifat bijaksananya itu juga yang membuat ia tidak memberitahuka padaku tentang hubungan mereka.

Aku dilanda dilemma. Aku bimbang. Aku galau. Aku bingung. Apa yang seharusnya aku rasakan saat ini? Aku berada diantara dua sisi.

Sisi pertama, keegoisanku berkata, aku sungguh sangat bahagia. Jika memang benar perjodohan ini akan diteruskan hingga kejenjang yang lebih serius, aku tidak akan pernah bisa membayangkan betapa bahagianya aku. Kalian sendiri tau, aku mencintainya sejak lama. Dan sekarang, secara tidak langsung, ia menjadi milikku. Walau aku tau, ia tidak mencintaiku seperti yang aku rasakan.

Sedangkan sisi kedua, rasa prikemanusiaanku berkata, bahwa aku tidak boleh menggunakan kesempatan ini. Aku mtelah merebut kebahagiaan orang. Aku merebut kebahagiaannya dan Shilla. aku telah menjadi benteng di antara keduanya. Aku telah membuat hubungan mereka menjadi berjarak.

Sepertinya, untuk saat ini, aku biarkan dulu keegosianku yang menang. Aku ingin tau, sampai mana semuanya akan berjalan. Apakah aku kuat, apakah aku tahan mengahadapi sikap dingin Rio padaku?
***                           

Bergetar hati ini
Saat mengingat dirimu
Mungkin saja diri ini
Tak terlihat olehmu
Aku pahami itu

Bagaimana caranya
Agar kamu tau bahwa
Kau lebih dari indah
Di dalam hati ini

Lewat lagu ini
Kuingin kamu mengerti
Aku sayang kamu
Kuingin bersamamu

Meski ku tak pernah tau
Kapan kau kan mengerti
Kucoba tuk berharap

Bagaimana caranya
Agar kamu tau bahwa
Kau lebih dari indah
Di dalam hati ini

Lewat lagu ini
Kuingin kamu mengerti
Aku sayang kamu
Kuingin bersamamu

Aku harap suatu saat nanti, kamu bisa mengerti. Bagaimana besarnya cintaku untukmu. Bagaimana besarnya harapku untuk dapat bersamamu.

Aku ingin kamu mengerti, bahwa aku ada di sini. Untuk kamu. Untuk selalu mencintai kamu. Untuk selalu berusaha membuat kamu tau, bahwa aku ingin kamu. Aku ingin memiliki kamu. Aku ingin kamu membalas cintaku.

Semoga Tuhan mendengar doaku. Semoga Tuhan mengabulkan segala doa dan harapanku. Aku menyayangimu, aku mencintaimu. Sungguh-sungguh menginginkan kamu.
***

Hanya Tuhan yang mengetahui, mengapa harapan itu terasa menyakitkan.
***

Aku memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar komplek karena aku merasa suntuk di rumah. Saat melihat ada taman di dekat sana, aku tergoda untuk menapakkan kakiku di sana. Akhirnya aku putuskan untuk masuk ke taman itu.

Tidak begitu ramai. Hanya ada beberapa orang saja yang sedang berpacaran di taman ini.

Aku terus melangkahkan kakiku menyusuri taman ini. Hingga tiba-tiba aku seperti melihat sebuah danau di pinggiran taman. Aku kembali tergoda untuk melihat danau itu. dan aku kembali memutuskan untuk menghampiri danau itu.

Sesampainya di danau, aku menghirup udara dalam-dalam. Lalu kembali menghembuskannya secara perlahan. Em, segar sekali udara di sini. Aku baru tau ada danau di sini. Mana indah sekali lagi.

Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh sudut dan sekitar danau. Dan tiba-tiba mataku berhenti di satu titik. Aku melihat ada dua orang sedang berpelukan di dekat sebuah pohon rindang. Hah?! Berani sekali mereka berpelukan di tempat umum seperti ini.

Ah, sudahlah. Itu bukan urusanku. Akupun kembali menatap danau itu. senang sekali melihat keindahan danau di sore hari ini. Aku dapat melihat indahnya cahaya matahari yang memantul ke tengah danau. Menciptakan keindahan tersendiri. Keindahan yang sangat alami. Membuat air danau yang berwarna hijau gelap itu menjadi bercorak kejingga-jinggaan. Sungguh indah sekali.

“AAH!! RIOOO GELIII!”

Aku tersentak kaget mendengar suara teriakan samar-samar itu. Rio? Apakah Mario Stevano? Apa itu suara Shilla. aku kembali menoleh ke arah dua insan itu. aku melihat mereka berdua sedang berlari-lari saling mengejar. Aku penasaran. Apa benar mereka itu Rio dan Shilla?

Jika dilihat sekilas dari pandanganku, memang mereka berdua seperti Rio da Shilla. tapi sedang apa mereka di sini??

Aku melangkah mendekat ke arah mereka. Dengan langkah hati-hati dan mengendap-endap tentunya. Sekarang aku melihat mereka sedang saling berhadapan. Aku semakin dekat dengan mereka. Dan ternyata si cowo memang benar Rio. Pasti cewe itu Shilla. tidak salah lagi.

Aku berhenti di sebuah pohon besar yang sepertinya cukup untuk bersembunyi. Aku memperhatikan apa saja yang mereka lakukan.

Aku dapat melihat jelas bagaimana Rio mengelus wajah Shilla dengan lembutnya. Hal yang takkan pernah mungkin aku dapatkan darinya. Rio maju mendekati Shilla. ia menyentuh wajah Shilla dengan kedua tangannya. Ia semakin mendekati wajah SHilla. ah, aku tau apa yang akan mereka lakukan.

Aku tak mau menyaksikan secara langsung kemesraan mereka. Melihat adegan demi adegan tadi saja, hatiku sudah seperti dihujam dengan puluhan ribu pedang tajam. Lebih baik aku pergi dari sini.

Aku berbalik, bermaskud untuk pergi, namun naas sekali nasibku. Aku menginjak sebuah ranting pohon, sehingga menimbulkan suara patahan. Aku berharap mereka tidak mendengarnya. Aku langsung kembali melangkahkan kakiku, sebelum suara itu memanggilku.

“hey!” sial! Aku ketahuan!

Aku berhenti melangkah dan berbalik ke arah mereka. Sambil cengengesan kaku, aku meminta maaf.

“maaf ya kalo gue ngangganggu kalian!”

“Ify? elo ngapain di sini??” Tanya SHilla.

“jalan-jalan!”

“bohong! Lo pasti ngikutin kitakan?? Elo pingin ngelaporin gue ke nyokapkan??! Iya kan!!!”

Enak saja si Rio menuduh sembarang! Aku tidak sepicik itu.

“engga kok !!”

“alah, boong!”

“beneran!!!”

“ga usah bohong dh! Cepet tunjukin mana foto-foto yang udah lo ambil tadi!!”

“engga ada Rio! Gue ga ngambil foto apa-apa!!”

“ga usah boong deh lo! gue tau. Elo sekongkol kan sama mama sama mama lo buat ngerencanain ini semua. Gue tau kok, kalo dari dulu lo itu suka sama gue. dan elo bencikan sama Shilla?! elo dendam kan sama SHilla! makanya elo mau ngerusak hubungan gue sama SHilla?! iya kan!?! NGAKU AJA LO!!”

JEDEER

Aku menggeleng-geleng. Tidak Rio! Tidak seperti itu! akupun terkejut saat diberitahu oleh mama tentang perjodohan ini. Aku tidak membenci Shilla! tidak! Walau bagaimanapun, ia pernah menjadi bagian dari kisah hidupku. Aku tidak mungkin menaruh dendam pada gadis sebaik Shilla. jangan menuduhku seperti itu!

“engga Yo! Gue ga pernah berpikir buat ngelakuin itu! engga pernah!”

“Rio, udah! Mungkin emang Ify ga bohong!” ucap Shilla membelaku.

“engga dia pasti boong! Sana kamu masuk mobil! Biar aku yang ngurusin cewe ini!”

“tapi Yo…”

“masuk mobil!!!”

Shillapun lebih memilih mengalah ketimbang diamuk oleh Rio. Sekarang hanya tinggal kami berdua.

“cepetan tunjukin!!”

“tunjukin apa sih Yo!! Sumpah gue ga ngapa-ngapain tadi!”

“HALAH, BOHONG!! Elo pasti sekongkol sama mereka! Apa sih yang lo cari dari gue !?! HAH?! APA?! LO MAU DARI APA DARI GUE!!? lo mau gue peluk!! Lo mau gue cium!!! Lo mau tidur sama gue!!! iya!! Biar lo hamil dan bisa nikah sama gue!!!??”

PLAAAAK

Air mataku menyeruak turun membasahi pipiku. Rio, sungguh, ucapanmu benar-benar membuatku sakit. Aku memang mencintaimu, aku memang mengagumimu, aku memang menyukaimu. Tapi aku tidak pernah berfikir seperti itu! aku tulus! Aku tidak mengharapkan apapun dari kamu! Aku hanya mengharapkan cinta kamu! Hanya itu!! berani-beraninya ia menuduhku seperti itu!?

“heh, asal lo tau ya, tuan Mario yang terhormat! Gue emang cinta sama lo! Gue emang sangat sangat mencintai elo! Tapi asal lo tau, gue engga serendah itu! gue engga sepicik itu! gue engga pernah ngarepin semua itu dari elo! Gue tulus, gue bener-bener tulus sayang sama lo! lo tau, enam tahun gue nunggu elo! ENAM TAHUN!! Apa tapi? Gue ga pernah kan nuntut apapun dari elo! Bahkan ngedeketin elo pun gue ga pernah!!” aku balik membentaknya.

Rio tersenyum miring.

“MUNAFIK tau gak lo!!! kalo lo mau, silahkan bilang sama gue!! BILANG! Bakal gue kasih!!!”

Setelah berucap seperti itu, ia menarik tubuhku mendekat dengannya. Merapat dengan tubuhnya. Dan tak tanggung-tanggung, ia mendekatkan wajahnya padaku. Menghapuskan semua jarak yang ada. Melampiaskan segala emosinya kepadaku. Aku dapat merasakan hembusan nafasnya. Aku dapat merasakan nafasnya yang semakin menyapa wajahku. Membuat nafasku ikut tersengal-sengal seperti ia.

Ia melepaskan secara kasar tubuhku. Hampir saja aku terjatuh, kalau tidak berusaha menahan keseimbangan tubuhku. Air mataku semakin deras.

PLAAAAK

“gue emang cinta sama lo! GUE EMANG CINTA SAMA LO! tapi bukan itu yang gue mau! BUKAN!! Gue mau cinta lo! GUE MAU ELO NGEBALES CINTA GUE!! gue ga pernah ngeharapin apapun dari elo! Cuma cinta lo doang Yo!!! GUE CUMA MAU LO CITA SAMA GUEE!! Tapi ternyata selama ini gue salah menilai seorang Mario Stevano. Gue pikir dia orang yang dewasa. Tapi ternyata, hati dan pikirannya dipenuhin sama SETAN! Gue benci sama lo Yo! GUE BENCI SAMA LO!!”

Akupun berlari meninggalkannya dengan membawa segala perih hatiku. Sakit, sakit sekali diperlakukan seperti itu. sakit sekali dituduh seperti itu. sakit sekali dianggap rendah seperti itu.

Aku tidak pernah mengharapkan ia melakukan itu! TIDAK PERNAH! Aku tulus mencintainya. Sangat tulus! Aku tidak pernah berharap seperti itu. mengapa ia melakukannya??! Mengapa ia menganggap aku seperti perempuan rendahan!?? Aku sakit hati diperlakukan sepertu itu!
***

Semoga ini memang yang terbaik. Aku percaya, bahwa jalan yang telah digariskan untukku, memang itulah yang terbaik.
***

Malam ini adalah malam pertunanganku dengan Rio. Semua sudah sibuk mengurus keperluan yang diperlukan malam ini. Tidak ada yang menganggur, semua sibuk.

Hanya aku yang sedang duduk terdiam di sini. Di belakang halaman rumahku. Memikirkan apakah ini adalah cara yang tepat? Dan berusaha untuk menguatkan mentalku. Semua harus berjalan sesuai dengan rencana.

Mungkin memang inilah yang terbaik. Ini pasti yang terbaik. Aku yakin. Aku sudah memantapkan hatiku. AKU-AKAN-MELAKUKANNYA!

20 menit lagi, pesta akan segera dimulai. Aku sudah siap. Sangat siap. Bahkan dengan segala rencana. Aku sudah sangat siap. Aku hanya menunggu yang lain bersiap.

Aku putuskan untuk kembali masuk ke dalam rumah. Acara akan di mulai di halaman belakang rumahku. Aku akan masuk untuk mengecek sudah seberapa persenkah, semua siap? Ternyata semua memang sudah siap. Termasuk Rio. Ia sedang duduk di ruang tamu. Melamun. Aku tau pasti apa yang sedang ia pikirkan.

Ia pasti sedang memikirkan nasibnya setelah ini. Bagaimana nasibnya? Bagaimana nasib Shilla? bagaimana nasib hungannya dengan Shilla??

Aku tak mau mengganggu lamunannya itu. biarkan saja ia meratapi nasibnya. aku meninggalkannya. Lalu masuk ke dalam kamar mama.

“mah..”

“eh, sayang. Kamu udah siap kan??”

“iya, Ify siap mah…”

“yasudah ayo!! Acara akan dimulai sebentar lagi.”

Aku mengekor mama keluar dari kamar.

‘maafin aku mah…’
***

Semua mata tertuju padaku. Semua mata ingin menyaksikan bagaimana acara tukar cincin malam ini. Aku dan Rio sudah berada di depan. Ya untuk apalagi kalau bukan untuk saling bertukar cincin.

“dan inilah saat yang paling di nati-nanti. Inilah puncak acara pada malam ini. Dipersilahkan untuk ibu Gina, ibunda dari Ify. untuk naik ke atas pentas.”

Mamapun naik ke atas panggung dengan membawa kotak kecil berwarna merah, yang semua orang tau, itu pasti adalah cincinnya.

Aku menarik nafasku dalam-dalam. Aku berusaha meyakinkan diri, aku pasti bisa! Aku pasti sanggup! Aku mampu!

Mama berdiri di hadapan kami berdua. Lalu membuka kotak berwarna merah itu. mama menyodorkan kotak itu pada Rio. Menyuruh Rio mengambil salah satu dari kedua cincin itu untuk disematkan ke jariku.

Rio terlihat sedikit ragu namun pasrah. Ia mengambil salah satu cincin itu, lalu dengan perlahan menarik tanganku. Dengan hati-hati, ia menyematkan cincin itu di jari manisku. Tepuk tangan terdengar dari para tamu.

Kini giliranku yang menyematkan cincin itu di jari Rio. Aku kembali menarik nafasku dalam-dalam. Kembali meyakinkan hatiku, bahwa aku pasti bisa. Ini pasti cara yang tepat dan terbaik untuk semuanya. Okeh Ify, kamu pasti bisa!

Dengan gemeter, aku mengambil cincin itu. mengambil tangan kanan Rio. Sejenak aku menatap Rio yang sedang tertunduk pasrah. Ini kejutan dari aku Yo!

Perlahan aku menyematkan cincin itu ke jari manisnya. Dan saat jari itu masuk ke setengah jarinya, aku kembali meyakinkan diriku! Ini saatnya!

“CUKUP!!!’ teriakku tiba-tiba. Membuat semua menoleh kaget ke arahku. Termasuk rio.

“cukup! Cukup semuanya!!! Aku ga mau ngelanjutin pertunangan ini! Aku ga bisa!! Buka aku yang pantes buat ngedapetin cincin ini! Bukan aku! Bukan aku perempuan yang dicintai Rio! Bukan aku! Rio ga mencintai aku! Ini semua Cuma paksaan!”

Air mata turun perlahan ke pipiku. Sesungguhnya aku tak mampu mengucapkannya. Tapi aku harus melakukannya. Ini demi kebahagiaan Rio. Ini demi semuanya.

“Fy, lo apa-apaan!? Cepet lanjutin!! Lo mau bikin malu kita semua!” bisik Rio padaku.

“engga!! Engga Yo! Gue tau lo ga cinta sama gue! gue sangat tau!!! Gue ga mau ngejalanin ini semua! Gue ga mau ngerasain ini sendirian! Mendingan gue mundur! Semua akan lebih sakit lagi kalo kita terlambat!”

“Ify, apa maksud kamu???!” Tanya tante Amanda.

“Rio udah punya gadis yang dia pilih tante. Dan itu bukan Ify! itu bukan Ify! dan Ify ga mau jadi benteng buat cinta mereka. Ify rela sakit! Asalakan Ify bisa ngeliat Rio tersenyum! ify ga pernah ngedapetin itu tante! Ify ga pernah ngedapetin senyum Rio selama Rio sama Ify. ify ga mau! Ify mau Rio yang selalu tersenyum. dan itu semua Cuma bisa kalo Rio sama-sama Shilla! jadi, bukan Ify gadis yang tepat buat Rio! Shillalah yang tepat tante!!”

Benar-benar sangat sakit mengatakan semuanya. Aku kembali melukai hatiku. Aku kembali menyakiti perasaanku sendiri. Aku lakukan ini, demi mereka. Demi Rio dan Shilla. aku sayang mereka. Aku lebih bahagia jika melihat mereka bersatu. Aku tak mau menjadi benteng diantara mereka.

Aku hanya ingin melihat Rio tersenyum. aku tak mendapatkannya ketika Rio bersamaku. Aku mendapatkannya saat Rio bersama dengn Shilla. senyuman manis khas Rio, tidak akan pernah aku dapatkan.

“gue mohon sama lo Shill, buat maju ke depan!!”

“sekali lagi, buat Shilla, Ashilla Zahrantiara, tolong maju ke depan!”

Dan terlihat Shillapun maju ke depan. Ia menunduk. Aku tau, ia pasti takut di salahkan. Ia pasti takut dihardik oleh orang tuaku dan Rio.

“gue ga pantes ngedapetin cincin ini! Cuma elo yang pantes!!”

Aku melepaskan cincin yang tadi Rio sematkan di jari ku. Rio memandangku dengan tatapan yang entah apa artinya. Aku tau pasti, dia sedang di landa oleh rasa malu, namun bahagia.

“ini, silahkan ulangin acara ini. Sekarang cewenya bukan gue tapi elo! Maaf gue udah ngerusak hubungan kalian…”

Shilla menatapku denganbingung. Aku hanya tersenyum kecil padanya.

“maafin aku ya semuanya. Buat mama papa, tante Amanda, Om, dan buat semua tamu undangan, aku minta maaf kalau udah ngacauin pesta ini. Ini bukan acara aku! Ini acara mereka. Biarin mereka berdua bahagia. Aku ga mau ngeganggu. Mungkin aku bukan takdirnya Rio. Sekali lagi aku minta maaf. Silahkan lanjutkan kembali acaranya.”

Akupun melangkah menjauhi pentas. Aku sekarang hanya akan menyaksikan acara pertunangan Rio dan Shilla dari belakang. Dengan air mata yang terus berurai, aku menyaksikannya. Saat Rio menyematkan cincin itu pada Shilla dengan sebuah senyuman tulus nan manis.

Dan bagaimana Shilla menyematkan cincin itu di jari manis Rio. Yang di sambut oleh senyuman paling manis dari Rio yang menyiratkan kebahagiaan yang luar biasa. Diakhiri dengan tepuk tangan yang meriah dari seluruh tamu undangan. Dan terakhir, Rio mengecup kening Shilla. jagankan dikecup, senyum saja tak ia tunjukkan sama sekali pada saat tadi ia menyematkan cincin itu ke jariku.

Ah, sudahlah, jangan samakan! Karena itu takkan pernah mungkin terjadi padaku! Hanya SHilla yang berhak dan pantas mendapatkannya.

Dan acarapun berlangsung dengan lancar, meski air mata dari tadi tidak henti-hentinya berurai dari mataku.
***

Ternyata, cinta sejati itu memang tidak akan mampu untuk dipisahkan. Bahkan orang tuapun, bukanlah benteng untuk memisahkan cinta sejati. Karena pada akhirnya, cinta sejati memang akan kembali bersatu. Dan tak akan pernah bisa untuk dipecah, dipisah, dihancurkan, bagaimanapun caranya.

Dan aku bahagia. Karena aku mampu mengorbankan kebahagiaanku untuk melihatnya bahagia bersama pilihannya, bersama cinta sejatinya.
***

Aku siap menerima konsekuensinya. Siap sekali, aku siap kalaupun aku akan didepak dari rumah ini. Tadi selesai acara, mama menyuruhku untuk menemui mereka semua di ruang tamu. Aku sudah bersiap dengan segala hukuman yang akan mama dan papa berikan untukku.

Dan kini acara telah selesai. Akupun melangkah dengan penuh keyakinan hati, bahwa apa yang aku lakukan tadi itu tidak salah. Itulah yang terbaik untuk semua. Bukankah segala sesuatu yang dipaksakan itu tidak akan menjadi baik dan berkah nantinya? Aku tidak mau itu terjadi denganku dan Rio.

Semua sudah berkumpul di ruang tamu. Termasuk Rio dan Shilla. walau sedikit takut, aku menghampiri mereka semua.

“ma… malem semua… maaf ya Ify lama..” ucapku sambil menunduk.

“ga usah banyak basa-basi! Cepet jelasin, apa maksud kamu melakukan itu semua tadi!!!” ketus papa.

Aku menggigit bibir bawahku. Aku sedikit takut. Tapi aku harus barani. Kan aku sudah bilang, aku terima segala konsekuensinya.

“maaf pah, mah, semuanya. Tapi menurut Ify, Ify ga pantes ngedampingin Rio. Rio ga bahagia sama Ify. Rio Cuma bahagia sama Shilla. ify ga mau ngerenggut kebahagiaan mereka berdua. Ify rela kok, meskipun Ify yang harus sakit. Ify rela berkorban, supaya mereka bisa bahagia..”

Ah, sial. Aku menangis lagi. entah mengapa jika mengingat itu semua, aku pasti menangis.

Semua terdiam melihatku. Semua menghela nafas bersamaan. Mama bangkit dari duduknya. Lalu menghampiriku.

“kamu… udah bikin kita malu! Kamu menghancurkan segala rencana kita, Ify!”

“ify tau mah.. ify tau Ify kurangajar! Ify siap dihukum apa aja. Ify siap mah..” aku masih menunduk.

Semua terdiam sambil menatapku. Aku menunduk. Aku tak berani melihat mereka semua. Apalagi melihat mama dan papa. Aku telah mengecewakan mereka. Aku membuat mereka malu.

Tapi ternyata, mama tidak menamparku ataupun menghukumku. Mama… memelukku.

“tapi mama bangga sama kamu! Mama bangga kamu udah berani berkorban. Mama bener-bener bangga sama apa yang udah berani kamu perbuat tadi!”

“papa juga bangga sama kamu! Papa ga nyangka ternyata anak papa punya jiwa ksatria.”

“om sama tante juga sangat bangga sama kamu Fy! Kami bangga kamu berani mempertaruhkan kebahagiaan kamu, merelakan kebahagiaan kamu untuk melihat orang lain bahagia. Kami salut sama kamu.”

Aku kembali menitihkan air mata mendengar mereka berucap seperti itu. aku senang. Aku bahagia. Aku bangga. Aku sudah berani melakukannya tadi. Meski hatiku sakit. Meski aku benar-benar terluka. Tapi itu semua sudah terobati melihat senyum Rio yang dari tadi terus berkembang.

“Ify, gue makasih banget Fy sama lo! lo bener-bener hebat! Gue salut sama lo! lo berani ngambil keputusan kaya tadi. Lo berani ngelakuinnya kaya tadi, dan lo berani ngakuin semuanya di depan orang banyak! Gue salut sama lo! kalau gue yang ada diposisi lo, mugnkin gue ga akan kepikira buat ngelakuin itu.” ujar Shilla.

Aku tersenyum padanya.

“makasih baget. Gue juga minta maaf karna waktu itu gue sempet ngeboongin elo. Gue ngerahasiain hubungan gue sama Rio dari elo! Elo boleh nampar gue. gue terima..”

Aku menggeleng antusias.

“engga Shill, elo ga salah. Gue yang salah. Gue aja emang yang ga tau diri. Ga punya malu. Harusnya ue ga usah kaya gitu. Padahalkan jelas-jelas Rio ga suka sama gue..”

“gue juga bangga Fy sama lo. makasih banget karna lo udah rela ngorbanin semuanya, Cuma buat gue, buat kita..” Rio menghampiri aku.

“sama-sama. Longlast buat lo berdua. Semoga kalian bakal bertahan sampe kakek nenek.”

“amin… dan gue minta maaf buat kejadian tempo hari di danau. gue bener-bener minta maaf…”

“gapapa. Gue udah lupain semua itu kok.”

Ia kembali tersenyum.  ah, Aku benar-benar bahagia sekali malam ini. Semua rasa sakit yang aku rasakan, terobati dengan kebahagian malam ini. Aku bahagia melihat semua tersenyum bahagia. Aku pun bahagia karena mereka semua menerima keputusanku.

Dan yang paling membuatku bahagia, senyuman Rio yang sedari tadi tidak hilang sama sekali dari wajahnya. Ia terus menyunggingkan senyumannya. Aku benar-benar bahagia melihatnya.

Hidupku masih panjang dan akan terus berlanjut. Aku percaya, akan ada yang lebih baik dari Rio. Aku sangat yakin akan hal itu. mulai sekarang, aku harus menghapus nama Rio dari hatiku. Aku harus mencoba menatap dunia luar, laki-laki bukan hanya Rio. Masih banyak.

Suatu saat nanti, aku akan menemukannya. Aku pasti akan menemukannya. Aku percaya takdir Tuhan. Aku percaya keajaiban. Ini mungkin memang takdirku. Bukan bahagia bersama Rio.

Aku harus bisa melepaskan bayang-bayang Rio dan segala harapan tentang Rio yang sampai kapanpun tidak akan pernah bisa jadi kenyataan itu. aku harus bisa. Aku pasti bisa. Mengorbankan hatiku saja aku bisa, masa hanya untuk menghapus nama Rio dari hatiku saja aku tidak bisa.

Doakan aku, agar aku mampu menjalani semuanya. Agar aku bisa mendapatkan yang lebih baik. Inilah yang terbaik. Ini yang paling baik. Ternyata berkorban itu tidak begitu menyakitkan.

Dan untuk kalian semua, jangan segan-segan untuk melakukan apaun yang kalian anggap benar. Apa yang hati kalian rasakan, itu belum tentu sama dengan akal kalian. Makanya kalau kalian mau memutuskan sesuatu jangan hanya menggunakan hati kalian, tapi juga akal kalian.

Semoga sepenggal perjalanan hidupku ini, bisa memberikan inspirasi atau motivasi buat kalian semua. Semoga cerita hidupku ini, bisa memberikan banyak manfaat buat kalian semua. Aku selalu berharap yang terbaik untuk kita semua. Semoga Allah akan selalu mempermudah segala sesuatu yang kita harapkan. amin.

TAMAT


PLETAK PLETAK PLETAK

KABUUUUURR !!!!

Maaaaf , maaf . tolong jangan hukum aku temen-temen. Aku tau aku salah. Aku tau ini jelek. Aku tau ini ga banget! Maaf….

maaf juga yang engga ke tag...

Karena bingung mau ngasih judul apa , akhirnya dapetlah judul yang engga nyambung gini . hehe

Tapi hutangku lunas yaa.. udah ada tulisan tamat tuh. Berarti ga ada kelanjutannya lagi. udah ah, aku udah cape mikirin ide buat ngelanjutin cerita ini.

Maaf banget sekali lagi karna cerita ini ancur, aneh, jelek, panjang baget, bikin ngatuk, ngebosenin. Yaah, kurang lebih pasti kaya gitukan???

Yaudah, silahkan berkomentar sepuas kalian. Boleh marah-marah. Boleh protes. Boleh ngritik. Boleh maki-maki. Bolhe nanya. Boleh sharing. Boleh muji :p –oke yang ini ngarep banget-. Pokoknya ngeluarin uneg-uneglah! Apa yang kalian rasain tentang cerita ini. Boleh kalian keluarin semuaya. Dari cerita yang pertama, sampai yang ini, boleh kalian keluarin semuanya.

Makasih buat yang udah mau baca cerita ini, juga yang sebelum-sebelumnya. Makasih juga buat yang udah ngelike sama koment. Makasih buat dukungannya, makasih buat semangatnya. Makasih buat kalian semua yang udah percaya sama aku buat terus nulis, padahal tulisannya ancur begini..

Makasih yaa semuanya.. love yuuu all :*

No comments:

Post a Comment