Monday, August 27, 2012

Seandainya (Cerpen) *Bagian 2*

Seandainya (Cerpen) *Bagian 2*

Rio menunduk mendengarkan penjelasan dokter tentang kondisi tubuhnya pasca kecelakaan tadi terjadi. Memang belum pasti apa yang dokter katakan itu, karena masih banyak tes lab yang harus Rio jalani untuk mendapatkan hasil yang benar-benar akurat. Mudah-mudahan saja tidak terjadi apa-apa dengan salah satu anggota tubuhnya.

Setelah mengucapkan terima kasih, Rio keluar dari ruangan dokter lalu duduk di salah satu kursi yang ada. Bukan kondisi tubuhnya yang Ia pikirkan, tetapi malah bayang-bayang wajah Ify dan suara teriakan yang menyebutkan nama kekasihnya yang berputar di kepalanya.

Ia masih belum mengetahui bagaimana keadaan Ify yang tadi terakhir dilihatnya dalam keadaan pucat. Bukan. Bukan hanya saat terakhir dilihatnya saja, tetapi juga semenjak pertama kali Ia melihat Ify, wajahnya memang sudah pucat. Sampai-sampai Rio pernah berfikiran bahwa wajah Ify memang seperti itu. Namun sepertinya tidak mungkin. Sepertinya ada sesuatu yang telah terjadi pada Ify. Tapi apa?

Ah, lebih baik Rio kembali ke Jakarta sekarang juga. Tak akan ada gunanya Ia di sini hanya menunggu kabar yang tak pasti. Ia akan berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan kekasihnya, Ify.
*******************

Rio mondar-mandir di depan tempat tidurnya. Ia cemas karena daritadi Ify tidak dapat dihubungi. Telepon pertamanya tak diangkat. Telepon keduanya diriject. Telepon ketiganya nomor Ify sudah tidak aktif. Sudah seminggu juga Ify tidak terlihat di sekolah. Tampaknya Ify tidak masuk sekolah. Saat Rio datangi rumahnya, rumah Ify tampak sepi. Seperti tak berpenghuni.

Ada apa dengan Ify? Apa telah terjadi sesuatu yang buruk padaIfy? Apa Ify sakit parah? Pasalnya semenjak hari jadiannya itu, Ify benar-benar menghilang tak ada kabar.

“Kamu ke mana sih, Fy?” gumam Rio menatap layar BBnya yang terpasang walpaper Ify.

“Mudah-mudahan aja besok kamu masuk ya,” doa Rio.
*******************

Ify melempar BBnya ke sembarang arah, lalu berdecak kesal. Ia baru saja mematikan hapenya. Setelah sebelumnya sempat tidak merespon dan meriject telepon dari Rio. Wajah pucatnya menggambarkan ekspresi berat. Berat berusaha menjauhi Rio.

Sang ayah masuk ke dalam kamar Ify dengan semangkuk bubur di tangannya. Lalu duduk di sebelah Ify.

“Fy, makan ya?”

Ify menatap sang ayah lalu tanpa sadar Ia menitihkan air matanya.

“Loh? Kok malah nangis sih?” tanya sang ayah bingung sambil meletakkan mangkuk bubur itu di meja sebelah tempat tidur Ify.

“Ayah, maafin Ify, ya, Yah. Ify udah sering bohongin ayah. Ify nakal. Ify engga nurutin kata-kata ayah. Maafin Ify kalo ayah kecewa atau sakit hati sama sifat Ify,” lirih Ify dengan air mata yang sudah bercucuran di matanya.

Sang ayah menatap Ify sebentar lalu menarik kedua tepi bibirnya membentuk sebuah senyuman. Kemudian beliau menyentuh kedua pipi sang putri tercinta dan menghapus air matanya.

“Iya sayang. Ayah udah maafin Ify sebelum Ify minta maaf sama ayah,”

“Makasih Ayah. Ify janji, Ify ga akan nakal lagi. Ify juga janji, Ify akan jauhin kak Rio demi ayah,”

Ayah Ify tersenyum lalu menarik putrinya ke dalam pelukannya. Beliau tau, meski Ify sedikit keras kepala, namun Ify sangat menyayanginya. Dan Ify adalah putrinya yang selalu menuruti perkataan ayahnya. Meski kini Ify sudah tumbuh menjadi seorang gadis remaja yang sangat cantik, namun usia remajanya takkan merubah hatinya untuk menjadi seorang anak pembakang.
*******************

Rio terdiam di bangkunya. Masih memikirkan Ify yang sampai saat ini belum ada kabar sama sekali. Ia sangat cemas memikirkan keadaan Ify. Ia takut telah terjadi sesuatu yang buruk pada Ify.

Namun tiba-tiba seorang gadis mirip Ify melintasi depan kelasnya. Rio yang saat terdiam tadi melihat ke arah luar pintu kelasnya, langsung terlonjak dari kursinya dan segera berlari menghampiri gadis yang diyakininya adalah Ify itu.

“Ify! Fy!” Rio menyerukan nama Ify berusaha memanggil gadis itu dan menghentikan langkahnya. Namun gadis itu tidak berhenti ama sekali dan terus berjalan seperti tak ada yang memanggilnya. Namun Rio tetap mengejarnya.

“Fy!”

Kini Rio berhasil menarik tangan gadis itu dan membuatnya berhenti melangkah.

“Fy, kamu ke mana aja? Kenapa aku telpon ga diangkat?” tanya Rio langsung to the point.

Ify hanya melirik Rio dengan tampang yang dingin. Membuat Rio mengerutkan keningnya bingung.

“Fy?”

“Emang penting ya?” tanya Ify dengan nada dingin.

“Iyalah, Fy. Akukan khawatir sama kamu,”

“Ga penting,”

“Penting, Fy. Kamu kan pacar aku. Kamu kenapa sih, Fy?”

“Pacar? Itu dulu! Sekarang udah engga!” seru Ify dingin, lalu langsung melangkah meninggalkan Rio.

“Ha? Maksud kamu apa, Fy?” taya Rio kaget, mengikuti langkah Ify.

Ify berhenti melangkah lalu berbalik badan menatap tajam Rio, “Kurang jelas? Kita putus!” Ify langsung berbalik badan lagi dan melangkah pergi.

“Fy? Maksud kamu mutusin aku apa? Jelasn ke aku, Fy? Salah aku apa? IFYYY!!!” Ify terus melangkah tanpa memperdulikan teriakan meminta penjelasan dari Rio. Rio menendang benda apapun yang ada di hadapannya. Meluapkan keksalan dan kekecewaan hatinya.

Ify dapat mendengar suara benda yang ditendang itu. Ia tau ini menyakiti Rio. Bukan hanya Rio, tapi juga hatinya. Ia juga berat harus mengatakannya tadi. Namun Ia telah berjanji pada sang ayah, Ia akan menuruti semua yang ayahnya bilang padanya.

‘Maafin aku, Kak Rio. Aku terpaksa nyakitin kamu. Ini demi ayah, Kak. Aku emang menyayangi kamu, tapi aku lebih menyayangi ayah. Cuman ayah satu-satunya yang aku punya. Aku gaakan bisa hidup tanpa ayah. Ayah segala-galanya buat aku. Dan aku gamau nyakitin ayah dan bikin ayah kecewa. Maafin aku, kak Rio. Maafin aku,’ batin Ify sambil terus melangkah dan menghapus air matanya yang terjatuh sejak tadi Ia meninggalkan Rio.

Meskipun Ia mencintai lelaki itu, tapi ia lebih membutuhkan Ayahnya. Ayah adalah segala-galanya untuknya. Memang sangat berat melepaskan Rio, namun kebahagiaan ayahnya jauh lebih penting dari apapun. Ia takkan mengecewakan ayahnya.
*******************

Ify melangkahka kakinya di sepanjang koridor sekolah. Meskipun harus belajar dengan wajah pucat pasi, Ify tetap menjalani kewajibannya sebagai seorang pelajar seperti hari-hari biasanya. Dengan langkah biasa saja, Ify melewati aktifitas yang terjadi di koridor sekolahnya.

Ify menghentikan langkahnya secara mendadak karena tiba-tiba Ia merasakan kepalanya terasa sangat berat. Dadanya terasa sangat sesak. Matanyapun berbayang. Dada Ify terasa semakin sesak. Ify memegangi dadanya yang terasa seperti tercekat sesuatu yang membuatnya sulit bernafas. Nafasnya tersengal-sengal.

Kakinya semakin lama semakin melemas dan akhirnya tidak kuat menumpu tubuhnya. Ify terjatuh ke lantai dengan posisi tubuh menyamping. Masih sambil memegangi dadanya yang masih terasa sesak itu.

Seluruh murid yang berada di koridor itu menghampiri Ify dan mengelilinginya. Murid-murid yang berada di sekitar radius 20 meter tempat kejadian berlari-lari menghampiri lokasi karena sudah banyak murid yang mengerubungi.

Rio yang sedang berjalan menaiki tangga yang menuju ke pintu masuk koridor bingung melihat orang-orang yang berlari-larian menuju ke tengah koridor. Karena penasaran, akhirnya Rio mengikuti mereka semua.

Setelah berhasil misi sana sini, akhirnya Rio berhasil menyerobot kerumunan dan alangkah terkejutnya Ia melihat Ify dengan nafas tersengal sambil memegangi dadanya dan hampir semaput.

“IFYYYY!!!”
*******************

Rio dengan panik menunggu Ify diperiksa di ruang tunggu. Ia tadi telah menghubungi ayah Ify dan mengabarkan bahwa Ify hampir pingsan di koridor sekolah.

Kini Rio benar-benar yakin telah terjadi sesuatu pada Ify. Wajah pucatnya, bibir putihnya, tatapan sayu matanya, sampai tadi Ify hampir semaput di koridor.

Semenjak pertama kali mengenal Ify, Rio memang tidak menemukan suatu sinar yang sangat terang di mata Ify. Pada awalnya memang sinar itu ada walaupun tidak secerah sinar mata orang kebanyakan. Namun semakin lama sinar itu semakin redup sampai pada saat terkahir kemarin Ia menatap matanya itu. Sinar itu terlihar hampir redup.

Meskipun kemarin matanya menatap dingin dan tajam, namun Rio tetap melihat kesayuan dari mata itu. Kantung mata berwarna coklat kehitaman, tergambar jelas di bawah matanya.

‘Ada apa sama kamu, Fy?’ batin Rio bertanya.

Terdengar suara langkah kaki berlari. Rio menoleh dan mendapati ayah Ify dengan wajah panik menghampiri ruang UGD. Rio bangkit berdiri hendak menghampiri ayah Ify.

“Om,” sapa Rio.

“Ngapain kamu di sini? Pergi sana!” usir ayah Ify.

“Om, tolong sekali ini aja, Om. Saya mau tau apa yang sebenernya terjadi sama Ify,” Rio memohon.

Ayah Ify terdiam.

“Om, saya mohon, Om,”

Ayah Ify terdiam lalu menghela nafas berat.
*******************

Dokter memvonis Ify menderita leukimia stadium tiga enam bulan yang lalu. Menurut dokter, penyakit ini sangat telat terdeteksinya. Penanganan yang bisa dilakukanpun terbatas. Satu-satunya cara untuk menyembuhkannya yaitu dengan cangkok sumsum tulang belakang. Tapi sampai sekarang saya belum menemukan pendonor yang tepat. Saya takut umur Ify tidak panjang lagi.

Penjelasan ayah Ify di rumah sakit tadi cukup membuatnya shock. Rio benar-benar tidak menyangka bahwa penyakit Ify benar-benar seserius itu. Pantas saja Ify sering mimisan secara tiba-tiba. Wajahnya sering pucat. Dan semakin hari bibirnya semakin memutih.

Apa yang bisa Ia lakukan untuk menolong Ify? Adakah keajaiban untuk Ify agar Ify dapat kembali hidup normal seperti dirinya dan remaja lain. Ia menginginkan Ify sembuh.
*******************

Rio masuk ke dalam ruang rawat Ify. semenjak saat itu, ayah Ify tak lagi melarang Rio menemui Ify. mungkin menurut ayah Ify, hanya Rio satu-satunya penyemangat hidup Ify untuk terus bertahan melawan penyakitnya. Mungkin Rio bisa membantu mengurangi sedikit beban Ify.

Rio menghampiri Ify yang sedang memejamkan mataya tapi tidak tertidur. Ify lantas membuka mata ketika mendegar suara pintu dibuka.

“Kamu….”

“Ayah kamu udah ngizinin kok,” jelas Rio sambil tersenyum, “Gimana keadaan kamu?”

“Kaya yang kamu liat. Aku baik-baik aja,”

Rio tersenyum lalu duduk di kursi yang ada di sebelah tempat tidur Ify.

“Cepet sembuh ya? Nanti aku nyanyiin lagu yang kemaren lagi buat kamu,”

Ify tersenyum senang lalu mengangguk lemah.

“Aku kangen suara kamu,”

“Makanya kamu cepet sembuh, biar bisa dengerin aku nyanyi lagi,”

“Pastinya….”

Rio tersenyum lalu menggenggam tangan Ify yang sedang terpasang selang infus. Diangkatnya tangan Ify lalu dikecupnya dengan lembut. Tanpa terasa Ia menitihkan air matanya. Entah mengapa ini benar-benar menyedihkan. Ia benar-benar berharap, Tuhan tak mengambil Ify darinya.

“Loh? Kak Rio kok nangis?” Ify menyentuh pipi Rio lalu menghapus air matanya.

Rio meraih tangan Ify yang sedang menyentuh pipinya, lalu digenggamnya lembut.

“Aku sayang kamu, Fy,”

“Aku juga kak,”

Entah mengapa keadaan melow itu tercipta. Namun Rio tak perduli. Yang Ia tau, Ia hanya ingin terus bersama Ify. Ia tak mau kehilangan Ify. Ia sangat menyayangi Ify. Ia tak perduli dengan apapun. Yang Ia tau, Ia ingin Ify tetap dapat terus bersamanya, menemaninya, selamanya.
*******************

Akhirnya saat yang ditunggu-tunggu ayahnya datang juga. Ada pendonor yang cocok untuk Ify. dengan sangat gembira, Ayah Ify memberitahukanya pada Ify dan juga Rio yang sedang menjenguk Ify kala itu.

“Akhirnya ada pendonor yang cocok buat kamu, Fy,” seru ayah Ify dengan wajah yang berseri-seri.

“Beneran, Yah?” tanya Ify tak kalah berseri.

“Bener… Kata dokter besok bisa dioperasinya,”

“Aaaaah, akhirnya aku bisa sembuh, Yah. Aku bisa sembuh, Kak. Aku bisa sembuh,”

“Akhirnya, Fy… Aku juga seneng banget,”

Ifypun memeluk Rio saking senengnya. Semoga ini awal yang baik dan indah untuknya, dan tentu saja, Rio….
*******************

Operasi telah selesai dilaksanakan. Setelah melewati beberapa test, Ify dinyatakan 100% telah bersih dari dari kankernya. Ify senang sekali mendengarnya. Ia benar-benar bahagia. Namun ada satu yang mengganjal hati Ify. Semenjak Ify sadar dari operasi, Rio tidak terlihat menjenguknya.

Akhirnya Ify bisa bersekolah lagi seperti biasa. Dengan hati riang gembira, Ify menyusuri koridor sekolahnya. Ia sangat merindukan Rio. Sudah hampir dua minggu Ify tidak bertemu dengan Rio.

Dengan tidak sabar, Ify segera melangkah menuju kelas Rio berharap dapat menemukan Rio di dalam kelasnya. Namun tiba-tiba saja harapannya pupus ketika Ia tidak menemukan Rio ataupun tasnya.

Ify bertanya pada teman-teman sekelasnya Rio, namun tidak ada yang tau di mana keberadaan Rio. Karena Rio juga sudah hampir dua minggu tidak masuk sekolah. dengan kecewa Ify kembali melangkah menuju ke kelasnya.
*******************

“Yah, Ayah tau engga Kak Rio ke mana? Kok gapernah keliatan ya, Yah? Tadi aja di sekolah juga ga ada. Kata temen-temennya Kak Rio dua hampir dua minggu ga masuk. Hapenya aku teleponin juga ga aktif,” tanya Ify pada sang ayah ketika mereka sedang maka beruda di meja makan.

Ayah Ify yang tadinya ingin menyuap sesuap nasi tiba-tiba saja terdiam kaku mendengar pertanyaan Ify. Beliau bingung harus menjawab apa. Ify mengerutkan keningnya, bingung melihat ekspresi ayahnya yang berubah secara tiba-tiba.

“Yah, kok ayah diem aja?”

“Em, begini, Fy,” Ayah Ify memikirkan kata-kata yang tepat untuk menceritakan pada Ify, “Rio….. Dia bener-bener laki-laki yang baik. Baik banget…..”

Ify terkekeh, “Yah Ayah baru tau sih. Kak Rio tuh emang baik banget, Yah,”

Ayah Ify tersenyum kecil, “Sebelum operasi kamu, Rio cerita sesuatu sama ayah,”

“Cerita apa, Yah?”

“Dulu waktu kamu kambuh pas di Bogor, Rio sempet ketabrak motor sampe tulang rusuknya patah,”

Ify membelalakan matanya sedikit kaget, “Ha? Kok bisa Yah? Terus keadaan Kak Rionya gimana? Kok ga keliatan kaya abis kecelakaan sih?”

“Ya, karna kecelakaan itu, ada beberapa sel sarafnya yang rusak,”

“Separah itu, Yah? Kok kak Rio ga pernah cerita ya? Nanti pokoknya Ify mau marahin kak Rio ah. Ga cerita-cerita sama Ify,” Ify memanyunkan bibirnya.

“Pas tau kamu sakit dan butuh donor sumsum tulang belakang, Rio shock berat. Dia bingung harus ngelakuin apa aja supaya kamu bisa sembuh. Ternyata tanpa sepengatahuan ayah, dia nemuin dokter dan….”

Ayah Ify menggantung kalimatnya. Bingung bagaimana menyampaikannya pada Ify. Ify semakin penasaran dibuatnya.

“Dan apa, Yah?”

“Ternyata Rio ngikutin test kecocokan sumsum tulang belakang kamu, Fy,”

Ify membelalak kaget mulai mengerti maksud sang ayah, “Yah, jangan bilang kalo kak Rio…..”

“Hasilnya ternyata cocok. Dengan resiko komplikasi, Rio nekat menyetujui pendonoran itu. dan akhirnya Rio rela menyerahkan nyawanya supaya kamu sembuh,” jelas sang Ayah.

Mata Ify terasa panas. Air mata mulai menggenangi pelupuk matanya. Benarkah Rio yang mendonorkan sumsum tulang belakang padanya? Benarkah Ify sembuh atas bantuan Rio? benarkah Rio rela mengorbankan nyawanya hanya untuk membuatnya sembuh kembali?

Sesak terasa memenuhi rongga dadanya. Dan perlahan air mata menyeruak turun membasahi pipinya menerima kenyataan pahit yang diketahuinya kini.

“Ayah kenapa ga cerita sama Ify dari kemaren?!!! Kenapa juga Rio rela ngedonorin sumsum tulang belakangnya buat Ify??!!”

Ayah Ify tidak tega melihat putrinya harus menghadapi kenyataan sepahit ini. Beliau mengelus pipi sang putri.

“Ify, aya tau ini berat. Tapi kamu harus belajar ngeikhlasin takdir ya, sayang,” Ayah Ify bangkit menuju kamar, lalu kembali lagi membawa sebuah amplop coklat. Ayah Ify menyerahkan amplop coklat itu pada Ify.

“Rio nitipin ini ke ayah. Kataya buat kamu,”

Dengan tangan gemetar, Ify menerima amplop coklat itu. Tanpa basa-basi Ify langsung bangkit dari kursinya dan segera menuju ke kamarnya.

Sang Ayah bisa merasa luka yang mendalam yang dirasakan sang putri. Beliau tau bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang kita kasihi. Sangat menyakitkan….
*******************

Dengan tangan gemetar dan air mata yang terus menyeruak menjatuhi pipinya, Ify membuka amplop coklat itu. Ternyata isinya adalah sebuah VCD. Ify langsung mengambil lapotopnya dan menyalakannya. Setelah itu memutar VCD itu.

Ternyata isinya adalah video dari Rio. terlihat di layar laptop Ify Rio sedang duduk sambil memangku gitarnya. Rio tersenyum ke arah kamera.

“Hai, Ify….” sapa Rio di awal.

“Hai kak Rio…” balas Ify seakan Rio sedang berada di hadapannya sambil tersenyum perih. Air matanya tak berhenti turun membasahi pipinya.

“Gimana keadaan kamu? Pasti udah baik dong. Udah sembuh deh pasti. Pasti udah catik, mukanya udah ga pucet lagi. Bibirnya udah ga putih lagi. Ah, jadi penasaran kamu kaya apa kamu sekarang..,”

“Ini berkat kamu kak Rio.,”

“Oh iya, aku kan pernah janji sama kamu mau nyanyiin kamu lagu yang waktu itu kalo kamu udah sembuh. Inget kan?”

“Cepet sembuh ya? Nanti aku nyanyiin lagu yang kemaren lagi buat kamu,”

Kata-kata Rio tempo hari di rumah sakit terputar kembali di benak Ify. air mata Ify makin mengalir deras mengingatnya.

Ify mengangguk menjawab pertanyaan Rio, seakan Rio melihatnya, “Aku inget, kak,”

“Nah, kemungkinan besar aku ga bisa menuhin janji aku dihadapan kamu langsung. Jadi video ini sengaja aku bikin, buat nepatin janji aku. Biar aku pergi ga bawa utang sama kamu, hehe,”

“Lagu ini spesial banget buat kamu. Ini lagu tuh aku yang nyiptain sendiri. Inspirasinya dari kamu, dari kisah kita. Dulu kan kita ga dibolehin deket sama ayah kamu. Eh, giliran sekarang udah diizinin, akunya malah harus pergi, hehe”

Ify tersenyum perih seraya menatap layar laptopnya. Memandang wajah manis itu. Wajah menawan yang mampu membuatnya jatuh hati.

“Dengerin ya lagunya, buat Alyssa..”

Saat nanti kita tak bisa saling menyentuh
Memandang wajahmu
Kuatlah sayang karna mereka
Berusaha menjauhkan kita

Ku kan slalu mencintaimu
Takkan ku bohongi hati ini
Hanya kamu yang ku mau
Cuma kamu yang kurindukan
Saat kau tak di sini

Saat nanti kita tak bisa saling menyentuh
Memandang wajahmu
Kuatlah sayang karna mereka
Berusaha menjauhkan kita

Ku kan slalu mencintaimu
Takkan ku bohongi hati ini
Hanya kamu yang ku mau
Cuma kamu yang kurindukan

Ku kan slalu mencintaimu
Takkan ku bohongi hati ini
Hanya kamu yang ku mau
Cuma kamu yang kurindukan
Saat kau tak di sini

Ify menyentuh layar laptopnya tepat pada wajah Rio yang tengah menyunggingkan sebuah senyum. Dielusnya wajah itu seperti Rio sedang berada di hadapannya. Air matanya bercucuran semakin deras. Ia rindu wajah ini. Ia rindu senyumnya. Ia rindu tatap matanya. Ia rindu sentuhnya. Ia rindu segalanya yang ada pada lelaki ini. Ia rindu Rio.

“Maafin aku ya, Fy kalo selama ini sering banget bikin salah sama kamu. Sering bikin kamu kecewa. Sering bikin kamu kesel,”

Ify menggeleng-gelengkan kepalanya, “Engga kak Rio, engga…,”

“Mungkin cara aku buat bisa selalu deket sama kamu salah, tapi aku cuma mau kamu tau, Fy, aku sayang banget sama kamu. Selalu Fy..,”

“Seandainya aja aku dikasih waktu lebih lama lagi sama Tuhan buat terus nyayangin kamu dan selalu nemenin kamu. Tapi kayanya Tuhan emang ga ngizinin kita buat bahagia di dunia ya, haha” Rio tertawa miris.

“Jangan pernah salahin siapa-siapa ya, Fy. Ini takdir kita. Mau kaya gimanapun kamu ngehindarin, semua ga akan bisa berubah,”

“Hidup kamu masih panjang, Fy. Tetep semangat ya walaupun aku udah ga bisa nemenin kamu lagi. Tapi cinta aku selalu ada di setiap langkah kamu kok, Fy,”

“Selamat tinggal Ify, sayang,” Video berhenti saat Rio menyunggingkan senyuman termanisnya yang membuat Ify semakin tak menentu.

“KAAAAK RIOOOOOOOOOOOOOOOOOO!!!” teriak Ify histeris seraya memeluk layar laptopnya seperti Ia benar-benar memeluk raga Rio. Ini menyiksa. Pertemuan terakhir mereka malam itu. Ify benar-benar tak menyangka bahwa itu akan menjadi pelukan terakhir mereka.

Jiwa dan raganya telah pergi. Penyemangatnya telah kembali ke tempat peristirahatan panjangnya. Namun cintanya takkan pernah berakhir. Cintanya takkan pernah mati. Cintanya akan selalu hidup di dalam hatinya.

‘Kak Rio, makasih ya selama ini udah ngajarin aku apa itu cinta pertama. Buat aku, kamu itu lebih dari pelangi. Warna yang kamu kasih buat hidup aku engga cuman tujuh. Berjuta-juta warna kamu lukisin buat hidup aku. Makasih banyak kak Rio. Kamu juga yang udah nyelamatin nyawa aku. Pengorbanan kamu ga akan pernah aku lupain. I will always love you, Mario,’

‘Tuhan, berikan dia tempat terindah di sisi-Mu. Berikan dia tempat yang layak. Jaga dia baik-baik Tuhan. Dan tolong sampaikan padanya, bahwa aku benar-benar mencintainya. Selalu..,’

“Ku.. kan.. sla….lu… men…ciiin…ta..i…mmu… tak…kkaaan… kuuu… bo..hongi… h…ha…ti.. i…ni… ha…nya ka…mu… yang ku… ma….u… cu…ma… ka..muu… y…yanng… ku…. Rin…dukaaan…. Saa..aat ka…u… tak.. diii… siii….niiii….” Ify menyanyikan satu bait lagu yang Rio persembahkan untuknya dengan terbata dan sesegukan.

Air matanya telah mengering. Ia tak mampu mengungkapkan betapa Ia sangat kehilangan Rio. Bahkan air matapun tak cukup untuk menjelaskan kerinduannya akan sosok itu. Meski Ia kini telah tiada, namun cintanya takkan pernah mati.

Ify tidak akan pernah benar-benar merasa sendirian. Karena mereka saling mengajari arti cinta, saling menguatkan. Karna semua orang harus berdamai… dengan ketakutan.

TAMAT

Akhirnya selesai juga nih cerpen. Kemaren sempet ada kesalahan teknis yang tiba-tiba sebagian ceritanya keapus gatau kenapa -____- padahal udah nyelesaiin sampe jam setengah duabelas e malah ilang akhirnya harus ngulang lagi.

Gimana nih ceritanya?? Ngefeel ga? kalau gue yang nulis sih ga ngefeel. Gatau kenapa udah ga ngefeel lagi RIFYnya u,u

Alyssa Saufika Umari atau Ify di film aslinya namanya Cinta diperanin sama Dinda Hauw.
Mario Stevano Aditya Haling atau Rio di film aslinya namanya Arkana diperanin sama Christ Laurent.

Itu lagunya Randy Pangalila yang Takkan Terpisah. Kalimat terakhir itu quote dari sinopsisnya. Rada diubah abis aneh sih kata-katanya. Nih yang aslinya “Mungkin malam itu malam terakhir mereka berdua. Dan ada yang harus pergi. Tapi kalaupun seseorang pergi, seseorang yang ditinggalkan tidak akan pernah benar-benar merasa sendirian. Karena mereka saling mengajari arti cinta, saling menguatkan. Kalau semua orang harus berdamai… dengan ketakutan.”

Semoga ga buruk-buruk amat deh ya nih ceritanya. Makasih ya buat yang masih mau nungguin dan ngeluangin waktu buat baca cerpen ini. semoga ga mengecewakan ya.

Silahkan kritik dan saran serta komentar nya. Yang suka boleh like.

Sampai bertemu di cerita berikutnya.
Wassalamualaikum WR. WB.

Thursday, July 12, 2012

Seandainya (Cerpen) *Bagian 1*


Gadis manis berseragam putih abu-abu itu berjalan tergesa-gesa di koridor sekolahnya hendak menuju ke perpustakaan. Hari memang sudah sore. Sekolah juga sudah bubar semenjak 15 menit yang lalu. Namun ada tugas yang harus dikerjakannya sore ini juga dan tidak bisa dipending. Gurunya yang satu ini terkenal tidak akan memberikan kompensasi apapun pada muridnya. Akibat dari buku yang memang terbatas, jadilah Ia tidak bisa mengerjakan tugasnya itu di rumah.

Setelah mendapatkan buku yang diperlukannya, Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruan perpustakaan itu. Sepi. Hanya ada satu orang siswa yang tengah menelungkupkan wajahnya ke dalan kedua tangannya yang dilipatkan di atas meja. Sepertinya siswa itu sedang tertidur.

Masa bodolah. Gadis itu duduk di hadapan siswa yang tengah tertidur itu. Untung saja masih ada siswa ini. jadi Ia tidak sendirian di dalam perpustakaan yang sudah sedikit gelap akibat cuaca di luar yang juga sudah sangat gelap. Sepertinya akan turun hujan sore itu.

Gadis itu mulai membuka bukunya dan mengerjakan tugasnya. Menyalin jawaban demi jawaban dari soal yang ada.

Ia memang bukan gadis dari kalangan keluarga konglomerat seperti kebanyakan teman-teman di sekolahnya yang bisa terbilang elit itu. Ia masuk ke sekolah itupun karena prestasi yang diraihnya ketika SMP. Mulai dari akademis sampai non akademis.

Banyak piagam yang ketika pendaftaran dibawanya ke sekolah. Para guru salut dengan prestasi yang diraihnya. Dan alhasil, Ia diterima di sekolah itu dengan beasiswa yang sudah terjamin selama tiga tahun. Selama hampir satu tahun bersekolah di sana, Ia juga sering memenangkan lomba. Ia sering mengharumkan nama sekolahnya.

Namanya Alyssa. Alyssa Saufika Umari. Teman-temannya biasa memanggilnya Ify. Gadis manis yang cerdas. Meski sedikit jutek, Ify disegani oleh teman-temannya karena Ia baik hati. Selain cerdas, ia juga jago memainkan piano. Suaranya juga bagus dan merdu. Banyak teman-temannya yang ingin bisa sepertinya. Tapi bukankah tak ada manusia yang sempurna?

Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 18.00. Adzan mahgrib mulai berkumandang. Ifypun tersadar bahwa hari sudah hampir malam.

“Yah, udah maghrib ya??? Untung udah selesai nih tugas gue..”

Ify merapikan buku-bukunya. Setelah semuanya masuk ke dalam tasnya, Ia melihat laki-laki di depannya itu.

“Nih orang tidur apa mati?” gumamnya sedikit bingung. Pasalnya dari tadi siswa yang mengenakan seragam yang sama seperti dirinya itu tidak bergerak sama sekali. Hanya sesekali terdengar dengkuran saja. Ify melambai-lambaikan tangannya di depan wajah laki-laki yang kini membuat tangannya menajdi bantal itu.

Tidak ada tanggapan. Nyenyak banget ya? Ify mengangkat kedua bahunya. Tidak memperdulikannya. Ia pun bangkit dari duduknya dan segera pergi dari perpustakaan. Namun ketika Ia mencoba membuka handle pintunya, pintu tidak bergerak terbuka. Berulang kali Ify mencobanya, namun tetap saja keadaan pintu tidak berubah menjadi terbuka. Jangan-jangan Ia terkunci.

“Yah, masa dikunci sih???” sunggut Ify sedikit panik dan bingung.

Ify kembali ke meja tadi. Ia melihat laki-laki itu. Masih belum berubah posisinya. Juga belum membuka matanya. Ify bimbang. Bangunkan? Atau Ia tunggu sampai laki-laki ini bangun? Tapi sampai kapan?

“Ah, bangunin aja, ah… iya kalo bangunnya sebentar lagi, kalo besok pagi? Males banget kan ke kunci di sini… Mana ujan lagi di luar..”

Ify pun mencoba membangunkan laki-laki itu. Di sentuhnya bahu laki-laki itu lalu digoyangkannya perlahan.

“Eh, bangun!! Bangun!!”

Ternyata meskipun tukang tidur, namun laki-laki itu bukan kebo. Ia langsung tersentak bangun. Ia celingak-celinguk entah untuk apa. Lalu dilihatnya Ify yang berdiri di sampingnya sambil memandangnya.

“Eh, ngapain sih lo pake acara bangunin gue segala?!!” tanyanya kesal.

“Iiih, elo tuh tidur tapi kaya orang mati tau ga?! Kita kekunci nih di perpus….”

“Lo anak kelas sepuluh kan? Songong amat lo bilang kaya gitu.”

“Duh, sori deh.. kepepet!”

Laki-laki itupun bangkit dari duduknya dan segera melangkah menuju pintu. Ify mengikutinya.

Setelah beberapa mencoba kali membuka pintu namun tidak bisa, laki-laki itu menendang pintu itu.

“Sial!!” cercanya.

“Terus gimana dong???” tanya Ify mulai panik.

“Ya mana gue tau.. Orang pintunya ke kunci…”

JEDEEEER JEDEEEER JEDEEEER
Petir di luar menyambar-nyambar membuat Ify yang memang takut pada petir reflek memeluk laki-laki  itu.

“Huaaa huaaa gue takut gue takut!!” teriak Ify panik.

Laki-laki yang belum diketahui namanya oleh Ify itu kaget ketika Ify memeluknya langsung tanpa meminta izin.

“Eh eh ngapain peluk peluk gue….” Laki-laki itu melepaskan tangan Ify yang melingkar di pinggangnya.

Ify tersadar dari ketakutannya. Lalu menunduk malu.

“Eh sori sori…. Yaudah itu cepetan bukain pintunya. Udah gelep nih, gue takut.” Suruh Ify berusaha menyamarkan saltingnya.

“Gimana mau dibuka??! Pintunya ke kunci gitu… guekan ga punya kuncinya.”

“Oh iya ya.. Ya lo dobrak kek. Lo kan cowo! Walaupun badan lo…. em.. cungkring kaya gitu…”

“Songong bet lu ya? lo ga punya kaca apa?”

“Ga ada waktu buat ribut! Ayo buruan dobrak!!”

Laki-laki itu menghela nafas berat sambil menatap pintu di depannya. Mudah-mudahan saja Ia bisa mendobrak pintu ini dengan tubuhnya yang…. Hem sudahlah tak perlu dideskripsikan.

“Mundur lo!!” suruhnya pada Ify. Ifypun mundur beberapa langkah menjauhi pintu da laki-laki itu.

“satu… dua… tiga…”

BRAAK!!!
Pintupun berhasil dibuka oleh laki-laki itu. Dengan perasaan lega, Ify berlari menghampiri laki-laki itu.

“Makasih ya, Mas. Kalo ga ada mas, gatau deh gue jadinya gimana…”

Laki-laki itu menatap Ify yang sudah berdiri di sebelahnya sambil memicingkan matanya. Lalu menghembuskan nafas kesal.

“Mas mas, lo pikir gue tukang jualan di kantin apa?! Gue punya nama… kenalin, nama gue Mario,” Laki-laki yang mengaku bernama Mario itu mengulurkan tangannya pada Ify. Ify menatap tangan itu lalu tertawa kecil. Dijabatnya tangan Mario.

“Oke deh, Kak Mario… Gue Ify,”

“Gausah Mario, kepanjangan. Cukup Rio aja…,” Ify tersenyum sambil mengangguk-angguk.

Tiba-tiba Rio melihat sebuah cairan kental berwarna merah keluar dari hidung gadis di sebelahnya itu. Sedikit kaget, Rio menunjuk hidung Ify.

“Eh, itu kok ada darah? Lo mimisan?”

Ify langsung menyentuh hidungnya. Ternyata benar. Ada sebercak darah yang menempel di jemarinya. Dengan tangannya, Ify mencoba menyumbat dan membersihkan darah itu. Namun tetap saja, darah itu terus mengalir, meski tidak terlalu deras.

Rio teringat bahwa tadi Ia sempat memasukkan sebuah sapu tangan ke dalam saku celananya. Ia langsung merogoh sakunya, dan mendapatkan sebuah sapu tangan berwarna biru. Riopun langsung membantu Ify menyumbat dan membersihkan darah yang keluar.

“Lo sakit ya, Fy? Lo pucet banget tuh..”

“Mungkin cuma kedinginan aja kali kak. Gue emang suka begini kalo kedinginan,” Ify tersenyum tipis.

“Kedinginan?” Rio langsung teringat, sekarang memang lagi turun hujan yang cukup deras. Rio langsung melepaskan jaket yang dikenakannya, lalu menyelimuti Ify.

“Makasih ya, Kak. Baru aja beberapa menit yang lalu kita kenal, gue udah ngerepotin lo kaya gini,” lirih Ify merasa tak enak hati.

“Ngerepotin? Engga kok. Santai aja. Sekarang kan masih ujan nih, kita pulangnya nunggu sampe sedikit reda aja ya? Entar gue anterin lo pulang kok, tenang aja. Kalopulang sekarang, entar lo keujanan malah sakit lagi,”

Ify tersenyum pada Rio lalu mengangguk. Riopun membalas senyum Ify. Membuat hati Ify mendadak berdebar tak karuan. Pipinya seketika memanas dan mungkin memerah. Ify langsung mengalihkan pandangannya ke arah yang berlawanan, menyembunyikan rona merah di pipinya yang mungkin memang sudah tersamar oleh gelapnya senja. Semoga saja Rio tidak menyadarinya. Doa Ify dalam hati.
*******

Siswa-siswi berlalulalang di kantin. Kantin ramai sekali. Bahkan banyak murid yag tidak mendapatkan tempat duduk untuk makan karena kantin benar-benar sangat penuh. Tak terkecuali Ify yang celingak-celinguk mencari tempat kosong dengan nampan di tangannya yang berisi mie ayam dan sebotol teh.

Tiba-tiba matanya berhenti di satu sosok yang tengah duduk sambil mengaduk-aduk minumannya. Ify jadi teringat akan sapu tangan dan jaket yang kemaren dipinjamkan padanya. Ify tersenyum lalu melangkah menuju ke mejanya.

“Hey, Kak Rio…” sapa Ify dengan senyum ceria tergambar jelas di wajahnya. Rio yang merasa namanya dipanggil, langsung menoleh ke Ify.

“Eh, Ify… Duduk, Fy,” Rio menawari. Ify mengangguk, lalu meletakkan nampan yang dibawanya di atas meja. Dan duduk di kursi di hadapan Rio.

“Makan, Kak,”

“Iya, makasih,”

Ifypun mulai melahap makanannya. Sambil mereka mengobrol sesekali bercanda. Tiba-tiba Ify kembali teringat dengan sapu tangan dan jaket Rio.

“Oh ya, Kak. Nih sapu tangan lo. udah gue cuci sampe bersih. Kalo jaketnya belum kering,” Ify mengulurkan sapu tangan Rio.

“Ngapain dibalikin? Gue kan ga nyuruh lo balikin,”

“Ya tapikan gue minjem, masa ga dibalikin,”

“Udah simpan, buat lo aja,”

“Serius lo kak?” Rio mengangguk.

“Yaudah deh, makasih ya, Kak,”

“Yap. Eh ntar malem jalan yuk?!” ajak Rio.

“Ha?” Ify yang tadinya ingin menyuapkan sesuap (?) mie ayam mengurungkan niatnya setelah mendengar ajakan Rio.

“Kenapa?”

“Gapapa sih,” Ify kembali melanjutkan aktifitasnya yang tadi sempat diurungkannya dalam waktu beberapa menit. Sejujurnya, ini adalah ajakan pertama seorang laki-laki padanya. Terlebih lagi yang mengajaknya adalah Rio. Jantungnya berdebar cepat. Namun ia berusaha menyembunyikannya.

“Yaudah, mau ga?”

“Ke mana?”

“Jalan…,”

“Iya, jalan ke mana?”

“Siniin tangan lo!!” pinta Rio sambil mengeluarkan pulpen dari saku celananya.

Ify mengerutkan keningnya, namun tetap mengulurkan tangan kirinya pada Rio. Rio memajukan tubuhnya, lalu menuliskan sebuah alamat di telapak tangan Ify.

“Emang ga dijemput?” tanya Ify dengan polosnya.

“Kalo dijemput berarti kita ngedate dong? Inikan cuma jalan biasa,” jawab Rio dengan santainya. Membuat Ify mengerucutkan bibirnya, manyun.

“Jangan lupa ya ntar malem jam tujuh. Gue tunggu!” Rio bangkit berdiri, kemudian berlalu pergi.

Ify menatap punggung Rio yang semakin menjauh. Lalu menatap telapak tangannya yang bertuliskan tulisan tangan Rio. Ify terkikik kecil.
*******
Jarum jam menunjukkan pukul setengah tujuh malam. Tedengar decitan melengking kayu pertanda pintu kamar Ify dibuka. Sang ayah masuk ke dalam kamar dan melihat putrinya sudah terlelap tidur di bawah selimut. Beliau tersenyum dan mengecup kening Ify. Kemudian keluar lagi dari kamar Ify.

Setelah memastikan pintu sudah ditutup rapat dan langkah kaki sang ayah sudah semakin menjauh, Ify membuka selimutnya dan kembali berdiri di depan cermin. Setelah yakin dandanannya sudah rapi dan menganggumkan, Ify segera membuka jendela dan melompat turun.

Ify memang tidak diizinkan berteman dekat dengan seorang laki-laki. Maka dari itu, Ia belum pernah berpacaran. Rio adalah teman dekat laki-laki pertama yang dimilikinya. Ayahnya tidak suka jika Ia dekat dengan laki-laki dan semuanya akan kacau termasuk segala prestasinya.

Dibalik segala keunggulan dan prestasinya, Ify tetaplah manusia biasa. Ia tak dapat menghindari kodratnya sebagai seorang remaja biasa. Ia juga ingin seperti teman-temannya yang lain. Dan Ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini.

Setelah sampai di tempat yang dimaksud Rio, Ifypun langsung masuk ke dalam tempat yang ternyata adalah sebuah caffe. Ify celingak-celinguk mencari sosok Rio yang tak terlihat batang hidungnya. tiba-tiba saja seluruh lampu penerang di ruangan itu padam. Gelap. Ify bingung. Ia celingukan berharap dapat menemukan sosok Rio.

Tiba-tiba saja sebuah lampu sorot mengarah ke sesosok laki-laki yang tengah duduk di belakang sebuah piano. Laki-laki manis itu memberikan seulas senyuman yang begitu menenangkan hati pada Ify. Ify yang awalnya bingung, kini ikut tersenyum melihat senyuman manis Rio, meski Ia tau senyumannya itu tersamar oleh gelap.

Dentingan piano terdengar membahana memenuhi ruangan hening itu. Lalu menyusul sebuah suara lembut bernyanyi diiringi dentingan piano yang merdu itu.

Saat nanti kita tak bisa saling menyentuh
Memandang wajahmu
Kuatlah sayang karna mereka
Berusaha menjauhkan kita

Ku kan slalu mencintaimu
Takkan ku bohongi hati ini
Hanya kamu yang ku mau
Cuma kamu yang kurindukan
Saat kau tak di sini

Saat nanti kita tak bisa saling menyentuh
Memandang wajahmu
Kuatlah sayang karna mereka
Berusaha menjauhkan kita

Ku kan slalu mencintaimu
Takkan ku bohongi hati ini
Hanya kamu yang ku mau
Cuma kamu yang kurindukan

Ku kan slalu mencintaimu
Takkan ku bohongi hati ini
Hanya kamu yang ku mau
Cuma kamu yang kurindukan
Saat kau tak di sini

Lampupun kembali menyala dan terdengar tepuk tangan dari seluruh pengunjung caffe. Ify terkagum-kagum dibuatnya. Rio turun dari panggung caffe dan menghampiri Ify.

“Gimana tadi penampilan gue?”

“Keren banget kak. Sumpah…,”

“Haha, makasih. Yaudah yuk kita jalan-jalan di tempat lain,”
*******
“Pak, stop di sini aja deh,” Ify menepuk bahu sang supir taksi yang tengah mengemudikan taksinya dalam kecepatan rendah. Sang supirpun langsung mengehntikan laju taksinya.

“Loh kok di sini? Emang rumah lo di sini?” tanya Rio.

“Bukan, rumah gue di sana tuh,” Ify menunjuk sebuah rumah yang terletak tak jauh dari tempatnya berhenti, “Yaudah, gue turun ya. Makasih kak,” Ifypun keluar dari taksi itu dan berjalan menuju rumahnya.

Ketika di depan rumah Ify, Rio membuka kaca taksi dan berkata, “Berarti malem ini kita ngedate ya? Kan gue nganterin lo pulang. Daaaah,” Ify tersenyum dan terkikik kecil mendengar ucapan Rio. Iapun segera masuk ke dalam rumahnya. Ify kembali memanjat jendela kamarnya. Tiba-tiba saja lampu kamar menyala, dan terlihat sosok marah sang ayah.

“Eh, ayah…” serunya kaget.
********
Dengan langkah gontai, Ify berjalan menyusuri koridor sekolahnya. Semalam ia dimarahi habis-habisan oleh sang ayah. Dan sebagai hukumannya, Ia tidak diberikan uang jajan selama dua minggu. Ify menghembuskan nafas keras.

“Hey, Ify!!!” seru Rio tiba-tiba sambil menepuk pundak Ify. Ify hanya melirik sebentar saja, lalu kembali menghadap ke depan.

“Kenapa tuh muka dilipet? Terus kok lo pucet ya?”

“Gue gapapa kok, Kak,”

Namun tiba-tiba saja setetes darah menetes dari hidung Ify, “Fy, lo mimisan lagi!!!” pekik Rio kaget.

Ify berhenti melangkah, lalu menyentuh hidungnya. Benar saja setetes darah terlihat menempel pada ujung jemarinya. Ify langsung mengambil tisu dari saku kemejanya. Ia mencoba menyumbat dan membersihkan darahnya dengan tisu tersebut.

“Lo kenapa Fy? Kedinginan?”

Ify menggeleng lemah. Tiba-tiba saja kepalanya terasa berat dan wajah Rio menjadi berbayang dua. Ify tak kuat berdiri lagi, semuanya terasa gelap, dan akhirnya Ia ambruk. Untung saja Rio dengan sigap menangkap tubuh Ify sebelum jatuh ke lantai.

“Fy… Fy!!!”

Riopun menggendong tubuh Ify dan segera mengantarkannya pulang ke rumah.
********
Dengan panik, Rio membuka pintu taksi dan membantu Ify turun dari dalam taksi. Ketika di tengah perjalanan pulang tadi, Ify tersadar.

“Pelan-pelan, Fy,”

“Makasih ya, Kak. Lo udah mau nganterin gue pulang. Gue ngerepotin lo terus kerjaannya,”

“Engga kok, Fy. Lo ga ngerepotin gue,”

Tiba-tiba sang ayah keluar dari dalam rumah dan menghampiri mereka berdua. Tangan Ify ditarik oleh beliau.

“Masuk, Fy! Masuk!!!” suruh ayah Ify.

“Ayah… Lepasin!” Ify meronta minta dilepaskan.

Ayah Ify menatap geram Rio yang tiba-tiba terdiam kaget. PLAAAAAAK! Satu tamparan melayang di pipi Rio.

“AYAAAH!!” teriak Ify kaget.

“Pergi kamu dari sini!! Saya tidak suka kamu berhubungan dengan anak saya!!” bentak ayah Ify.

“Tapi om…”

“PERGIII!!!!” ayah Ify mendorong dorong tubuh Rio, menyuruh Rio segera meninggalkan teras rumahnya.

Akhirnya Riopun memilih untuk pergi dari sana daripada membuat runyam segalanya.

“Ayah, ayah ga seharusnya ngusir Kak Rio kaya gitu!!” protes Ify.

“Diem kamu!! Masuk!!!”

Ifypun berlari masuk ke dalam. Sang ayah geleng-geleng kepala kesal melihat kelakuan putri satu-satunya itu.
********
Untuk beberapa hari, Ify dan ayah menginap di Bogor, di rumah tante Ify. sebagai hukuman karena sudah melanggar aturan sang ayah. Ify sudah menolak keras, namun tetap saja sang ayah memaksa. Akhirnya mau tak mau Ify menuruti keinginan sang ayah meski dengan berat hati.

Ify duduk di atas bukit kebun teh. Sesampainya di Bogor, Ify langsung keluar rumah dan segera menuju ke kebun teh ini. Ia ingin mencari udara segar. Ify mencoba menikmati pemandangan di sana meskipun pikirannya tetap tertuju pada Rio. entah kenapa, Ia sangat merindukan Rio.

“Loh? Ify?”

Sebuah suara membuyarkan lamunannya. Ify celingak-celinguk ke kanan dan ke kiri mencari sumber suara yang sepertinya Ia kenal itu. Namun Ia tak menemukan sosok siapapun di sana.

“Hey!” seru suara itu lagi, kini sambil menepuk bahu Ify dan duduk di sebelah Ify. Ify menoleh ke sebelah kirinya di mana orang itu duduk. Seketika Ify membelalak kaget. Sosok yang dirindukannya kini bukan hanya dalam bentuk bayangan, tetapi kini dalam wujud nyata dan duduk di sebelahnya dengan sebuah gitar dipangkuannya.

“Kak Rio??!!!!” pekik Ify kaget namun tak dapat menyembunyikan rasa senangnya melihat sosok yang dirindukannya kini nyata di hadapannya sambil memangku sebuah gitar.

“Kok lo ada di sini, Fy?” tanya Rio.

“Iya kak, gue dihukum sama ayah. Jadinya diungsiin ke sini deh… Lo sendiri ngapain di sini?”

“Gue mau nyari udara seger aja di sini. Cuman sehari doang sih. Besok juga balik. Lo balik kapan?”

“Entahlah, mungkin minggu depan,”

“Lama amat?!!”

“Tau tuh ayah gue… Oh ya kak, yang kemaren itu maaf ya , kak. Sakit ga kak pipinya?”

Rio menyentuh pipinya, lalu tertawa.

“Perih sih waktu abis ditamparnya. Tapi sekarang udah gapapa kok.”

“Lo bawa gitar? Bisa mainnya? Mainin dong, sambil nyanyi!!” pinta Ify.

Rio menatap gitar dipangkuannya. Lalu menoleh lagi pada Ify, “Okeh...,” Iapun mulai memetik gitarnya, dan ketika intro selesai, Ia mulai bernyanyi.

Saat nanti kita tak bisa saling menyentuh
Memandang wajahmu
Kuatlah sayang karna mereka
Berusaha menjauhkan kita

Ku kan slalu mencintaimu
Takkan ku bohongi hati ini
Hanya kamu yang ku mau
Cuma kamu yang kurindukan
Saat kau tak di sini

Saat nanti kita tak bisa saling menyentuh
Memandang wajahmu
Kuatlah sayang karna mereka
Berusaha menjauhkan kita

Ku kan slalu mencintaimu
Takkan ku bohongi hati ini
Hanya kamu yang ku mau
Cuma kamu yang kurindukan

Ku kan slalu mencintaimu
Takkan ku bohongi hati ini
Hanya kamu yang ku mau
Cuma kamu yang kurindukan
Saat kau tak di sini

“Fy…” panggilnya pada Ify.

Ify menoleh, “Ya?”

“Gue…. sayang sama lo…”
**********
Mereka berlari saling berkejaran di kebun. Menikmati suasana alam kebun Bogor yang khas. Menikmati kebersamaan mereka yang mereka harap bisa dapat terus selamanya. Memutari, mengelilingi kebun teh sambil bergenggaman tangan erat. Berteduh di bawah pohon yang rindang. Mereka sama-sama sedang menikmati anugrah Tuhan yang terindah, yang pernah mereka miliki, cinta.
**********
“Sampe sini aja deh, Kak. Takut ketauan ayah..,” Ify menghentikan langkah mereka berdua kira-kira 10 meter. Ify takut ayahnya tau kalau Ia bertemu dengan Rio di sini.

“Hem, yaudah deh… Kamu hati-hati ya, muka kamu pucet tuh,” ujar Rio tersenyum.

“Kamu yang harusnya hati-hati… Hati-hati yaa.. pucet mah udah biasa kak hehe,” Ify membalas senyum Rio.

Rio tertawa kecil, “Yaudah, sana gih..,”

“Oke deeh… Daaaah…” Setelah berucap seperti itu, dan memastikan bahwa senyumnya sudah dibalas oleh Rio, Ifypun membalikkan badannya dan segera melangkah menuju ke rumah tantenya..

Sesekali Ify menengok ke belakang, menyunggingkan sebuah senyum pada Rio. Riopun membalas senyum Ify. Di depan pagar rumah tantenya, sebelum Ify benar-benar masuk ke dalam rumah, Ify masih menyempatkan dirinya untuk tersenyum ke arah Rio. Dan Riopun masih membalas senyum Ify. Dan akhirnya Ify benar-benar menghilang di balik tembok pembatas antarrumah.

Setelah memastika Ify masuk ke dalam rumah tantenya dengan selamat, Rio membalikkan tubuhnya dan segera melangkah pergi menuju tempat penginapannya. Namun baru saja beberapa langkah, Rio dikagetkan dengan suara teriakan yang menyebutka nama Ify.

“IFYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY!!!!!”

Rio yang kaget dan panik seketika membalikkan tubuhnya dan semakin bingung dan panik kala melihat sebuah mobil dengan terburu-buru keluar dari halaman rumah dan melewati dirinya. Ia sangat yakin telah terjadi sesuatu pada gadis yang baru menjadi kekasihnya beberapa jam yang lalu itu.

“IFY!! IFYYY!!!!” Rio berlari-lari berusaha mengejar mobil itu. meskipun Ia tau Ia takkan mungkin dapat mengejarnya.

TINTINTIN
Bunyi klakson motor mengejutkannya. Karena terkejut dan panik antara klakson motor itu dan mobil yang membawa Ify, Rio berhenti tiba-tiba dan langsung menoleh ke arah kanannya di mana arah motor itu datang. Pikirannya kalut dan Ia tak mampu berfikir dengan jernih. Ia tak tau harus berbuat apa saat itu.

Dan akhirnya, Ia hanya mampu berteriak, “AAAAAAAAAA!!!”

Pengemodi motor yang panikpun tak mampu mengendalikan motornya. Dan akhirnya tabrakanpun tak terhindarlan lagi. Riopun tertabrak motor tersebut dan jatuh terguling-guling di kubangan di jalanan itu. Rio merasakan sakit yang luar biasa di bagia tulang rusuk dan tangan kanannya.

“Errrrrr” erang Rio mencoba menahan sakitnya.

Seseorang menghampiri Rio, dan membantu Rio berdiri.

“Mas, gapapa?”

“Engga apa-apa Mas. Makasih yaaa,” ucap Rio setelah Ia berdiri. Ia mencoba memaksakan seulas senyum.

“Beneran, Mas?” tanya orang itu lagi.

“Iya, Mas. Bener…,” Rio memaksakan seulas senyum meski tipis untuk membuat orang ini percaya. Tulang rusuk dan bagian tubuh sebelas kanannya terasa seperti dilindas truk tronton.

Akhirnya orang itupun pergi meninggalkan Rio. Rio berusaha berjala meski sempoyongan seperti orang mabuk. Setelah beberapa meter berjalan dan Ia sudah benar-benar tak kuat lagi, akhirnya Ia berhenti melangkah dan merasa perutnya sangat mual. Sepertinya seluruh isi perutnya ingin keluar semua.

Rio terbatuk dan muncratlah darah dari mulutnya. Ia terus memuntahkan darah itu dalam jumlah yang cukup banyak. Sampai kakinya tak kuat lagi menopang tubuhnya. Dan akhirnya tubuhnya kembali jatuh dan ia hanya bisa mengerang kesakitan entah pada siapa. Sendirian. Tanpa ada yang memperdulikannya.

Bersambung……

HAAIIIIIIIIIIII SEMUANYAAAAAAA!!!! :)) apa kabar kalian??? Semoga baik yaa :)
Gue datang membawa sebuah cerpen yang terinspirasi dari Film “Seandainya”. Pada tau ga? itu loh yang pemainnya Dinda Hauw sama Chris Laurent. Bukan terinspirasi sih sebenernya. Tapi lebih ke Seandainya versi cerpen. Soalnya hampir mipir banget, cuman ada beberapa bagian yang diubah.

Ini gue bagi jadi dua bagian. Soalnya kepanjangan kalo cuman satu bagian. Takutnya ntar kalian pada bosen bacanya… bagian keduanya ga mau janji kapan. Tapi pasti secepatnya kok.

Maaf ya kalo pilihan katanya berantakan. Udah lama banget ga nulis. Nah ini mau ngasah lagi. mudah-mudahan ga aneh-aneh banget deh.

Kritik dan sarannya di tunggu banget ya buat ngebangun cerita2 gue biar better than before. Silahkan like kalo kalian suka….

Yang mau kenal lebih akrab lagi sama silahkan follow twitter aku @ameliastr... mention aja kalo mau difollback :))

Makasih buat waktunya yang udah nyempetin baca. Love you all:*

Saturday, June 30, 2012

Move On


Assalamualaikum, Siaaang para jomblowan&jomblowati yg masih stuck di mantan alias belum bisa move on :D
Gimana kabarnya hari ini? Nyesekkah abis stalking TL/acc mantan? Atau mata panas liat kemesraan mantan sama pacar barunya? *ehmaap :|

Gue mau ngobrol2 nih sama para jomblowan/wati yg belum bisa move on. Sekalian ngasih sugesti, siapa tau bisa bantu biar cepet move on :p

Ditinggalin/diputusin/dikhianatin sama orang yg kita sayang, gue tau rasanya. Lebih dari sekedar nyesek! Bahkan ga ada yg bisa ngelebihin sakitnya ditinggalin. Ya ga sih? Malahan ada yg ngerasa hidupnya udah ga berguna lagi. Mendingan mati aja, daripada ngeliat si "dia" dg gampangnya move on & mesra2an sama pacar barunya.

WOW! :O
Gue bilangin ya. Jadi orang jangan begobego amat ngapa sih? Masa garagara kehilangan si "dia" sampe kepengen mati? Duhduh, gimana sih cara berpikir lo? :|

Dua kali ngerasain kehilangan orang yg gue sayang bikin gue ngerti, masa lalu itu bukan untuk disesalin. Justru kita harus berterima kasih sama masa lalu yg kelam&buruk itu. Karena masalalu itu ngajarin kita gimana caranya buat jadi tegar & bangkit dari segala luka buat jadi yg lebih baik lagi dg belajar dari segala kesalahan&kekurangan di masa lalu.

Gue malah bangga disakitin gitu sama mantan-mantan gue. Tanpa dendam yg berarti gue ucapin banyakbanyak terima kasih udah ngajarin gue caranya jadi cewe yg lebih kuat lagi than before.
Makasih ya mantan-mantanku :p

Nah buat kalian yg susah move on dan beranggapan kalo ga ada yg kaya si "dia". Allah udah nyiapin seseorang yg jauuuuuh lebih indah dari mantan lo itu. Ga percaya? Tunggu aja sampe waktunya tepat.

Dulu gue juga sama kaya kalian. Ngerasa udah ga ada gunanya lagi gue hidup. Orang dia aja udah langsung dapet yg baru. Tapi setelah gue ngelamunin segalanya, akhirnya gue dapet titik terangnya. Hidup ini indah with or without him. Buat apa nyeselin yg udah terjadi? Percuma juga kan, ga akan bisa balik lagi.

Mantan itu bukan buat dikenang sampe bikin hati nyes sendiri, tapi buat dijadiin senjata yg lebih kuat lagi buat ngadepin masa depan.

Biar gampang move on, jangan anggep mantan tuh segalanya. Anggep aja mantan tuh buku catatan yg udah penuh. Harus ganti yg baru. Ntar kalo mau ujian baru dibuka lagi buat dipelajarin.

Kalo kalian bisa mikir kaya gitu, berarti kalian udah bisa berfikir dewasa.

Ga perlulah punya pacar baru buat dipamerin ke mantan. Buat apa kalo pacar barunya cuma buat dipamerin tapi hati masih ngarepin mantan? Emang pacar baru kalian itu lukisan apa dipamer2in?
Move on itu ga harus punya pacar baru kok!

Ga perlu jugalah benci2 mantan apalagi sampe dendam dan pengen bales dendam. Aduuh, bikin pahalanya ga ngalir aja deh.

Kunci utama buat move on itu, Ikhlas. "Belajar jadi orang yg selalu ikhlas ngejalanin&ngadepin sesuatu" -Mamah-. Belajar ngerelain sesuatu yg emang bukan ditakdirin buat kita. Awalnya emang susah. Tapi kalo berhasil, dijamin 100% hati kita pasti tenang deh.

Buat cewek, jangan jadi cewek lemah. Sedikitsedikit nangis. Nyesek dikit nangis. Kalian tau? Cewek yg kaya gitu tuh dianggep remeh sama cowok. Nanti yg ada ya bukannya cowok pada ngedeketin, malah ngetawain kita. Emang mau jadi bahan remehan cowok? Gue sih ogaaaah!
Jadi cewek itu harus kuat! Jangan mau ditindas sama cowok! Kalo kita nangisin mereka, yg ada mereka ngerasa oke kita nangisin. Ngerasa kalo kita butuh mereka. Eww. Tenang aja cowok ga cuman dia doang kok. Stok cowok masih banyak di dunia ini. Walaupun yg angel malaika bilang tuh bener "mengapa dunia miskin lelaki yg menawan dan sempurna" haha. Tapikan ga butuh kesempurnaan buat cinta. Kan cinta yg bakal menyempurnakan semuanya *aseeeeek*

Gue bilang gini karna gue pernah ngalamin. Dua kali malah.. Makanya Insya Allah gue sekarang jadi cewe yg tahan banting *amiiin

Udah, ga usah lagi galau2in mantan. Buat apa sih? Bikin nyesek doang aja. Gausah lagi stalking profil mantan. Berusaha ga perduli lagi sama urusan mantan. Anggep aja mereka "nasi kemaren yg udah basi dan gamungkin lagi di makan, buang aja!" :p -@MoveOnClinic-
Harus ngerasa bangga karna udah disakitin. Karna tanpa luka, kita ga akan pernah tau rasanya bahagia ;;) Dan buat kita yg udah pernah terluka, kita udah satu langkah lebih maju buat bikin kita jadi lebih dewasa.
Jangan tunjukin kalo kalian lemah! Bikin mereka yg udah nyianyian kalian nyesel udah nyianyiain makhluk Allah yg terbaik yg Allah kirimin buat mereka tapi malah disiasiain.
Jangan nangis mulu garagara mantan. Mantan aja udah gandeng pacar baru, masa kalian masih stuck di situ aja ga majumaju? Malumaluin aja ih!

Lagian juga kalo masih sekolah tuh biasanya mash cinta monyet kok. 
“cinta monyet itu cinta yang bisa datang kapan aja dan gampang pergi gitu aja” -Andhara Early at Cinta Bersemi Di Putih Abu-Abu

Jadi cewek jagoan ga ada salahnya kok. Justru bangga! Karna kita kuat! Kita ga akan lemah karna permainan cowok. Tenang aja, karma itu berlaku kok! ;;)

Duh, pegel banget nih tangan ngetik begini. Ada yg mau mijitin? :p
Segini dulu deh sugesti dari sayanya :D semoga jiwajiwa yg terluka & galau berkepanjangan bisa cepetcepet sembuh & move on!

Ohiya, gue juga bisa move on salah satu caranya itu baca TLnya @MoveOnClinic dan account FBnya Move On Clinic. Tweetnya kerenkeren banget deh. Bikin jadi moveon. Kalo ga percaya baca aja sendiri :D

Maaf ya kalo ada katakata yg nyinggung. Makasih buat perhatiannya. Notes ini engga ada niatan buat nyndir siapa-siapa kok. Apalagi nyindir mantan.
See you next episode! :D