Tuesday, June 14, 2011

The Power Of Love *Part 30*

The Power Of Love *Part 30*

oleh Amelia Jonathan Azizah RiseIfc pada 14 Juni 2011 jam 11:29
The Power Of Love *Part 30*

Masih di sini menantimu, berharap kau akan memikirkanku… masih di sini menunggu menanti jawaban atas cintaku… masih di sini menantimu, berharap cinta kita kan bersatu… masih di sini menunggumu, menanti dirimu kembali untukku… *Ungu – Di Sini Untukmu*
***

Empat tahun kemudian…

Tak terasa empat tahun telah berlalu dan mereka kini telah berubah status menjadi mahasiswa. Bukan lagi siswa/siswi SMA berseragam putih abu-abu.

Mereka kini kuliah di salah satu universitas terkenal di Jakarta. Ify, Rio, Shilla, Gabriel, Cakka, dan Oik.

Walaupun empat tahun telah berlalu. Walaupun banyak yang sudah berubah di antara mereka. Walaupun mereka bukan lagi mereka yang dulu. Namun satu yang tetap sama, mereka masih tetap sahabat. Hingga kini!

Rio dan Ify. mereka semakin mesra. Mereka semakin kompak. Mereka semakin saling menyayangi. Intinya, hingga sekarang, status mereka tidak berubah. Mereka tetaplah sepasang kekasih yang saling mencintai. Sama seperti empat tahun yang lalu.

Cakka dan Oik. Mereka semakin gokil. Namun mereka semakin dewasa. Banyak yang berubah dari mereka, namun tidak untuk cinta mereka. Semua tetap seperti empat tahun yag lalu. Hanya, mungkin saja, perasaan itu semakin bertambah, semakin dalam, semakin hangat.

Gabriel. Ia mash tetap sendiri. Meski sudah tidak terhitung lagi jumlah gadis yang mencoba mendekatinya dan mencoba merebut hatinya. Ia tetap tidak tertarik sama sekali. Entah mengapa. Ia sepertinya lebih senang sendiri.

Shilla. gadis ini tak ada ubahnya dengan empat tahun yang lalu. Meski sudah empat tahun kehilangan Alvin. Ia mash menjadi gadis yang pendiam. Ia sangat terpuruk.

Sejak hari itu, ia bukan lagi Shilla yang ramah, Shilla yang percaya diri, Shilla yang ceria. Ia berubah menjadi sosok yang aneh. Bahkan para sahabatnya pun sudah tidak lagi mengenal sosok Shilla yang mereka kenal empat tahun yang lalu.

Acha. Entah mengapa, semenjak Gabriel menjadi dekat dengan gadis kecil itu, ia menjadi salah satu adik dari persahabatan mereka. Mereka sudah menganggap Acha seperti adik mereka sendiri.

Nadya. Ia sudah pindah ke keluar kota. Gadis itu ikut ayahnya yang dipindah tugaskan ke Sleman. Sehingga dengan rela tak rela, mereka harus melepas Nadya pergi.

Namun, dari semua perubahan yang terjadi selama empat tahun ini, satu yang masih, tetap dan akan terus selamanya. Itu ialah, persahabatan mereka. Persahabatan mereka, masih, tetap dan akan terus selamanya seperti itu. tidak ada yang mampu memisahkan mereka. Tidak ada! Sekalipun itu cinta!
***

Hari ini, Rio Ify, Cakka Oik, dan Gabriel, sibuk mencari-cari baju, sepatu, serta dandanan yang tepat untuk acara besok malam –Shilla tidak mau ikut dengan alasan malas-. Mereka mencari baju apa yang tepat untuk mereka kenakan esok malam.

Acara esok malam memang sangat penting bagi mereka. Inilah saatnya mereka untuk berkumpul bersama di dalam gedung SMA, setelah sekian lama mereka tidak lagi berkumpul di dalam gedung itu.

Kebetulan juga, mereka sudah sangat merindukan gedung yang selama tiga tahun mereka huni. Sudah lama mereka tidak mengunjungi sekolah mereka karena sibuk dengan tugas-tugas kuliah mereka.

Sudah banyak butik-butik dan toko baju dari mulai yang harganya selangit, hingga diskonan yang mereka kunjungi. Tapi memang yang seperti yag sudah di beritahukan, ini adalah acara yang begitu penting.

Hingga akhirnya di salah satu pusat perbelanjaan yang terkenal di Jakarta, mereka menemukan baju yang cocok untuk mereka pakai di acara malam besok.

Setelah puas belanja untuk keperluan besok malam, mereka memeilih untuk ke caffe yang berada di dalam mall itu. untuk sekedar melepas dahaga.

“gilee, cape banget ! seharian nyari baju…” Gabriel menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi.

“tau nih, kaki gue kaya mau putus! Sakit banget!!” Rio mengurut kakinya.

“pusing!” ceplos Ify seraya menumpu kepalanya dengan tangannya di atas meja. Membuat Rio menoleh langsung pada Ify.

“kenapa fy? Kamu pusing ???” tanya Rio kaget.

“iya nih, sedikit.”

“kamu pasti belum makan kan ? ah kamu nih badel! Udah dibilang makan dulu! Ntar maag kamu kambuh, gimana?? Aku pesenin makanan ya? Kamu mau apa?”

“engga apa-apa kok kak! Cuma pusing aja sedikit. Mungkin cape.”

“gausah bantah deh! Mau makan apa?”

“apa aja!”

Rio langsung memanggil pelayan dan memesankan makanan untuk Ify.

Setelah makanan datang, Rio dengan sigap mengambilkan nasi dan lauknya lalu menyuapkan Ify makan.

“ayo makan sayang! Ntar kamu tambah sakit!”

“iya kak …” Ify menuruti.

Ify merebut piring yang sedang dipegang Rio.

“aku bisa makan sendiri kak!” Ifypun melanjutkan makannya .

Gabriel, Cakka, dan Oik geleng-geleng kepala melihat aksi Rio yang menurut mereka terlalu berlebihan itu.

“ckck, lo lebay banget sih Yo!” komentar Cakka.

Rio menoleh pada Cakka. Lalu mengangkat satu alisnya.

“maksud lo?”

“ya abisan, masa gitu aja sampe panik. Namanya juga abis muter-muter seharian, ya pasti cape lah…”

“ya kan gue khawatir…”

“ga segitunya juga Yo!!” Gabriel ikut-ikutan.

Rio diam. Dalam hatinya, ia mengiyakan juga perkataan Cakka dan Gabriel. Iya juga ya? Tadi ia terlalu berlebihan. Namanya juga seharian muter-muter, sudah pasti jadinya cape. Ia jadi merasa malu sendiri.

Rio menoleh menatap Ify yang sedang menyantap makanannya sambil menumpu pelipisnya dengan tangan kirinya. Ia jadi berfikir, Ify pasti tidak suka dengan skapnya yang terlalu over care padanya itu.

“Fy…” panggilnya pelan.

Ify menghentikan aktifitas makannya, lalu menoleh pada Rio.

“kenapa?”

“em, maafnya kalo aku lebay!”

Ify mengangkat kedua alisnya, bingung.

“iya, maaf. Tadikan aku lebay banget. Pasti kamu jadi ilfil kan..”

“ha? Ya enggalah kaaa! Masa kaya gitu aja ilfil sih! Tapi jangan berlebihan juga ya ka. Risih kaa ….”

“iya, iya … maaf ya sayang…”

Ify tersenyum, lalu mengangguk.

“gapapa kak..”

“oh iya… jadi kita ke acara besok malem pake baju ini??” tanya Oik.

“iyalah Ik! Masa udah cape-cape nyari, ga dipake sih!” sambar Gabriel.

Oik nyengir “hehe”

“Shilla gimana ???” tanya Ify.

“katanya dia ga mau ikut!” jawab Gabriel.

“kok ga mau ikut yah elah.. ga asik banget nih Shilla !” ujar Cakka.

“biasa masih ga rela Alvin pergi…” jawab Iel.

“mau sampe kapan coba dia kaya gitu??!” Rio ikut-ikutan.

“halah, sendirinyaaaa……………” sindir Gabriel.

Rio menoleh ke Gabriel lalu mendelik.

“belum pernah keselek sendal gue ya ??”

“hehe, pisss masbosss…” Gabriel menunjukkan jari tengah dan telunjuknya membentuk huruf V .
***

Gadis manis itu termenung di depan balkon kamarnya. Memikirkan apa yang selama ini mengganjal di hatinya. Memikirkan, apa yang selama ini dicurigainya.

Gabriel. Nama yang setiap hari selalu menghantuinya. Nama yang setiap hari selalu muncul di benaknya. nama yang setiap hari membuat suatu gejolak yang berbeda dalam hatinya.

Apa mungkin ia mencintai pemuda itu? tapi apakah mungkin, mereka dapat bersama?

Ah tidak tidak ! ia tidak mau mencintai pemuda itu. ia tidak mau!

Tuhan, tolong tunjukkan padanya, apa yang terbaik untuknya saat ini. Jika memang benar rasa itu terlarang, hilangkanlah, hapus dari hatinya.

Semoga Tuhan menunjukkan yang terbaik untuknya.
***

Malam ini, malam yang cukup cerah. Banyak bintang bertebarang di langit malam yang pekat itu. bulan juga bersinar cukup terang. Namun hatinya tidak seterang bulan malam ini.

Raganya memang sedang berada di dalam kamarnya. Namun jiwa, hati, dan pikirannya melayang jauh ke cintanya.

Alvin. Ia masih saja belum bisa melupakan sosok itu. sosok yang selama berbulan-bulan menjadi kekasihnya, menjadi pemilik hatinya. Sosok yang selama berbulan-bulan selalu menemaninya, di sampingnya, menghapus air matanya.

Namun sosok itu pergi begitu saja. Meninggalkannya sendiri. Tanpa menyisakan sedikitpun jejak. Yang tersisa hanyalah kenangan indah mereka, juga rasa rindu yang sangat menyiksa hatinya.

Alvin, kapan kamu kembali ke sini? Batinnya pasrah.

Ia benar-benar kesepian. Ia tau, seharusnya tadi ia menerima ajakan teman-temannya untuk pergi mencari baju. Tetapi ia benar-benar sangat tidak mood untuk pergi keluar.

Daripada ia terjebak dalam kebosanan ini, lebih baik ia mendengarkan lagu dari I-Podnya. Pikirnya.

Shilla bangkit dari tempatnya, lalu membuka laci dan mengobrak-abrik isinya mencari I-Pod putihnya. Tidak perlu waktu lama, I-Podnya sudah berada di tangannya. Ia memasang headsetnya lalu mulai menyalakan lagunya. Menjalankan lagunya secara acak.

DEG! Hatinya tiba-tiba saja bergetar begitu hebat. Berdenyut tak beraturan. Niatnya ingin menghilangkan kebosenannya. Tapi mengapa ia malah di buat mengingat sosok itu lagi?

Tuhan memang tidak mengizinkannya untuk melupaka sosok itu. Tuhan selalu saja punya cara untuk membuat ia kembali mengingat sosok yang benar-benar sangat ia rindukan itu.

Lagu itu, tiba-tiba saja terputar secara otomatis dari I-Podnya. Membuatnya kembali teringat ke masa lalu. Masa di mana sosok itu, pergi. Meninggalkannya.

Walau kita harus berpisah
Cinta untukmu takkan terhapus
Walau semua harus berakhir
Takkan berhenti mencintaimu

Ku berjanji cinta ini
Cinta kita akan abadi
Tak perduli walau kita
Harus terpisah dan tersakiti

Biarkan aku bersamamu
Walau ku harus menanti
Tak akan ada
Waktu percuma

Jadilah cahaya hidupku
Berika kuasa cintamu
Sluruh hidupku
Hanya untukmu

Ku berjanji cinta ini
Cinta kita akan abadi
Tak perduli walau kita
Harus terpisah dan tersakiti

Biarkan aku bersamamu
Walau ku harus menanti
Tak akan ada
Waktu percuma

Jadilah cahaya hidupku
Berika kuasa cintamu
Sluruh hidupku
Hanya untukmu

Bawalah semua janji dan harapan yang ada dalam dirimu
Diriku akan menanti kehadiranmu lagi
Sluruh hidupku hanya untukmu

Biarkan aku bersamamu
Walau ku harus menanti
Tak akan ada
Waktu percuma

Surat itu? apakah Alvin membaca sempat ia surat yang ia berikan sebelum pesawatnya
lepas landas? Bodohnya ia, mengapa ia tak meminta balasannya. Jadinya ia penasarankan?

Tapi mengapa selama empat tahun ini ia jadi lost contact dengan Alvin. Bagaimana kabarnya? Bagaimana keadaannya? Seperti apa Alvin sekarang ini? Pasti ia sudah menjadi pria dewasa. Ia jadi sangat merindukan pemuda itu.

Tak terasa air matanya meleleh mengingat semua kejadian dulu yang sempat tercipta diantara mereka. Akankah semuanya kembali terulang? Bisakah semuanya menjadi indah seperti dulu lagi?

Tuhan pasti mendengarkan doanya. Ia yakin, suatu saat nanti, Alvin akan kembali.untuknya. untuk kembali merangkai cerita bersamanya.

Semoga doanya akan cepat dikabulkan. Ia sangat mencintai Alvin. Hingga kini. Dan ia menginginkan Alvin kembali.
***

Kupilih hatimu tak ada kuragu
Mencintamu adalah hal yang terindah
Dalam hidupku oh sayang
Kau detak jantung hatiku

Setiap nafasku hembuskan namamu
Sumpah mati hati ini memilihmu
Dalam hidupku oh sayang
Kau segalanya untukku

Janganlah jangan kau sakiti cinta ini
Sampai nanti di saat ragaku sudah
Tidak bernyawa lagi dan menutup ini
Untuk yang terakhir

Setiap nafasku (setiap nafasku) hembuskan namamu (hembuskan namamu)
Sumpah mati hati ini memilihmu (ku milikmu)
Dalam hidupku oh sayang
Kau segalanya untukku (kau segalanya untukku)

Janganlah jangan kau sakiti cinta ini
Sampai nanti di saat ragaku
Sudah tidak bernyawa lagi
Dan menutup ini untuk yang terakhir

Tolonglah jangan kau sakiti hati ini
Sampai nanti di saat nafasku
Sudah tidak berhembus lagi
Karna sungguh cinta ini cinta sampai mati

PROK.PROK.PROK

“wooow, gileee, sumpah so sweeet bangeeet!!” komentar Gabriel.

“oh iya dong! Kita gitu lo!”

“Ik, ayo kita kaya merekaaaa…” rengek Cakka.

“males ah!”

“aaah, kamu maaah!”

“Cak, gausah lebay bisa?” sinis Gabriel.

“apaan sih lo, sirik aja!!”

Ify dan Rio baru saja menunjukkan aksi duet mereka di salah satu tempat karoke yang berada di dalam mall itu. tadi setelah selesai makan, mereka memutuskan untuk ke tempat karoke, menghilangkan penat dan lelah.

Seperti biasa, mereka pasti berduet dengan polpolan sehingga membuat yang mendengar dan menonton merinding dibuatnya.

Ify dan Rio hanya tertawa melihat Cakka yang masih merengek sama Oik minta duet seperti mereka.

“udah sih Ik, kasih aja. Cuma minta duet doang kok! Ga minta anak! Haha…”

“anjrit ih Rio mikirnyaa!!!” ceplos Iel.

“kak Rio, apaan sihhh??” Ify mencubit pinggang Rio membuat Rio meringis.

“aww, Fy! Sakit!”

“lagian ngomongnya gitu!”

“canda Fy!”

Cakka cengo mendengar ucapan Rio. Lalu nyengir.

“kalo mau ngasih gapapa kok Ik!”

Oik langsung melotot ke Cakka.

“APAA?!! KAK CAKKA MINTA DITABOK IHHH!!!” teriak Oik.

“hehe,, maaf sayang. Bercanda kok!”

“anjrit Cakka sama Rio otaknya pada ga beress!” Gabriel geleng-geleng kepala.

“haha…” tawa Rio.

“ayo ah, kita nyanyi!!” ajak Cakka.

“iyaaaaa !!!!”

Merekapun memilih lagu apa yang akan mereka bawakan untuk duet. Setelah ketemu, mereka mencari di komputernya, dan di stel (??).

Oik
Ku kira benar kau kira salah
Kita berbeda kita tak sama
Tak pernah searah

Cakka
Ku bilang iya kau bilang tidak
Selalu begitu tak pernah setuju
Tak pernah menyatu

Oik
Namun ternyata tak pernah ku kira
Cakka
Disini kita memulai cerita

Cakka&Oik
Perbedaan jadi tidak berarti
Karena hati telah memilih
Di mataku kita berdua Satu
apapun yang menganggu
Cinta takkan salah

Cakka
Kuingin yang ini
Oik
ku ingin yang lain
Cakka&Oik
Coba tuk mengerti coba tuk pahami
Saling melengkapi

Cakka
Kini ternyata
Oik
tak pernah ku kira
Cakka&Oik
Disini kita memulai cerita

Perbedaan jadi tidak berarti
Karena hati telah memilih
Di mataku kita berdua Satu
apapun yang menganggu
Cinta takkan salah

PROK.PROK.PROK

“ecieeee, so sweeeetnya kalian…” komentar Gabriel setelah Cakka dan Oik selesai bernyanyi.

“makasih makasih makasih” jawab Cakka.

Oik hanya tersenyum.

“ah, tetep romantisan kita. Ya ga Fy??” Rio menyenggol lengan Ify.

“oh jelaaas” tanggap Ify.

“iya aja dah gue mah!”

Rio ngakak.

“woy pulang yuk! Cape nih gue. ngantuk!” ajak Gabriel.

“ayo ayo!”

Mereka semuapun pulang menuju rumah masing-masing.
***

Dari tadi, dua insan ini tidak henti-hentinya bersenda gurau. Semua mereka ucapkan. Semua mereka obrolin.

Sambil sesekali mengikuti alunan lagu merdu yang terputar dari radio mobil Rio, mereka tak henti-henti bercanda. Terkadang mengeluarkan gombalan apapun. Entah dari Ify. entah dari Rio.

“biar dunia menghina tapiku tetap cinta cause I miss you cause I need you” Ify bernyanyi dengan riangnya. Mengikuti lagu yang terdengar dari radio mobil Rio.

“makasih sayang.. muaaachh muuaaach…”

“apaan sih ka Rio, genit ah!”

“haha, kamu tambah canti deh kalo marah!”

“najeeeees ah ngegombalnya ga banget!”

“ga gombal kok!”

“halaaah…”

“ganti lagu dong!”

Rio mengulurkan tangannya untuk mengganti lagu. Ia mencari-cari lagu yang enak untuk didengar dan dinyanyikan.

Ia berhenti mencari lagu , saat lagu yang menurutnya enak terdengar.

Berakhir sudah pencarian cintaku
Jiwa ini tak lagi sepi
Hati ini tlah ada yang miliki

Tiba diriku di penghujung mencari cinta
Diri ini tak lagi sepi
Kini aku tak sendiri

Aku akan menikahimu
Aku akan menjagamu
Ku kan slalu di sisimu
Seumur hidupmu

Aku akan menyayangimu
Ku kan setia kepadamu
Ku kan slalu di sisimu
Seumur hidupmu

Tiba diriku di penghujung mencari cinta
Hati ini tak lagi sepi
Kini aku tak sendiri

Aku akan menyayangimu
Ku kan setia kepadamu
Ku kan slalu di sisimu
Seumur hidupmu

Aku akan menikahimu
Aku akan menjagamu
Ku kan slalu di sisimu
Seumur hidupmu

“aku akan menikahimu… aku akan menjagamu. Ku kan slalu di sisimu seumur hidupmu” Rio menyayikan satu bait lagu yang baru saja ia dengarkan tadi.

Ify tersenyum mendengar nyanyian Rio yang terdengar sangat tulus itu. ia pun melanjutkan liriknya.

“aku akan menyayangimu ku kan setia kepadamu ku kan slalu di sisimu seumur hidupmu”

Kini Rio yang tersenyum mendengar nyanyian Ify. ia tau itu bukan hanya sekedar nyanyian belaka. Itu adalah sebuah janji. Janji untuk cinta mereka.

Rio mengangkat tangannya lalu menggenggam kuat tangan Ify . mencoba memberi taukan betapa besar rasa cinta yang ia punya untuk gadis itu, lewat sentuhannya.

“aku sayang kamu.”

Kata-kata itu, memang sudah sangat sering Ify dengar. Namun, ia tidak pernah bosan. Ia justru merasa sangat bahagia ketika Rio mengucapkannya. Ia tau itu buka sekedar ucapan. Itu adalah ungkapan kasih sayang yang Rio rasakan untuknya.

“aku juga sayang kamu”

Dan kata-kata seperti itupun sudah sangat sering ia ucapkan untuk membalas ucapan Rio. Sekali lagi ia tegaskan, itu bukan hanya sekedar ucapan. Itu adalah ungkapan rasa cinta, rasa sayangnya yang begitu besar untuk Rio. Bahkan kalimat itupun tidak cukup untuk mengungkapkan, untuk menggambarkan, bahwa ia sangat mencintai pemuda ini.

Tidak perlu dengan rayuan gombal yang biasa diucapkan oleh pasangan-pasangan kekasih. Cukup dengan kasih sayang yang tulus yang mereka berikan untuk satu sama lain, sudah cukup membuktikan bahwa rasa cinta itu ada dan mereka rasakan dalam hati mereka.

Mereka tercipta untuk selalu bersama. Mereka tercipta untuk saling melengkapi. Mereka tercipta untuk saling menyayangi. Mereka tercipta untuk saling berbagi. Berbagi kasih sayang. Berbagi rasa cinta.

Dan mereka berharap, Tuhan memang menciptakan mereka untuk dipersatukan selamanya. Mereka berjanji dalam hari masing-masing, bahwa mereka akan selalu menjaga kasih sayang itu.

Tak terasa, perjalanan begitu cepat. Mereka telah sampai di depan rumah Ify. kebersamaan mereka hari ini terpaksa harus berhenti. Walaupun mereka harus berpisah malam ini, tapi tidak dengan cinta mereka. Cinta mereka akan tetap bersatu. Di mana pun dan kapanpun.

Ify turun dari mobil Rio. Disusul dengan Rio.

“Fy! Tunggu!”

Ify berhenti dan berbalik.

“ya?”

Rio melangkah mendekati Ify. lalu satu kecupan lembut mendarat di kening Ify.

“night my sweety. Nice dream.” Bisik Rio lembut.

Ify tersenyum

“night too my prince. Nice dream too.”

“love you!”

“love you too”

Rio melemparkan senyum termanisnya pada Ify. begitupun dengan Ify.

Setelah itu, Rio masuk ke dalam mobilnya. Setelah melambaikan tangannya ke Ify, mobilnyapun melaju menuju rumahnya.

Dengan senyum yang merekah, Ify masuk ke dalam rumahnya. Sepertinya malam ini ia memang akan mimpi indah. Ah, tidak hanya malam ini saja. Semenjak Rio menjadi miliknya, menemani hari-harinya, mimpinya selalu indah.

Rio, bukan hanya sekedar mimpi indahnya. Rio adalah sesuatu yang sangat berharga yang pernah ia miliki dalam hidupnya. maka dari itu, ia berjanji. Ia akan menjaga cinta ini untuk Rio. Cinta tulus yang hanya ia persembahkan untuk Rio. Tidak ada yang lain. Hanya Rio.

Bersambung……

song :
- Derby - Kuasa Cintamu
- Ussy ft. Andhika - Kupilih Hatimu
- Derby ft. Gita Gutawa - Cinta Takkan Salah
- Paha ft. Adelia - Penghujung Cintaku

Aaaaaa, akhirnya kelar juga nih part. Pendek yaah? Hehe, maaf maaf.

Gimana gimana? Aneh ya? Jelek gajelas? Aaa, maaf maaf… aku sudah berusaha semaksimal mungkin.

Maaf banget ya lama banget nyelesaiinnya. Padahal janjinya ga ngaret lagi yaa?

Makanya, likenya yang banyak biar aku semangat lanjutinnya *banyakalesan*

maaf juga , ga ada sesi pengetagan yaaa ...

Okeh, ini RIFYnya udah cukup banyakkan?

Next part ga janji ngepost cepet ya? Kayanya malah lebih lama dari yang ini. Hehe

Makash buat yang udah ngelike n koment di pasrt kemaren. Makasih juga buat yang udah bersedia nunggu cerita ancur ini.

Ditunggu komentar saran kritik dan apapun deh.

Makasih J)))))))))

The Power Of Love *Part 29*

The Power Of Love *Part 29*

oleh Amelia Jonathan Azizah RiseIfc pada 04 Juni 2011 jam 9:04
The Power Of Love *Part 29*

Kuberjanji cinta ini cnta kita akan abadi tak peduli walau kita harus terpisah dan tersakiti… *Derby-Kuasa Cintamu*
***

Gadis itu menatap lirih foto yang berada di tangannya. Rasa rindu yang begitu besar menyeruak masuk ke dalam hatinya. Memang baru kemaren kekasih yang sangat dicintainya itu pergi jauh. Namun rasa seperti sudah bertahun-tahun ia lewati satu hari itu.

Entah sudah berapa banyak air mata yang ia tumpahkan untuk sekedar melampiaskan rasa rindunya pada kekasihnya itu. matanya sudah bukan hanya sekedar membengkak. Matanya sudah bengap, berwarna biru. Kasihan sekali gadis ini. Ia benar-benar merana tanpa sang kekasih.

Kapankah kekasihnya itu kembali? Waktu terasa berjalan begitu lama. Mengapa waktu sangat tidak bersahabat sekali dengannya? Ia ingin cepat berganti tahun. Agar kekasihnya itu cepat kembali.

Kelima jari kanannya bergerak menelusuri foto itu. tepatnya pada wajah putih Alvin yang sedang tersenyum lepas dalam foto itu. ia benar-benar merindukan senyum itu.

Tuhan, tolong kembalikan kekasihnya itu. ia benar-benar menyesal. Ia ingin kekashnya kembali lagi. Ia ingin semua seperti dulu lagi. kembali indah seperti dulu. Mengapa Kau ambil semua kebahagiaan itu darinya?

Ia mencengkram bingkai foto itu sekuat tenaganya. Menumpahkan segala emosi yang membara dengan cara seperti itu. lalu ia memeluknya. Mendekap foto itu, seolah ia sedang mendekap Alvin. Ia sangat merindukan Alvin.

‘kak Alvin, aku kangen kamu! Aku mau kamu balik. Aku mau nemenin aku di sini!’ serunya dalam hati.

“AAAAAAAAAAA!!!” teriaknya melepas penat.
***

Sedari tadi, gadis itu terus meremas perutnya di bangku paling belakang. Sekarang waktu sedang menunjuk waktu istirahat. Kelas sedang sepi. Hanya ada ia dan angin-angin yang terasa semilir di sekitar tibuhnya, yang membuat perutnya terasa semakin perih.

Wajahnya benar-benar pucat. Keringat dingin mengucur dari pelipisnya. Ia menggigit bibir bawahnya, menahan sakit. Sedikit darah keluar dari bibirnya, saking kencangnya ia menggigit bibirnya.

“err” erangnya pelan, masih berusaha menahan rasa sakit yang semakin lama semakin menjalari perutnya itu.

“Ify…” panggil sebuah suara dengan lembut. Terdengar derap langkah yang semakin mendekat ke arahnya.

Ify menunduk berusaha menyembunyikan wajahnya yang pasti terlihat sangat pucat sekali sekarang ini. Ia tidak mau kekasihnya itu khawatir terhadapnya. Iapun memilih melipat kedua tangannya di atas meja, lalu menelungkupkan wajahnya di dalam kedua tangannya.

“loh kok kamu tumben ga keluar? Biasanya ke kantin? Kenapa?”

Rio duduk di bangku yang berada di depan Ify. dan bertanya dengan nada sedikit bingung.

Ify menggeleng pelan dalam posisi seperti itu. tak mau kekasihnya itu khawatir terhadapnya.

Rio mengerutkan dahinya melihat jawaban Ify. aneh. Ada apa sama Ify?

“kamu kenapa Fy? Ada sesuatu?”

“engga kok kak. Aku ga apa-apa…”

“bener?”

“iya, kak Rio.”

Tangan Ify sudah tak bisa lagi diam. Ia terus meremas perutnya yang terasa perih itu. ia tak tau pasti apa yang sedang terjadi dengan perutnya itu. ia tidak merasa sedang bulan. Lantas pa yang membuat perutnya terasa seperti di tekan-tekan oleh benda tajam.

Ify mengulum bibir menahan perih. Ia tak pernahh seperti ini sebelumnya. Ia hanya akan merasakan sakit di perutnya ketika ia sedang PMS. Namun mengapa sekarang perutnya bak di hujam oleh berjuta jarum?

Ia berharap Rio segera meninggalkannya sekarang. Ia tak mau mengetahui keadaannya. Sebisa mungkin ia tidak mengeluarkan suara rintihan. Agar tidak membuat Rio curiga.

“argh.”

Akhirnya suara itu tak bisa ditahan lagi. rasa sakit di perutnya memaksanya untuk merintih. Rio semakin dibuat bingung, curiga serta khawatir. Akhirnya Rio memaksa Ify untuk mengangkat wajahnya.

“kamu kenapa?” tanya Rio agak panik.

Mau ga mau Ify mengangkat wajahnya. Sudah terlanjur basah, sekalian aja nyebur.

“yaampun , kamu kenapa ? kamu sakit? Kenapa ga bilang aku? muka kamu pucet banget Fy…” ucap Rio panik ketika melihat wajah Ify yang pucat pasi dengan bibir yang benar-benar putih.

“pe..perut aku sa..kit kak…” lirihnya parau kehabisan tenaga.

“kenapa sayang?”

“aku ga tau kak. Sak…it…”

“kita ke UKS yuk!” ajar Rio sambil membantu Ify bangkit kursinya.

Ify hanya pasrah mengikuti. Ia memang sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakit di perutnya. Karena sudah kehabisan tenaga akibat sakit diperutnya itu, hampir saja ia tumbang ketika berdiri.

Dengan sigap Rio menahan tubuh Ify yang hampir saja jatuh. Lalu memapahnya sampai ke ruang kesehatan.

Tiba-tiba saja semua menjadi buram dan berkunang-kunang. Kepalanya terasa sangat berat. Tubuhnya mengejang sesaat lalu ambruk dan pingsan.

Rio yang memang sedang menumpu tubuh Ify, dengan sigap menahannya agar tidak terjatuh ke lantai.

“Fy, Ify…” Rio menepuk-nepuk pipi Ify. dan tanpa berfikir lagi, ia langsung menggendong Ify menuju UKS.
***

Gabriel menatap kamera SLR ‘barunya’ dengan pandangan menyelidik. Iya membolak-balik kamera yang tadi pagi terletak di depan pintu kamarnya, entah siapa yang meletakkannya di sana.

Makin heran lagi dengan isi dari hadiah tersebut. Ternyata sebuah kamera SLR. Mungkin ayahnya yang memberikannya. Ayahnyakan tidak pernah punya waktu untuk berbicara dengannya. Tapi untuk apa?

Ia memang menginginkan kamera ini sejak 2 tahun yang lalu. Tapi memang ayahnya tau ia menginginkan benda itu?

Ah sudahlah. Siapapun yang memberikan kamera ini, ia sangat berterima kasih. Sekarang ia akan segera pergi mencari objek untuk dijadikan bidikan pertamanya. Ia segera mengganti seragamnya dengan baju santai. Segera bersiap-siap dan pergi ke tempat tujuan.

Dari dua tahun yang lalu ia sudah mempunyai keinginan untuk dapat memotret di tempat yang ‘kumuh’. Ia ingin mengabadikan senyuman anak-anak jalanan. Ia ingin mengabadikan kehidupan sederhana mereka.

Iapun segera bersiap untuk berangkat ke tempat tujuannya. Setelah merasa siap, ia segera turun ke bawah, menyambar kunci motor, dan melesat ke tempat tujuan.
***

Rio masih setia menunggu Ify sadar dari pingsannya. Sudah sekitar 5 jam Ify pingsan tidak bangun-bangun *masya allah*. Tadinya Rio ingin membawa Ify ke rumah sakit karena khawatr terjadi apa-apa dengan kekasihnya itu. tetapi kata Shilla, tidak perlu di bawa ke rumah sakit karena kemungkinan Ify mengalami PMS.

Rio menuruti perintah Shilla. meski masih merasakan kekhawatiran yang begitu luar biasa. Ia masih menunggu kekasihnya itu siuman, dan berharap tidak terjadi sesuatu yang fatal.

Ia mengelus wajah Ify dengan telunjuknya. Membingkai wajah cantik itu. menikmati setiap sentuhannya. Dalam hatinya, ia sangat mengucap syukur, karena Tuhan telah mengirimkan malaikatnya yang sangat sempurna di matanya ini.

Gadis ini, begitu istimewa. Bukan hanya menurutnya saja. Tapi menurut orang lain juga. Lihat saja, ketika ia memusuhinya, semua membelanya. Itu saja sudah membuktikan bahwa semua orang menyayanginya dan peduli padanya.

Pikirannya melayang jauh ke belakang, ketika ia masih membenci gadis ini.

“kenapa sih ka , lo benci sama gue ?? salah gue itu dimana ???” Tanya Ify .

“kenapa ? lo masih Tanya kenapa ?? lo yang udah nyebabin Via ninggalin gue !!!!!! masih belom nyadar lo !!???” bentak Rio .

“ka , gue ga pernah berniat buat bikin Via pergi !! itu semua kecelakaan ka .. kalo waktu bisa diputer , gue lebih milih gue yang yang ketabrak , daripada harus Via . bukan lo aja ka yang kehilangan Via , gue juga ! gue juga sangat kehilangan Via !! kenapa sih lo ga mau ngerti !!? lo jangan egois ka ! jangan Cuma mikirin perasaan lo doang !! gue juga kehilangan atas kejadian ini !!” nada bicara Ify meninggi dan nafasnya pun tersengal-sengal . nampaknya ia terbawa oleh Rio .

“lo berani bentak gue kaya tadi ??! lo pikir lo siapa ??! lo tuh pembunuh Via tau ga !!!? kenapa sih ga lo aja yang ketabrak waktu itu ?! kenapa engga LO AJA YANG MATI !!! kenapa harus Via !!? kenapa bukan elo !!?? hah ??! KENAPA ????” Rio membentak Ify sambil  mengguncangkan tubuh Ify .

“CUKUP KA , CUKUP !!!” teriak Ify . “elo ga tau gimana rasanya jadi gue ,, ELO EMANG GA BAKAL PERNAH TAU !! udah gue bilang berkali-kali , bukan cuman elo yang kehilangan Via ! gue juga , Shilla , Oik !!! tapi elo emang terlalu egois buat ngerti itu , buat pahamin semua itu ! gue mau benci elo ka ! gue mau supaya gue bisa benci elo !! gue mau Tuhan hapus perasaan gue buat elo !! lo mau gue mati ??? iya ??! lo berdoa aja , semoga Tuhan cepet2 cabut nyawa gue !!! minta sama Tuhan , biar gue cepetan mati , cepetan menghilang dari hidup lo !! sana minta !!!!!!” bentak Ify . 

Ia tertawa sendiri mengingat kejadian kala itu. ia juga jadi malu sendiri. Mengapa bisa-bisanya ia membenci gadis sebaik ini? Pantas saja dulu tidak ada yang membelanya. Pantas saja duu semua memusuhinya. Ternyata Ify memang tidak pantas untuk di benci.

Ia memang dibutakan oleh obsesinya pada Via. Mungkin saat ia kehilaga Via kala itu, rasa cintanya sudah menjadi rasa terobsesi yang membenamkan rasa cintanya terhadap gadis ini.

Mungkin sebenarnya, ia sudah menyayangi gadis ini sejak lama. Buktinya saja, ia tidak marah ketika ia mengetahui bahwa Ify menyukainya padahal Ifylah yang membuat ia dan Sivia bersatu.

“errr”

Terdengar suara rintihan Ify. membuat Rio tersadar dari pikirannya dan kembali fokus pada Ify. Ia melihat Ify perlahan membuka matanya sambil meremas perutnya yang sepertinya masih terasa sakit.

“Fy, kamu kenapa?”

Ify menggigit bibir bawahnya, menahan sakit yang kembali menyerang. Lalu dengan sekuat tenaga ia menjawab pertanyaan Rio.

“pe…rut.. ak..ku… sa…kiiit… ba…ngeeet…”

“sakit kenapa?”

Ify menggeleng lemah. Ia sendiri masih tidak tau kenapa sakit  itu menjalari perutnya. Sebelumnya ia tak pernah seperti ini.

“kamu PMS?”

“engg..gaa… aku… ga..la…ggi…dapet…”

“kita ke rumah sakit yaa???”

Tanpa menunggu persetujuan dari Ify, Rio langsung menggendong Ify menuju mobilnya dan segera melesat ke rumah sakit.

Ya Tuhan, semoga tidak terjadi sesuatu yang buruk dengan Ify. doanya dalam hati.
***

Sedari tadi, Cakka masih membujuk Oik untuk berpengangan padanya. Tapi sari tadi pula, Oik menolak untuk berpegagan dengan Cakka.

“pegangan ga?! Jatoh biarin yaaa!!!” ancam cakka.

“yaudah sih. Ga dosa inikan kalo ga pegangan kamu!”

“aaah, pegangan deh ah!”

“engga!”

“jatoh ga nanggung yaaa!”

“ya tanggunglah! Orang kau yag bawa. Lagia kalo kamu ga ngebut-ngebut ga bakalan jatoh.”

“biarin ! pokoknya kalo kamu jatoh aku ga mau tanggung!”

Cakka menstater motornya. Lalu menarik gas seperti seorang pembalap yang sudah siap untuk melakukan aksinya. Lalu memasukkan gigi dan …

BRUUUUUM

Dengan sekuat tenaga ia menarik gas motornya. Membuat Oik mau tak mau terdorong ke depan, dan tanpa sengaja memeluk Cakka.

“kak CAKKAAAAAAAAA!!! Rese banget siiih!!!”

“nah gitu dongg !!” Cakka tertawa menang.

Oik mencubit pinggang Cakka sedikit kencang. Membuat Cakka meringis kesakitan campur geli.

“kamu itu sengaja bangeeet sih!!!”

“hehe,, gapapalah… kesempatan!”

“kesempatan apa??!” geram Oik.

“kesempatan dipeluk ayang!”

“apaan siih kamu!!”

“cieee, malu tuh!”

“engga ah!”

“masa?”

“iyaaa…”

“aah, masa sih??!”

“iyaaa, udah bawa motor aja yang bener! Ntar nabrak!”

“haha, iyaiya sayanggg!”
***

Gabriel mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut tempat yang ‘kumuh’ itu. tempat itu memang sangat kumuh. Banyak sampah di mana-mana. rumah-rumahnya pun terbuat dari kardus-kardus bekas.

Tapi entah mengapa, tempat ini sangat menarik perhatiannya. Meskipun tempat itu tidak indah. Meskipun tempat itu mengeluarkan bau yang tidak sedap. Tetap saja menarik untuk di pelajari.

Ia tersenyum menatap deretan rumah di sana. Ada sesuatu yang membuatnya ingin sekali mengetahui kehidupan mereka semua.

Ia mengangkat kamera SLRnya itu. Lalu memotret salah satu sudut tempat itu. ia melihat kameranya, lalu terseyum puas. Ini adalah hasil bidikan pertamanya. Dan hhem, tidak buruklah.

Ia melangkah semakin mendekat ke arah perumahan kumuh itu. sambil sesekali mengambil gambar apa saja yang menurutnya menarik.

Semakin mendekat ke arah rumah-rumah yang terbuat dari kardus, semakin menarik untuk di abadikan. Selama ia melangkah, banyak sekali yang menyapanya atau hanya sekedar tersenyum padanya. Mungkin merasa istimewa menemuka sesosok laki-laki gagah macam Iel. Ielpun membalas setiap sapaan mereka.

Sedang asik-asiknya membidik sana-sini, tiba-tiba pandangannya tertuju pada seorang gadis berseragam piutih biru yang sedang mengajari beberapa anak kecil menghitung. Hem, sepertinya ia mengenali gadis itu. tapi siapa ya?

Ah, masa bodolah. Iapun mengambil kameranya, dan kembali mengambil beberapa gambar tentang pemandagan itu.

Setelah ia puas mengambil gambar anak-anak itu, ia melangkah mendekati ke arah saung yang terbuat dari kayu-kayu yang terlihat sudah rapuh di makan usia. Ia berdiri sekitar 500 meter dari gubuk itu. Memperhatikan gadis berseragam putih biru itu.

Ah, ia ingat. Gadis inikan, yang sudah 2 kali bertemu dengannya. Pertama yang ketika hampir ia tabrak. Yang kedua saat bertabrakan dengannya di koridor sekolah.

Setelah sekian menit berdiri di sana, akhirnya kelas sederhana itupun bubar. Anak-anakpun berhamburan keluar saung sederhana itu. tinggalah gadis itu sendiri di sana sedang merapikan buku-buku dan alat tulis lainnya. Ielpun menghampiri gadis itu.

“hai…” sapanya.

Gadis itu berhenti melakukan pekerjaannya, lalu menoleh ke Gabriel. Ada sedikit ekspresi kaget yag tergambar di wajahnya saat melihat sosok Gabriel. Namun, sebisa mungkin ia menutupinya.

“eh, em.. kaka …”

Gabriel tersenyum.

“kita belum kenalan kan? Nama gue Gabriel. Lo siapa?” Iel mengulurkan tangannya.

DEG!

‘Gabriel?’

Acha menelan ludah mendengar nama itu. apakah benar?

“oh, iya, guee.. Acha!” Acha membalas uluran tangan Gabriel sambil menyunggingkan senyumannya. Berusaha tersenyum sebaik mungkin. Dan berusaha bersikap biasa saja.

“oh, Acha.. hehe, masih SMP ya? Kelas berapa?”

“iya, kelas 3. Udah mau lulus.”

“mau masuk ke sekolah mana rencananya?”

“ga tau kak. Bingung!”

“ke sekolah gue aja.. oh iya, elo ngapain di sini?? Elo tinggal di sini??”

“engga kok. Gue emang hobi banget ngajarin orang! Jadi gue nyalurin hobi gue dengan cara ngebantuin anak-anak yang ga bisa sekolah belajar. Elo sendiri ngapain di sini?”

“lagi motret motret ajaa…”

“motret apaan? Di sinikan ga ada pemandangan bagus?”

“emang kalo mau motret harus di pemandangan bagus aja? Engga kan?!”

“ya engga sih.tapi kenapa milihnya tempat kaya gini? Lo ga jiji apa ke sini?”

“engga kok. Ngapain jiji?! Malahan nih yaa tempat kaya gini tuh bagus buat dijadiin gambaran. Supaya rasa syukur kita ke Tuhan itu lebih gede.”

“wow, masih ada cowo kaya lo.”

“emang kenapa?”

“ya heran aja gitu. Masa jaman sekarang masih ada cowok yang peduli sama kaya beginian. Biasanyakan cowo apalagi seumuran lo itu mikirinnya Cuma cewe dan kesenangan”

“yeee, buktinya ada… nih guee……”

“huuu, iya dehh… yang baik!”

“hehe”

Entah mengapa, walaupun mereka baru bertemu, tapi sudah ada kecocokan dari keduanya. Keduanya sudah merasa nyaman terhadap satu sama lain. Terlebih lagi dengan Acha. Yang merasa curiga dengan sosok Gabriel.

Acha memperhatikan Gabriel yang sedang mengambil gambar di sekitar sana. Ia mengamati profil Gabriel dengan seksama.

‘bener ga sih dia itu Gabriel?’ batinnya sambil menatap Gabriel dengan tatapan menerka.
***

Ify mengerjapkan matanya. Mencoba menangkap cahaya yang merasuk ke dalam indera pengelihatannya.

“kamu udah bangun?” tanya Rio.

“aku di mana?”

“di rumah sakit.”

“kenapa bisa di rumah sakit?”

“tadi kamu pingsan sayang.. lama banget. Makanya aku bawa ke rumah sakit. Kata dkter kamu kena maag. Lambung kamu luka parah. Kamu suka telat makan ya?”

“oh ah iyaa. Tadi perut aku sakit. Perasaan aku aku ga punya maag. Iya kali yaa… kadang suka buru-buru, jadi suka lupa makan.”

“lain kali jangan kaya gitu lagi yaaa??? Aku khawatir banget kamu kenapa-napa…”

“iya sayang. Maaf… ga lagi deh bikin kamu khawatir. Maaf ya kak…”

“gapapa kok. Sekarang makan ya, terus ntar minum obatnya.”

“iya….”

Rio mengambil makanan di atas meja samping tempat tidur. Lalu menyuapi Ify makan.

Bersambung……

Aaaaaaaaa, aku minta maaf banget! Banget banget minta maaf karena udah ngaret dan itu bener-bener ga kira-kira ngaretnya. Maaaaaf.

Aku juga udah bilangkan, aku mumet banget. Ga ada ide sama sekali. Dan inilah akhirnya. Maksaaaa!

Okeh, part ini emang beer-bener ngebingungin banget! Aku angkat tangan buat nyeselaiinnya biar jadi bagus. Ini sengaja di bikin pendek biar kalian ga bosen bacanya.

Maaf banget karna part ini emang bener2 ngecewain banget, pendek, aneh, jelek, ancur.

Aku udah siap buat diprote, di maki. Terima dengan sangat. Malah kalo ada yang muji part ini ketauan bgd boongnya.

Kritik ditunggu, sarannya juga. Bantu aku buat ngebangun cerita ini biar lebih baik lagi jadinya yaa…

Makasih buat yang udah komen n like di part kemaren. Makasih juga buat yang udah nyempetin baca part ini.

Aku jadi ngerasa ga enak banget. Udah pada nunggu lama-lama, eh jadinya Cuma ecek-ecek kaya gini. Aku mintaa maaf baget ya pembaca. Insya allah next part aku perbaiki deeeh.

Makasih :*

Cinta Yang Tak Berakhir Sempurna

Cinta Yang Tak Berakhir Sempurna

oleh Amelia Jonathan Azizah RiseIfc pada 17 April 2011 jam 14:31
Hai all ICL. Aku dateng lagi nih bawa cerpen. Ini lanjutan dari #deardiary yang kemaren. Hehe..

Oke, maaf banget ya yang kemaren ceritanya aneh banget. Maaf banget. :( aku emang ga jago bikin cerita.

Cerita ini aku bikin, karna udah janji sama Eva… Va, aku tepatin janjiku nih… cerpennya special for you deh…

Special juga buat para pembaca yang kemaren udah ngelike sama koment. Makasih banget yaa :)

Aku seneng kalo kalian suka.

Semoga yang ini ga lebih buruk dari yang kemaren deh yaa.. maaf kalo aneh. Kalo ngebosenin, ga usah dilanjutin bacanya, terus langsung koment di bawah, ‘aku bosen bacanya.’

Yaudah, daripada ngebacot ga jelas, mendingan langsung aja deh. Sekali lagi, maaf kalo aneh yaa.

Cinta Yang Tak Berakhir Sempurna

Aku hidup dengan banyak harapan tentangmu.
***                                                                                                                                                                                                       

Dua tahun berlalu. Banyak yang berubah. Banyak sekali. Namun tidak dengan dirinya. Tidak dengan Segala tentangnya. Tidak dengan segala rasa untuknya.

Dua tahun berharap. Akan ada kesempatan untukku menelusuri hatinya. Akan ada kesempatan untukku  menyentuh hatinya. Akan ada kesempatan untukku menakhlukannya.

Dua tahun selalu meminta pada Yang Maha Kuasa. Bahwa pada suatu saat nanti, aku akan menjadi pemilik tahta tertinggi di singgasana hatinya. Suatu saat nanti, ia akan membanggakanku, ia akan mengaggumiku. Seperti aku terhadapnya.

Dua tahun selalu berdoa. Aku ingin bisa menakhlukannya. Aku ingin bisa mencuri perhatiannya. Aku ingin bisa menggenggam hatinya. Aku ingin bisa seperti Shilla.

Namun semua hanya harapan. Semua hanya permintaan. Semua hanya doa. Bukan kenyataan, bukan! Hanya harapan. Harapan yang entah kapan, akan berubah menjadi kenyataan yang indah. Atau mungkin, memang tidak akan pernah berubah menjadi nyata? Selamanya hanya akan menjadi harapan? Aku berharap tidak.
***

Peristiwa biasa, sangat biasa. Yang tidak biasa, karena yang dihadapanku, adalah si pemilik tahta tertinggi di singgasana hatiku, kamu.
***

Kejadian ini, beberapa bulan yang lalu. Saat ia sedang terpuruk. Saat ia sedang bersedih dan mungkin menangis dalam hati. Saat hubungannya dengan sang kekasih, sedang berada pada masa ‘di ujung tanduk’.
***

Saat itu sekolah gempar karena melihat sesuatu yang tertempel di mading. Termasuk aku yang kaget setengah mati melihatnya. Beberapa foto Shilla bersama dengan seorag laki-laki –yang entah siapa- sedang dalam posisi yang cukup membuat shock. Dengan tangan si laki-laki yang melingkar di leher Shilla dan tangan Shilla yang melingkar di pinggang si lelaki. Dan jarak mereka yang benar-benar sudah terhapus. Juga keadaan wajah yang sudah hampir menempel satu sama lain.

Benar-benar gila yang menyebarkan foto-foto ini.

Masih shock melihat foto-foto itu, Rio tiba-tiba datang dan menyuruhku menyingkir dari depan mading. Dan dengan sekali telusuran, emosinya sudah memuncak. Bagaimana tidak? Siapa yang tidak emosi melihat kekasihnya beradegan seperti itu dengan lelaki lain. Aku dapat melihat, bagaimana wajahnya memerah menahan amarah, dan tangannya yang terkepal kuat.

Tak lama, Shillapun muncul di depan mading. Terdengarlah kasak-kusuk di sekitar mading. Ia memperhatikan bagaimana foto-fotonya itu tertempel dengan manisnya di mading.

“aku bisa jelasin.” Ucap Shilla tegas, ketika melihat Rio yang sudah menatapnya dengan sangat tajam.

PLAAAK
Tangan Rio melayang ke pipi Shilla. Membuat gadis itu menangis. Aku tau rasanya, pasti sangat sakit. Aku saja yang menyaksikannya, langsung merasakan pipiku berdenyut-denyut. Rio tega sekali memukul Shilla di depan orang banyak.

“RIO!” teriak Shilla kaget.

“makan sana janji lo! Janji yang elo selalu bilang ke gue, lo ga bakal berpaling! Harusnya gue tau, kalo lo itu Cuma ngegombal!” bentak Rio.

“aku ga pernah ngegombal!”

“alah, shyitt! Liat itu! Apa itu yang ditempel di mading!? Foto-foto lo sama cowo yang gue aja ga tau siapa!! Sama gue aja lo ga pernah sedeket itu! Sekarang sama cowo lain… taulah, gue benci sama lo!”

PRAAAANG
Aku terlonjak kaget saat mendengar bunyi pecahan kaca itu. Rio, dengan tangannya dan dengan emosi yang meluap-luap, meninju mading yang di halangi oleh kaca. Tangannya sampai berdarah-darah. Aku mengangkat wajahku dan melihat Rio yang meninggalkan mading dengan darah yang bercucuran. Dan Shilla yang masih menagis di sana.

Entahlah itu berita asli atau hanya permainan seseorang untuk menghancurkan hubungan Shilla dan Rio. Tapi yang jelas, itu bukan aku yang melakukannya. Karena sampai kapanpun, aku tidak akan menggunakan cara licik seperti itu.

Aku tidak pernah melihat Rio emosi sampai seperti tadi. Aku tidak pernah melihatnya terlihat begitu berapi-api seperti tadi. Aku tidak pernah melihatnya berbuat nekat seperti tadi. Itu semua hanya bisa terjadi karena Shilla.

Entahlah, disaat seperti inipun, aku masih bisa merasa iri dengan Shilla. Bukankah memang hanya Shilla yang bisa membuat Rio berkelakuan yang aneh-aneh. Bahkan yang mampu membuat Rio tersenyumpun, hanyalah Shilla. Bukankah ini bukan hal yang aneh, melihat Rio seperti itu karena Shilla?

Aku menatap Shilla yang masih menangis sambil menunduk. Aku mendekatinya, lalu berbisik padanya.

“ga usah nangis. kalo elo ga ngerasa salah, ga usah nunjukin tampang takut. Kecuali kalo lo emang beneran ngelakuin itu.”

Setelah itu, aku tidak tau lagi bagaimana ekspresinya. Karena setelah itu, aku melangkahkan kaki meninggalkannya.
***

Aku melangkah menuju ke lapangan basket indoor. Feeling ku berkata, ia ada di dalam. Dan ketika aku membuka pintu, alangkah terkejutnya aku melihatnya bermain dengan penuh emosi, dan tangan yang mengeluarkan banyak darah. Sampai sebegitunyakah?

Aku bimbang. Aku hampiri atau tidak?  Ah, tapi aku kasihan. Aku tak tega melihat tangannya seperti itu. Aku ingin mengobati lukanya. Aku ingin menenangkannya. Ingin sekali. Tapi apa aku bisa?

Darahnya terus bercucuran. Tidak, aku tidak akan tega meninggalkannya sendiri dalam keadaan seperti itu. Akhirnya aku putuskan untuk menghampirinya saja.

“em, Rio.”

Panggilku saat aku sudah berada di dekatnya. Dengan suara yang pelan, namun mungkin cukup untuk di dengarnya. Karena lapangan yang begitu luas ini, pasti akan menggemakan suaraku.

Aku melihat ia berhenti bermain. Tetap membelakangiku. Aku memanggilnya sekali lagi.

“Rio.”

Kali ini ia berbalik menghadapku. Dengan ekspresi datar. Seperti biasa, seperti barusan tadi, tak ada apa-apa yang terjadi dengannya. Padahal jelas-jelas tadi wajahnya merah menahan marah.

“apa?” tanyanya dengan nada datar, namun matanya menatapku dengan tajam.

“tangan lo. gue obtain yaa?” aku beranikan diri menawarkan bantuan untuknya. Namun setelah bertanya seperti itu, kakiku langsung bergetar hebat. Aku takut aku salah bicara.

“ga perlu” jawabnya masih tetap dengan nada datar. Tidak, aku akan membujuknya. Bahkan kalau perlu memaksanya. Tangannya akan infeksi jika tidak diobati sekarang.

Aku menarik paksa tangannya. Aku teliti dengan cermat. Masih ada serpihan kaca yang tipis yang menancap di sela-sela jarinya. Uh, pasti perih sekali.

“tahan yaa.” Ucapku.

Aku segera mencabut kaca-kaca itu dengan hati-hati. Agar tidak terlalu membuatnya kesakitan. Ia menarik tanganya reflek. Mungkin karena sakit. Namun aku kembali menarik tangannya.

“tahan. Kalo ga ini bisa infeksi.”

Aku kembali mencabuti kaca-kaca itu. Dengan hati-hati tentunya. Sesekali ia meringis. Namun aku tetap mengobatinya.

Tahukah kalian? Jantungku berdebar-debar. Berdetak dengan cepat. Sangat cepat. Dan aku tak bisa mengontrolnya. Bagaimana tidak? Aku memegang tangannya saat ini. Aku sedang berada di dekatnya saat ini. Ia ada di hadapanku saat ini.

Namun, pantaskah aku berbahagia saat ini? Disaat ia sedang dalam keadaan terpuruk? Saat ia dan Shilla sedang dalam masa di ujung tanduk? Saat Shilla sedang menangis karena hal yang –mungkin- tidak ia lakukan itu. Biar bagaimanapun, ia seorang gadis, sama seperti aku. Aku bisa merasakan apa yang ia rasakan. Apalagi, aku tau ia. Meski ia telah membuatku sakit, aku tau, ia bukanlah gadis murahan seperti itu. Ini –mungkin- hanya sebuah jebakan.

Ah, namun biarlah. Biarlah kali ini keegoisanku mengalahkan rasa solidaritasku sebagai manusia. Biarlah kini aku berpihak pada keegoisanku. Kesempatan seperti ini, sangat sulit aku dapat. Namun aku, tetap tak ingin banyak berharap. Tidak! Aku akan menganggap ini hanyalah sebuah insiden kecil. Insiden yang menghadirkan kebahagiaan tersendiri untukku.
***

Tidak ada yang lebih membahagiakan, dari melihat senyumanmu yang terukir untukku.
***

Aku baru saja selesai membalutkan perban di tangannya. Membungkus lukanya, agar tidak tambah parah karena terkontaminasi dengan udara kotor dan debu-debu tak bertanggung jawab.

Aku tersenyum ke arahnya. Meski ia hanya memandangku datar. Traumaku terhadapnya hilang. Tidak, aku tidak trauma terhadapnya. Aku hanya tak ingin kecewa untuk yang kedua kalinya. Tapi mungkin untuk kali ini, aku rasa ia tidak akan membuatku kecewa lagi.

Aku tau, ia adalah seorang pemuda yang mempunyai hati yang tidak akan tega membuat seorang gadis tersakiti olehnya. Meski pada kenyataannya, ia selalu membuat gadis-gadis di sekitarnya, kecewa. Atau bahkan tak jarang menitihkan air matanya karena lelaki ini.

Tapi, seperti yang pernah kubilang, apapun itu, tidak akan pernah bisa mambuatku membencinya. Tidak sama sekali.

“udah.”

“thanks”

Aku tersenyum dan mengangguk. Dan setelah itu, aku membereskan peralatan-peralatan obat yang tadi aku pakai ke tempatnya semula. Ke dalam kotaknya.

Aku melihatnya kembali mendrible bolanya dengan asal. Sepertinya, emosinya kembali naik. Entahlah karena apa.

“gue kenal Shilla. Udah lumayan lama. Gue tau dia. sangat tau bahkan. Dia bukan orang yang kaya gitu. Dia bukan seorang pengkhianat. Dia baik. Dia bakal pegang semua yang udah dia bilang.”

Upss, aduh! Mulutku ini kenapa?! Ah, aku tanpa sengaja sudah mengungkit kejadian tadi. Aduh bagaimana ini??? Aku melihat Rio yang tiba-tiba berhenti bermain. Ia mengepalkan tangannya kuat-kuat. Aah, ia pasti emosi mendengar ucapanku tadi. Bodoh! Seharusnya aku tidak perlu bicara seperti itu. Aku tidak perlu mencampuri urusannya. Ah, bodoh sekali kau Ify! Bodoh!

Rio berbalik, lalu berjalan mendekatiku. Wajahnya kembali memerah.  Tangan kanannya masih terkepal. Jangan-jangan ia akan meninjuku???

Ia berhenti beberapa meter di depanku. Menatapku tajam. Seperti biasa jika ia menatapku. Aku.. menunduk. Aku takut. Aku tak berani menantapnya. Aku menggigit bibir bawahnya.

“terus menurut lo?”

Aku mengangkat kepalaku. Melihatnya. Ucapannya tadi, terasa hidup. Ya, ia mengucapkannya dengan nada. Ini kali pertamanya, ia bertanya padaku. Aah, demi apapun, aku merasa sangat bahagia sekali mendengar pertanyaannya. Aku lebay? Terserah apa yang kalian pikirkan tentangku. Sungguh, aku merasa sangat bahagia sekali kali ini. Apa mungkin aku dapat meluluhkannya?

Ia mengangkat sebelah alisnya. Bingung, mungkin. Melihatku cengo menatapnya. Bagaimana tidak cengo. Jelas aku kaget, ketika mendengar ia berbicara seperti itu. Memang tidak ada yang special dari pertayaannya. Tapi, namanya juga Rio yang bertanya. Menurutku, pertanyaan itu menjadi sangat special.

“hey, lo kenapa bengong gitu??!” tanyanya.

Aku sedikit terkesiap kala tersadar dari kekagetanku. Em, aku jadi merasa malu sendiri. Pasti tadi itu tampangku jelek sekali. Aku menunduk. Lebih memilih menatap ujung sepatuku ketimbang menatap wajah menawan itu. Aku, malu.

“ck, ditanya juga!” kesalnya.

“eh, i..iya.. maaf. Menurut gue? menurut gue gimana? Apanya yang menurut gue?”

“Shilla!”

“menurut gue, jadi mungkin Shilla ga ngelakuin hal yang tadi ada di mading itu. Mungkin ini jebakan. Mungkin ada yang pengen ngehancurin hubungan kalian.”

“gitu ya?”

Aku mengangkat bahuku. Pertanda aku juga masih tidak begitu yakin apa yang aku ucapkan tadi. Syukurlah dia tidak meninjuku tadi.

Ah, tapi jika ia meninjukupun, aku tidak masalah. Aku rela diperlakukan seperti apapun olehnya, agar ia bisa tetap tersenyum. agar ia, tidak lagi bersedih. Karena aku tidak suka melihatnya terpuruk. Aku lebih suka melihatnya tersenyum. meski ia tersenyum untuk gadis lain.

“makasih”

Aku tercekat. Nafasku bagaikan ditahan oleh sesuatu. Jantungku jadi berdetak tak karuan. Aku melihatnya. Aku melihat senyumnya. Aku melihat ia tersenyum untukku. Ia. Tersenyum. untukku.

Ah Tuhan, sedang bermimpikah aku??? Jika memang aku sedang bermimpi, tolong jangan bangunkan aku dari mimpi ini! Jangan! Aku mau selamanya melihat senyumnya. Senyumnya yang ia persembahkan untukku.

Tapi jika ini benar-benar sebuah kenyataan, aku mohon, jangan hanya untuk hari ini saja, kau ciptakan senyum menawan itu untukku. Aku masih ingin terus melihatnya. Masih! Aku ingin terus melihat ia tersenyum untukku.

Aku benar-benar meleleh dibuatnya. tak terasa air mataku menetes. Aku lebay? Terserah kalian! Yang jelas, aku benar-benar bahagia hari ini.

Ternyata memang benar ya kata orang-orang. ‘semua yang terjadi itu pasti ada hikmahnya’ semua yang terjadi tadi pagi, itu memang benar-benar ada hikmahnya.

Ah, aku bahagia di atas air mata orang lain. Aku jahat! Aku benar-benar egois. Aku mementingkan diriku sendiri! Tapi aku tidak bisa berbohong sama sekali, bahwa aku sangat bahagia.

Tuhan, maafkan aku! Sekali ini saja, aku ingin egois! Maafkan aku Shilla.

“eh, elo kok nangis??” Tanya Rio. Mungkin ia heran mengapa aku menangis.

“em, engga kok. Hehe. Sori yaa…” aku langsung menghapus air mataku. Aku tak ingin terlihat cengeng di hadapannya.

Ia kembali melanjutkan mainnya. Dan aku, menontonnya. Aku ingin menemaninya. Hari ini saja. Bila Tuhan mengizinkan, aku ingin selamanya menemaninya. Tidak hanya untuk hari ini saja. Tapi juga untuk hari-hari berikutnya. Aku ingin selalu bersamanya.

Ingin? Ya, Ingin! Ini masih sebuah pengharapan. Masih sebuah keinginan. Aku tau betul, ini hanyalah sebuah angan yang entah kapan menjelma menjadi kenyataan. Tapi aku sungguh-sungguh mengaharapkannya. Terlalu mulukkah harapanku?

Aku berjanji, jika suatu saat nanti aku mampu menakhlukannya, aku akan setia. Aku tidak akan mengkhianatinya. Aku menyayanginya. Aku sungguh mencintainya! Sampai kapanpun, aku akan terus mencintainya.
***

Aku rela menjadi apapun untukmu. Aku rela kecewa berulang kali karenamu.
***

Dugaanku benar. Ada yang menjebak Shilla. Ia adalah seorang siswi di sekolahku. Ia tercatat sebagai salah satu penggemar berat Mario Stevano. Ia tertangkap basah, saat sedang mencuci foto-foto yang ia edit sendiri. Alasannya seperti yang pernah ku tebak, ia ingin hubungan Rio dan Shilla hancur. Karena ia tidak suka melihat Shilla yang bisa bercanda mesra dengan seorang Rio.

Rio marah besar saat mengetahui gadis itulah yang membuat hubungannya dengan Shilla hampir berakhir. Ia hampir saja memukul gadis itu jika Shilla tidak menahannya.

Dan sekarang, hubungan mereka kembali. Kembali manis seperti dulu. Dan aku, kembali gigit jari melihat mereka berdua kembali bermesraan.

Dua minggu tak terlupakan! Kenapa? Karena dua minggu kemarin, aku dan Rio menjadi dekat. Ia, sering tersenyum padaku. Aku sering menemaninya.

Taukah kalian? Bahwa saat itu, seperti ada secercah harapan untukku. Angan yang sudah pernah kukubur dalam-dalam itu, kembali hadir di dalam doaku. Setiap aku menatap matanya, aku berharap dapat menemukan sebuah cinta darinya untukku.

Tapi ternyata permintanku memang terlalu muluk. Aku tidak akan pernah mendapatkan cintanya! Aku tak berharga di matanya! Aku memang tak memiliki arti apa-apa dihidupnya. Dan sekarang, aku benar-benar dibuang olehnya. Bagaikan sebuah sampah yang tak berarti apapun.

Aku rela. Sekali lagi aku rela. Aku rela menjadi apapun untuknya. Asal aku tidak melihatnya bersedih. Aku rela dibuatnya sakit. Aku rela dibuatnya kecewa. Aku rela dibuatnya menderita. Hanya demi dia, aku rela. Aku benar-benar rela.
***

Ia terlalu berharga untuk tidak dikagumi.
***

Aku tau ini salah. Mencintai seseorang yang sudah dimiliki orang lain. Tapi aku tak mampu menghindar. Dan aku memang tidak mau menghindar. Ini aku, aku yang akan selalu mencintainya, meski dunia tidak setuju. Meski dunia tidak merestui, meski dunia memaki diriku.

Aku sakit melihatnya bersama gadis lain. Meski aku tau itu tak wajar. Itu tak pantas. Dan aku tak berhak merasakannya. Tapi semakin aku sering melihat mereka bermesraan, semakin besar rasa sakit yang aku rasakan.

Namun, semakin sakit aku dibuatnya, semakin besar pula rasa ini hadir untuknya.

Seperti yang telah aku katakan sebelumnya. Aku tidak ingin melupakannya. Tidak ingin dan tidak akan. aku tidak mampu untuk tidak mencintainya. Aku tidak mampu untuk tidak mengangankannya.

Aku mau dirinya. Hanya dia yang aku inginkan. Sampai cahaya mentari meredup, tetap ia yang aku inginkan. Aku benar-benar mencintainya.
***

-mungkin- Ia –memang- bukan yang terbaik untukku. Tapi ialah yang terindah. Ialah yang terkasih. Ia yang selalu hidup dalam hatiku. Ia yang selalu hadir dalam setiap mimpi-mimpiku. Ia yang aku mau.

Aku –memang- lelah bertahan. Aku –memang- lelah diacuhkan. Aku –memang- lelah menantinya. Tapi aku tidak akan pernah lelah mencintainya. Aku tidak akan pernah lelah beroda untuknya. Aku tidak akan pernah lelah mengangankannya. Aku tidak akan pernah lelah menganguminya. Aku tidak akan pernah lelah, tidak akan. sampai kapanpun.
***

Dua tahun. Bukan waktu yang singkat untuk tetap setia menanti. Meski kini aku sudah jenuh untuk menantinya.

Baru terhadapnya aku mampu seperti ini. Aku mampu bertahan untuk yang tak pasti, aku mampu berkhayal untuk yang tak pantas. Aku mampu mengindahkan segala rasa untuknya. Baru terhadapnya.

Tidak. Sekali lagi ini bukanlah akhir. Cintaku untuknya tidak akan pernah berakhir. Tidak. Aku tidak akan pernah berhenti untuk mengaguminya. Aku tidak akan berhenti mencintainya. Aku tidak akan pernah berhenti berharap tentangnya.

Mungkin aku diciptakan untuk selalu berharap tentangnya. Mungkin aku dilahirkan untuk selalu mengaguminya.

Tidak apa-apa. Aku senang menjalaninya. Aku senang melakukannya. Aku tidak akan keberatan, jika aku memang ditakdirkan selamanya hanya menjadi pengagumnya. Tidak apa-apa. Aku akan bertahan untuk itu.

Kalian boleh menganggapku bodoh. Kalian boleh menganggapku terlalu baik, atau apalah itu. Tapi kalian hanya tau aku dari kisahku. Kalian tidak aku bagaimana rasanya menjadi aku. Sama seperti ia yang sampai kapanpun tidak akan pernah tau bagaimana rasanya menjadi aku.

Mau tau rasanya? Sakit. Menyedihkan. Terlalu kasihan. Tapi aku bahagia. Aku bahagia untuknya.

Di mana sisi bahagianya? Aku bahagia mencintainya. Meski ternyata, ia bukan takdirku. Aku bahagia mengangguminya. Meski ternyata, ia tak menghargainya sama sekali.

Tuhan punya rencana dibalik semua ini. Tidak, ini bukan cobaan menurutku. Ini hanya sebuah kisah dari hidupku. Ini hanya sebuah bagian terindah dari bagian-bagian lainnya dalam hidupku.

Ini bukan sesuatu yang menyedihkan. Meskipun tak jarang ada air mata yang menetes. Ini hanya sebuah kisah cinta yang tak berakhir dengan sempurna, sebagaimana yang aku inginkan.

Mario Stevano Aditya Haling. Namanya, sudah terukir indah dalam hati. Namanya sudah meracuni seluruh hatiku. Namanya sudah merajalela dalam hatiku.

Aku akan tetap mengaguminya dari jauh. Biar. Biarlah ia bahagia bersama pilihannya. Aku akan selalu ikut tersenyum di belakang mereka. Ya, karena kebahagiaannya adalah kebahagiaanku. Dan sampai kapanpun, semua tak akan berubah. Tidak akan. karena aku bahagia, karena aku bangga memiliki rasa ini untuknya. aku bangga mencintainya.
***

Cinta. Tidak selamanya berakhir manis. Tidak selama berkahir dengan senyuman. Terkadang memang cinta membuat hidup menjadi pahit. Membuat dunia menjadi tak berwarna. Membuat segalanya menjadi menyakitkan. Tapi cinta. Selamanya untuk dikenang. Karena kenangan dari cinta, seburuk apapun itu, akan terus terasa manis. Karena Tidak ada cinta yang pahit untuk di kenang. sesungguhnya, cinta itu memang indah. Jika kita mampu menerimanya dengan segala kekurangan dari kisah cinta itu sendiri.
***

ini bukan sebuah puisi
ini hanya sebuah ungkapan
yang berisi kekecewaan diri
namun tetap ingin memilikinya

ini bukan sebuah keterpurukan
ini hanya penyesalan
mengapa aku mencintainya
mengapa ia menyakitiku

ini bukan cinta mati
hanya sebuah cinta yang tak bisa hilang begitu saja
mengapa rasa ini begitu membelenggu
menghancurkan seluruh dinding hati

ini bukan kisah yang pahit
ini hanya karena terlalu sayang
mengapa semua ini tak seindah yang semestinya
dan tak sesempurna yang aku bayangkan

ini bukan kehilangan
ini hanya sebatas angan yang tak terwujud
mengapa dia tak bisa kuraih
mengapa tak semudah itu menggenggamnya

sekali lagi
ini hanya sebuah cerita
cerita cinta yang tak berakhir sempurna
dan ini hanya sebuah ungkapan
ungkapan untuk dia yang kucinta

Mario Stevano
***

Huaaaa :’(( aku mau nangis dulu ah… hiks…hiks… aku tau ini aneh banget . aku tau ini gajelas banget. Aku tau ini jelek… hiks…hiks.. maaf. Maaf banget. :(((( yang kemaren udah ancur, yang ini makin ancur lagi. jadinya maksa banget yaa???

Aku udah berusaha semaksimal mungkin buat persembahin yang terbaik buat kalian. Tapi ternyata jadinya gini.  :’(((

Itu puisinya –lagilagi- buatan ade aku “Puspa Febryanti” ayo ayo yang belum ngeadd, add yaa?? Masuk surge deh kalo ngeadd. Yag udah, makasih yaaa….

Oh ya, itu ada adegan yang hampir mirip sama TPOL yaa?? Hehe, maaf.*emanggakreatifnih* maaf ya. Buntu. :D

Makash buat yang udah mau baca. Jangan Cuma baca aja yaa. Koment juga loh… yang suka boleh ngelike.

Tetep baca The Power Of Love yaa.

Makasih JJJJJJJJJJJ

Love you all <3
©©©©©©

Yang Terbaik Tak Selalu Membahagiakan

Yang Terbaik Tak Selalu Membahagiakan

oleh Amelia Jonathan Azizah RiseIfc pada 05 Mei 2011 jam 14:30
Halo semua…. Ini dia lanjutan dari cerpen kemaren itu. yang judulnya ‘Cinta Yang Tak Berakhir Sempurna’ . karena banyak yang minta aku bikin lanjutannya, jadi aku bikini deh nih.

Cerita ini special buat kalian semua…

Makasih buat yang udah bersedia nunggu cerita ini. Ini dia, buat kalian semua…
***

Yang Terbaik Tak Selalu Membahagiakan

Aku masih belum mampu untuk membuangnya dari pikiran dan hidupku.
***

“APA?!! DIJODOHIN??!”

“tap..tapi sama siapa mah??”

“sama anaknya sahabat mama. Mama yakin kamu pasti suka dengan anaknya itu. Dia baik, manis.”

“kenapa mama mau ngejodohin aku??”

“mama mau kamu dapet yang terbaik sayang..”

“tapi mah…”

“udahlah Fy. Keputusan mama udah bulet. Bulan depan kalian akan segera bertunangan.”

Aku kembali teringat dengan percakapanku dengan mama tadi di ruang tamu. Aku akan segera dijodohkan dengan seorang yang tidak aku kenal.

Aku tau, umurku sudah memasuki 20 tahun. Tapi itukan belum termasuk umur yang tua. Mengapa mama begitu cepat mengambil keputusan sih?! Sepihak lagi?! aku masih belum mampu untuk membuka hatiku untuk orang lain. Aku masih mencintainya. Masih sangat menginginkannya. Meskipun aku tau, semua itu tidak akan pernah mungkin tercapai.

Ya, aku masih sangat mengharapkan Rio. Bayangnya, masih selalu memenuhi pikiranku. Segala tentangnya, masih selalu menghantuiku. Aku masih belum bisa melupakannya. Aku masih belum bisa melepaskan perasaan ini. Aku masih mencintainya.

Kira-kira siapa ya pemuda yang mama pilihkan untukku? Bagaimana rupanya? Bagaimana sifatnya? Apakah ia sama seperti Rio? Apakah pesonanya, seperti Rio? Ataukah, ia lebih baik dari Rio? Atau malah lebih buruk dari Rio?

Aku tau, mama tidak mungkin memilih yang jelek untukku. Pasti mama memilihkan yang paling terbaik untukku. Tapi, apakah aku bisa menerimanya? Apakah aku bisa mencintainya? Aku masih belum sanggup untuk melupakan bayang Rio. Walau sesungguhnya, aku tidak pantas mengharapkannya.
***

Ia kembali hadir membawa secercah harapan. Meski bukan ia yang memberikan harapan itu padaku.

***

Malam ini, semua harus aku hentikan. Mungkin. Mungkin mulai malam ini, aku sudah tidak boleh lagi memikirkannya. Aku tidak boleh mengingatnya lagi. aku harus benar-benar menjauhkan ia dari benakku. Meman inilah yang seharusnya aku lakukan dari dulu.

Orang tuaku mengajakku pergi makan malam di sebuah restaurant. Bukan, ini bukan makan malam biasa. Malam ini, aku akan dipertemukan oleh pemuda pilihan mama itu. Aku ingin tau, seperti apa sih pilihan mama untukku?

Setelah 10 menit menunggu, akhirnya, tamu kami datang. Aku dan kedua orang tuaku bangkit berdiri, menyambut tamu kami. Tapi, aku tidak malihat anak laki-lakinya. Ke mana ia? Apakah ia tidak menyetujuinya, hingga tak mau datang malam ini?

“malem jeung. Aduh cantik sekali malam ini…” puji mamaku kepada temannya.

“terima kasih. Jeung juga cantik sekali.. ah, ini pasti Ify kan?? Cantik banget.. sama kaya mamanya…” puji teman mama. Aku hanya membalasnya dengan senyuman.

Aku masih penasaran. Mengapa anaknya tidak nampak bersama mereka? Jangan-jangan yang aku pikirkan benar? Bahwa lelaki itu tidak menyetujui rencana ini.

“loh, jeung, mana anaknya??” Tanya mama. Sepertinya mama juga bingung sepertiku.

“oh, lagi ke toilet sebentar. Sebentar lagi juga dateng..”

Oh, ternyata hanya ke toilet saja. Ku kira ia tak mau datang.

Tak lama kemudian, kulihat seorang laki-laki yang sedang menunduk membereskan bajunya, berjalan mendekati meja kami. Aku tak dapat melihat siapa laki-laki itu. apa ia yang akan dijodohkan denganku?

Drrt….drrrt…. hapeku bergetar. Aku langsung mengubek-ubek tasku, mencari handphoneku. Sepertinya ada pesan masuk. Ternyata hanya teman kampusku saja.

“malem om, tante…”

Suara itu! aku berhenti mengutak-atik handphoneku dan menoleh pada si pemilik suara.

Astagfirullah! Aku menganga dan membuka mataku lebar-lebar. Handphoneku hampir saja aku lempar tadi. Apa aku tidak salah lihat?? Apa ia benar-benar lelaki yang mama pilihkan untukku? Apa ia tak salah menghampiri meja?? Aku hampir tak berkedip melihat lelaki itu.

Pemuda itupun, hampir sama sepertiku. Iapun terlihat kaget. Ia sempat menghentikan aktifitasnya menyalami papa dan mama kala melihat aku duduk di samping papa.

“Ify” gumamnya pelan.

Namun di detik yang berikutnya, ia kembali berusaha bersikap senormal mungkin.

Aku berusaha tersenyum padanya, dan menjabat tangannya yang terulur padaku. Dengan sedikit gemeter, aku membalas uluran tangan itu.

Hey, benarkah ia? benarkah pemuda ini adalah anak dari teman mama ini? Benarkah pemuda ini yang bulan depan akan bertunangan denganku? Benarkah pemuda ini yang mama pilihkan untukku? Benarkah ia?

Apa maksudnya semua ini? Mengapa ia? mengapa lelaki itu?

Semua pertanyaan itu terus menghantui pikiranku. Aku masih belum percaya sepenuhnya. Bahwa lelaki inilah yang akan dijodohkan denganku. Apa aku bermimpi? Apa aku sedang mengkhayal? Ah, iya. Aku pasti hanya mengkhayal saja. Aku pasti sedang berharap! Itu pasti bukan dia!

“aduh, ternyata bener yaa, Rio ganteng banget!”

Hah?! Apa?! Mama tadi menyebutkan namanya??! Mama memujinya, memanggilnya dengan nama apa?! Ri… Rio??? Jadi, jadi aku tidak sedang bermimpi jadi aku tidak sedang mengkhayal jadi ini semua benar-benar kenyataan?

Aku mendongak melihat lelaki itu. mengamati wajahnya dengan seksama. Apa benar lelaki ini Rio? Tapi jika ia bukan Rio, mengapa wajahnya mirip sekali denga Rio? Mengapa senyumannya benar-benar senyuman khas Rio? Mengapa suaranya sama seperti suara Rio? Ini pasti ada yang salah! Pasti terjadi sebuah kekeliruan!

Selama makan malam berlangsung, aku benar-benar tidak fokus pada makanan ataupun obrolan mama, papa dengan orang tua Rio. Aku masih saja memikirkan maksud dari semua ini. Aku masih belum sepenuhnya percaya. Aku masih tidak habis pikir, jika ia benar-benar Rio, bagaimana bisa ini semua terjadi? Bagaimana bisa, mama menjodohkanku dengan Rio?

Apa Rio sudah tau tentang perjodohan ini? Mengapa dari tadi sikapnya biasa saja? Tak menunjukkan penolakan atau tidak senang? Namun jika ia setuju, bagaimana dengan Shilla? Apa ia sudah tidak bersama Shilla lagi??

Ah, ini semua benar-benar gila! Ini semua di luar batas waras. Ini semua di luar batas sebuah kebetulan. Ini.. ini… ah… ini semua membuatku jadi benar-benar gila!

“Ify kok dari tadi diem aja? Kenapa? Makanannya ga enak yaa??”

Suara tante Amanda –mama Rio- membuyarkan lamunanku. Aku mendongak menatap tante Amada, lalu menyunggingkan sebuah senyum yang sesungguhnya sangat aku paksakan. Aku berharap senyuman tadi terlihat biasa saja, tidak terlihat aneh.

“oh iya, Ify udah tau ya maksud kita semua berkumpul sekarang?” Tanya tante Amanda.

Aku menelan ludah mendengar pertanyaan tante Amanda. Entah kenapa, ada rasa takut yang tiba-tiba menyergap ke dalam hatiku. Aku melirik ke arah Rio yang masih asyik dengan makanannya. Lalu aku mengangguk untuk menjawab pertanyaan tante Amanda.

“oh, mama udah ngasih tau kamu ya? Rio belum tau nih. Yaudah, biar lebih jelas lagi, maksud  kami berkumpul di sini, kami sudah merencanakan sebuah rencana untuk Rio dan Ify.”

Aku menggigit bibir bawahku. Juga berulang kali aku melirik kea rah Rio, aku ingin tau apa ekspresinya setelah mengetahui rencana mama dan tante Amanda ini.

“kami sudah memutuskan…” tante Amanda menggantungkan ucapannya. Beliau melirik ke arah Rio menatap kami semua satu-satu lalu tersenyum.

“kami akan menjodohkan Rio dan Ify.”

UHUK UHUUUK

Aku melihat jelas bagaimana raut shock di wajah Rio. Seketika itu juga ia langsung tersedak makanan yang sedang ia makan itu. aku menghela nafas berat melihat ekspresi Rio yang sepertinya menolak rencana ini.

Ya, aku tidak munafik. Jujur aku senang sekali saat mengetahui bahwa ternyata Riolah yang akan dijodohkan denganku. Selama hampir 6 tahun aku mengaguminya, menyukainya, mencintainya, dan kini dengan mudahnya, mama menjodohkan aku dengan Rio.

Tapi ternyata, Rio sepertinya tidak suka dengan rencana ini. Mungkin, ia masih bersama Shilla.

“apa mah??! Di jodohin??” Tanya Rio shock.

“iya sayang. Dan kami juga sudah memutuskan, kalian akan melaksanakan pertunangan bulan depan.”

“APA MAH??! BULAN DEPAN?!!”

Tante Amanda mengangguk.

“mah, kenapa mama ga kasih tau aku??? Kenapa mama ngejodohin aku???! Maaah, aku udah…” Rio tiba-tiba menghentikan ucapannya. Entah mengapa. Mama, papa, Om Zeth, tante Amanda, dan tentunya aku, menatap Rio. Menunggu kelanjutan dari ucapan Rio.

Semenjak kami lulus SMA, aku memang tidak satu universitas dengannya dan Shilla. Maka dari itu, aku tidak tau bagaimana keadaannya dengan Shilla setelah lulus SMA itu.

Meski aku sudah tidak bertemu dengannya lagi, tapi aku masih belum bisa menghapus perasaan ini. Entah mengapa, tapi perasaan ini begitu kuat aku rasakan. Dan malam ini, kali pertamanya aku bertemu kembali dengannya, setelah selama kurang lebih 3 tahun, aku tidak melihatnya.

“udah apa Rio?” Tanya tante Amanda sambil menyatukan kedua alisnya.

Berarti tante Amanda dan om Zeth tidak mengetahui tentang hubungan Rio dengan Shilla.

Terlihat Rio yang jadi gelagapan sendiri. Mungkin bingung mau menjawab apa dan merutuki ucapannya barusan.

“em.. eh, itu .. engga apa-apa. Gak jadi..” jawabnya dengan gelagapan. Membuat kebingungan dan penasaran semakin menyergap aku. Padahal aku mau tau apa penyebabnya.

Ah dasar bodoh! Tentu saja tanpa ia memberitahukan alasannya pada kami, aku sudah mengetahui jawabannya. Ia pasti tidak mencintaiku. Ia pasti masih bersama dengan Shilla. semua pasti masih sama seperti 3 tahun yang lalu. Ia masih Rionya Shilla. Ia masih seorang Mario Stevano yang sampai kapanpun tak akan mungkin aku dapatkan.

Dan memang masih sama seperti dulu. Ia masih menjadi pemilik tahta tertinggi di singgasana hatiku. Ia masih sangat aku harapkan. Dan semua memang masih seperti dulu. Semua memang hanya harapan yang entah kapan akan menjadi kenyataan. Atau bahkan mungkin, tidak akan pernah menjadi kenyataan.

Aku berharap, Tuhan memberikan aku kesempatan untuk merasakan kebahagiaan bersama dengannya. Kesempatan untukku dapat menggenggam hatinya. Kesempatan untukku dapat mengubah harapan-harapan itu, menjadi semua kenyataan. Semoga saja. Semoga!
***
Meski dirimu bukan milikku
Namun hatiku tetap untukmu
Berjuta pilihan di sisiku
Takkan bisa menggantikanmu

Walau badai menerpa
Cintaku takkan kulepas
Berikan kesempatan
Untuk membuktikan
Ku mampu jadi yang terbaik
Dan masih jadi yang terbaik

Ku akan menanti
Meski harus penantian panjang
Ku akan tetap setia menunggumu
Ku tau kau hanya untukku

Biarlah waktuku
Habis oleh nantian ini
Hingga kau percaya betapa besar
Cintaku padamu ku tetap menanti

Walau badai menerpa
Cintaku takkan kulepas
Berikan kesempatan
Untuk membuktikan
Ku mampu jadi yang terbaik
Dan masih jadi yang terbaik

Ku akan menanti
Meski harus penantian panjang
Ku akan tetap setia menunggumu
Ku tau kau hanya untukku

Biarlah waktuku
Habis oleh nantian ini
Hingga kau percaya betapa besar
Cintaku padamu ku tetap menanti

Aku telah lelah menanti. Sejak lebih dari tiga tahun yang lalu, aku memang sudah lelah menanti. Meskipun aku telah lelah menantinya, aku tidak akan pernah lelah untuk terus berharap. Berharap bahwa suatu saat nanti akan ada kesempatan untuk. Aku percaya keajaiban. Aku percaya akan takdir. Dan aku percaya, takdir pasti akan memihak padaku.

Semoga suatu saat nanti, ia akan menyadari, betapa aku sangat menyayanginya. Betapa aku sangat menginginkannya. Betapa aku, mau menjadi yang terbaik, dan mampu yang terbaik untuknya.

Semoga memang takdirku adalah bersamanya. Semoga memang takdir, mampu mempersatukan aku dengannya. Semoga saja. Semoga.

Aku sangat berharap, ini bukan hanya sekedar harapan belaka. Aku berharap, ini bukan hanya sekedar doa yang tak terdengar. Aku berharap, ini adalah suatu tantangan untukku. Aku berharap ini adalah sebuah ujian dari Tuhan.

Namun jika Tuhan tidak mengizinkan semua berubah menjadi kenyataan, aku harap itu memang yang terbaik untukku, untuknya, dan untuk semuanya.
***

Nyatanya, Tuhan memang tidak mengizinkanku untuk melupakannya.
***

Sejak malam itu, aku selalu saja dipaksa untuk melakukan pendekatan dengan Rio. Begitupun dengan Rio. Ternyata perjodohan itu bukan sekedar ucapan belaka. Ternyata semua ini benar-benar serius.

Akibat dari paksaan itulah, akhirnya kami menjadi sering bertemu. Menjadi sering jalan berdua, makan berdua, bahkan nonton berdua.

Tapi, saat sedang melakukan ‘pendekatan’, Rio tidak pernah sama sekali menganggapku. Sama sekali tidak. Ia sama sekali tidak pernah menyentuhku. Jangankan untuk sekedar menyentuh, melirikkupun tidak pernah.

Aku tau apa alasannya. Sangat tau. Ia sudah pernah bercerita padaku, bahwa ia masih bersama Shilla. ia tidak ingin perjodohan ini ada.

“gue masih sama Shilla! Dan yang pasti, gue ga akan pernah bisa buat ninggalin dia, ngelepasin dia! Dia segalanya buat gue! Tanpa dia, gue ga akan bisa hidup selayaknya manusia. Gue cinta banget sama dia.”

Begitulah yang diucapkannya, saat kami sedang makan di salah satu caffe kala itu. sakit. Sangat sakit mendengar secara langsung pengakuan tentang perasaannya pada Shilla. hampir saja aku menangis, jika aku tidak ingat bahwa aku sedang berada di tempat umum.

“Shilla tau kok tentang perjodohan ini. Dan katanya, gue disuruh ngikutin aja permainan mama. Katanya, dia yakin, kalo takdir udah nentuin kita buat terus sama-sama, semua pasti bakal ada jalannya.”

Aku kembali teringat akan ucapannya tempo hari. Aku bertanya padanya, apakah Shilla mengetahui tentang perjodohan kami. Dan itulah jawabannya. Shilla, memang tidak pernah berubah. Ia memanglah seorang yang bijaksana. Mungkin, karena sifat bijaksananya itu juga yang membuat ia tidak memberitahuka padaku tentang hubungan mereka.

Aku dilanda dilemma. Aku bimbang. Aku galau. Aku bingung. Apa yang seharusnya aku rasakan saat ini? Aku berada diantara dua sisi.

Sisi pertama, keegoisanku berkata, aku sungguh sangat bahagia. Jika memang benar perjodohan ini akan diteruskan hingga kejenjang yang lebih serius, aku tidak akan pernah bisa membayangkan betapa bahagianya aku. Kalian sendiri tau, aku mencintainya sejak lama. Dan sekarang, secara tidak langsung, ia menjadi milikku. Walau aku tau, ia tidak mencintaiku seperti yang aku rasakan.

Sedangkan sisi kedua, rasa prikemanusiaanku berkata, bahwa aku tidak boleh menggunakan kesempatan ini. Aku mtelah merebut kebahagiaan orang. Aku merebut kebahagiaannya dan Shilla. aku telah menjadi benteng di antara keduanya. Aku telah membuat hubungan mereka menjadi berjarak.

Sepertinya, untuk saat ini, aku biarkan dulu keegosianku yang menang. Aku ingin tau, sampai mana semuanya akan berjalan. Apakah aku kuat, apakah aku tahan mengahadapi sikap dingin Rio padaku?
***                           

Bergetar hati ini
Saat mengingat dirimu
Mungkin saja diri ini
Tak terlihat olehmu
Aku pahami itu

Bagaimana caranya
Agar kamu tau bahwa
Kau lebih dari indah
Di dalam hati ini

Lewat lagu ini
Kuingin kamu mengerti
Aku sayang kamu
Kuingin bersamamu

Meski ku tak pernah tau
Kapan kau kan mengerti
Kucoba tuk berharap

Bagaimana caranya
Agar kamu tau bahwa
Kau lebih dari indah
Di dalam hati ini

Lewat lagu ini
Kuingin kamu mengerti
Aku sayang kamu
Kuingin bersamamu

Aku harap suatu saat nanti, kamu bisa mengerti. Bagaimana besarnya cintaku untukmu. Bagaimana besarnya harapku untuk dapat bersamamu.

Aku ingin kamu mengerti, bahwa aku ada di sini. Untuk kamu. Untuk selalu mencintai kamu. Untuk selalu berusaha membuat kamu tau, bahwa aku ingin kamu. Aku ingin memiliki kamu. Aku ingin kamu membalas cintaku.

Semoga Tuhan mendengar doaku. Semoga Tuhan mengabulkan segala doa dan harapanku. Aku menyayangimu, aku mencintaimu. Sungguh-sungguh menginginkan kamu.
***

Hanya Tuhan yang mengetahui, mengapa harapan itu terasa menyakitkan.
***

Aku memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar komplek karena aku merasa suntuk di rumah. Saat melihat ada taman di dekat sana, aku tergoda untuk menapakkan kakiku di sana. Akhirnya aku putuskan untuk masuk ke taman itu.

Tidak begitu ramai. Hanya ada beberapa orang saja yang sedang berpacaran di taman ini.

Aku terus melangkahkan kakiku menyusuri taman ini. Hingga tiba-tiba aku seperti melihat sebuah danau di pinggiran taman. Aku kembali tergoda untuk melihat danau itu. dan aku kembali memutuskan untuk menghampiri danau itu.

Sesampainya di danau, aku menghirup udara dalam-dalam. Lalu kembali menghembuskannya secara perlahan. Em, segar sekali udara di sini. Aku baru tau ada danau di sini. Mana indah sekali lagi.

Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh sudut dan sekitar danau. Dan tiba-tiba mataku berhenti di satu titik. Aku melihat ada dua orang sedang berpelukan di dekat sebuah pohon rindang. Hah?! Berani sekali mereka berpelukan di tempat umum seperti ini.

Ah, sudahlah. Itu bukan urusanku. Akupun kembali menatap danau itu. senang sekali melihat keindahan danau di sore hari ini. Aku dapat melihat indahnya cahaya matahari yang memantul ke tengah danau. Menciptakan keindahan tersendiri. Keindahan yang sangat alami. Membuat air danau yang berwarna hijau gelap itu menjadi bercorak kejingga-jinggaan. Sungguh indah sekali.

“AAH!! RIOOO GELIII!”

Aku tersentak kaget mendengar suara teriakan samar-samar itu. Rio? Apakah Mario Stevano? Apa itu suara Shilla. aku kembali menoleh ke arah dua insan itu. aku melihat mereka berdua sedang berlari-lari saling mengejar. Aku penasaran. Apa benar mereka itu Rio dan Shilla?

Jika dilihat sekilas dari pandanganku, memang mereka berdua seperti Rio da Shilla. tapi sedang apa mereka di sini??

Aku melangkah mendekat ke arah mereka. Dengan langkah hati-hati dan mengendap-endap tentunya. Sekarang aku melihat mereka sedang saling berhadapan. Aku semakin dekat dengan mereka. Dan ternyata si cowo memang benar Rio. Pasti cewe itu Shilla. tidak salah lagi.

Aku berhenti di sebuah pohon besar yang sepertinya cukup untuk bersembunyi. Aku memperhatikan apa saja yang mereka lakukan.

Aku dapat melihat jelas bagaimana Rio mengelus wajah Shilla dengan lembutnya. Hal yang takkan pernah mungkin aku dapatkan darinya. Rio maju mendekati Shilla. ia menyentuh wajah Shilla dengan kedua tangannya. Ia semakin mendekati wajah SHilla. ah, aku tau apa yang akan mereka lakukan.

Aku tak mau menyaksikan secara langsung kemesraan mereka. Melihat adegan demi adegan tadi saja, hatiku sudah seperti dihujam dengan puluhan ribu pedang tajam. Lebih baik aku pergi dari sini.

Aku berbalik, bermaskud untuk pergi, namun naas sekali nasibku. Aku menginjak sebuah ranting pohon, sehingga menimbulkan suara patahan. Aku berharap mereka tidak mendengarnya. Aku langsung kembali melangkahkan kakiku, sebelum suara itu memanggilku.

“hey!” sial! Aku ketahuan!

Aku berhenti melangkah dan berbalik ke arah mereka. Sambil cengengesan kaku, aku meminta maaf.

“maaf ya kalo gue ngangganggu kalian!”

“Ify? elo ngapain di sini??” Tanya SHilla.

“jalan-jalan!”

“bohong! Lo pasti ngikutin kitakan?? Elo pingin ngelaporin gue ke nyokapkan??! Iya kan!!!”

Enak saja si Rio menuduh sembarang! Aku tidak sepicik itu.

“engga kok !!”

“alah, boong!”

“beneran!!!”

“ga usah bohong dh! Cepet tunjukin mana foto-foto yang udah lo ambil tadi!!”

“engga ada Rio! Gue ga ngambil foto apa-apa!!”

“ga usah boong deh lo! gue tau. Elo sekongkol kan sama mama sama mama lo buat ngerencanain ini semua. Gue tau kok, kalo dari dulu lo itu suka sama gue. dan elo bencikan sama Shilla?! elo dendam kan sama SHilla! makanya elo mau ngerusak hubungan gue sama SHilla?! iya kan!?! NGAKU AJA LO!!”

JEDEER

Aku menggeleng-geleng. Tidak Rio! Tidak seperti itu! akupun terkejut saat diberitahu oleh mama tentang perjodohan ini. Aku tidak membenci Shilla! tidak! Walau bagaimanapun, ia pernah menjadi bagian dari kisah hidupku. Aku tidak mungkin menaruh dendam pada gadis sebaik Shilla. jangan menuduhku seperti itu!

“engga Yo! Gue ga pernah berpikir buat ngelakuin itu! engga pernah!”

“Rio, udah! Mungkin emang Ify ga bohong!” ucap Shilla membelaku.

“engga dia pasti boong! Sana kamu masuk mobil! Biar aku yang ngurusin cewe ini!”

“tapi Yo…”

“masuk mobil!!!”

Shillapun lebih memilih mengalah ketimbang diamuk oleh Rio. Sekarang hanya tinggal kami berdua.

“cepetan tunjukin!!”

“tunjukin apa sih Yo!! Sumpah gue ga ngapa-ngapain tadi!”

“HALAH, BOHONG!! Elo pasti sekongkol sama mereka! Apa sih yang lo cari dari gue !?! HAH?! APA?! LO MAU DARI APA DARI GUE!!? lo mau gue peluk!! Lo mau gue cium!!! Lo mau tidur sama gue!!! iya!! Biar lo hamil dan bisa nikah sama gue!!!??”

PLAAAAK

Air mataku menyeruak turun membasahi pipiku. Rio, sungguh, ucapanmu benar-benar membuatku sakit. Aku memang mencintaimu, aku memang mengagumimu, aku memang menyukaimu. Tapi aku tidak pernah berfikir seperti itu! aku tulus! Aku tidak mengharapkan apapun dari kamu! Aku hanya mengharapkan cinta kamu! Hanya itu!! berani-beraninya ia menuduhku seperti itu!?

“heh, asal lo tau ya, tuan Mario yang terhormat! Gue emang cinta sama lo! Gue emang sangat sangat mencintai elo! Tapi asal lo tau, gue engga serendah itu! gue engga sepicik itu! gue engga pernah ngarepin semua itu dari elo! Gue tulus, gue bener-bener tulus sayang sama lo! lo tau, enam tahun gue nunggu elo! ENAM TAHUN!! Apa tapi? Gue ga pernah kan nuntut apapun dari elo! Bahkan ngedeketin elo pun gue ga pernah!!” aku balik membentaknya.

Rio tersenyum miring.

“MUNAFIK tau gak lo!!! kalo lo mau, silahkan bilang sama gue!! BILANG! Bakal gue kasih!!!”

Setelah berucap seperti itu, ia menarik tubuhku mendekat dengannya. Merapat dengan tubuhnya. Dan tak tanggung-tanggung, ia mendekatkan wajahnya padaku. Menghapuskan semua jarak yang ada. Melampiaskan segala emosinya kepadaku. Aku dapat merasakan hembusan nafasnya. Aku dapat merasakan nafasnya yang semakin menyapa wajahku. Membuat nafasku ikut tersengal-sengal seperti ia.

Ia melepaskan secara kasar tubuhku. Hampir saja aku terjatuh, kalau tidak berusaha menahan keseimbangan tubuhku. Air mataku semakin deras.

PLAAAAK

“gue emang cinta sama lo! GUE EMANG CINTA SAMA LO! tapi bukan itu yang gue mau! BUKAN!! Gue mau cinta lo! GUE MAU ELO NGEBALES CINTA GUE!! gue ga pernah ngeharapin apapun dari elo! Cuma cinta lo doang Yo!!! GUE CUMA MAU LO CITA SAMA GUEE!! Tapi ternyata selama ini gue salah menilai seorang Mario Stevano. Gue pikir dia orang yang dewasa. Tapi ternyata, hati dan pikirannya dipenuhin sama SETAN! Gue benci sama lo Yo! GUE BENCI SAMA LO!!”

Akupun berlari meninggalkannya dengan membawa segala perih hatiku. Sakit, sakit sekali diperlakukan seperti itu. sakit sekali dituduh seperti itu. sakit sekali dianggap rendah seperti itu.

Aku tidak pernah mengharapkan ia melakukan itu! TIDAK PERNAH! Aku tulus mencintainya. Sangat tulus! Aku tidak pernah berharap seperti itu. mengapa ia melakukannya??! Mengapa ia menganggap aku seperti perempuan rendahan!?? Aku sakit hati diperlakukan sepertu itu!
***

Semoga ini memang yang terbaik. Aku percaya, bahwa jalan yang telah digariskan untukku, memang itulah yang terbaik.
***

Malam ini adalah malam pertunanganku dengan Rio. Semua sudah sibuk mengurus keperluan yang diperlukan malam ini. Tidak ada yang menganggur, semua sibuk.

Hanya aku yang sedang duduk terdiam di sini. Di belakang halaman rumahku. Memikirkan apakah ini adalah cara yang tepat? Dan berusaha untuk menguatkan mentalku. Semua harus berjalan sesuai dengan rencana.

Mungkin memang inilah yang terbaik. Ini pasti yang terbaik. Aku yakin. Aku sudah memantapkan hatiku. AKU-AKAN-MELAKUKANNYA!

20 menit lagi, pesta akan segera dimulai. Aku sudah siap. Sangat siap. Bahkan dengan segala rencana. Aku sudah sangat siap. Aku hanya menunggu yang lain bersiap.

Aku putuskan untuk kembali masuk ke dalam rumah. Acara akan di mulai di halaman belakang rumahku. Aku akan masuk untuk mengecek sudah seberapa persenkah, semua siap? Ternyata semua memang sudah siap. Termasuk Rio. Ia sedang duduk di ruang tamu. Melamun. Aku tau pasti apa yang sedang ia pikirkan.

Ia pasti sedang memikirkan nasibnya setelah ini. Bagaimana nasibnya? Bagaimana nasib Shilla? bagaimana nasib hungannya dengan Shilla??

Aku tak mau mengganggu lamunannya itu. biarkan saja ia meratapi nasibnya. aku meninggalkannya. Lalu masuk ke dalam kamar mama.

“mah..”

“eh, sayang. Kamu udah siap kan??”

“iya, Ify siap mah…”

“yasudah ayo!! Acara akan dimulai sebentar lagi.”

Aku mengekor mama keluar dari kamar.

‘maafin aku mah…’
***

Semua mata tertuju padaku. Semua mata ingin menyaksikan bagaimana acara tukar cincin malam ini. Aku dan Rio sudah berada di depan. Ya untuk apalagi kalau bukan untuk saling bertukar cincin.

“dan inilah saat yang paling di nati-nanti. Inilah puncak acara pada malam ini. Dipersilahkan untuk ibu Gina, ibunda dari Ify. untuk naik ke atas pentas.”

Mamapun naik ke atas panggung dengan membawa kotak kecil berwarna merah, yang semua orang tau, itu pasti adalah cincinnya.

Aku menarik nafasku dalam-dalam. Aku berusaha meyakinkan diri, aku pasti bisa! Aku pasti sanggup! Aku mampu!

Mama berdiri di hadapan kami berdua. Lalu membuka kotak berwarna merah itu. mama menyodorkan kotak itu pada Rio. Menyuruh Rio mengambil salah satu dari kedua cincin itu untuk disematkan ke jariku.

Rio terlihat sedikit ragu namun pasrah. Ia mengambil salah satu cincin itu, lalu dengan perlahan menarik tanganku. Dengan hati-hati, ia menyematkan cincin itu di jari manisku. Tepuk tangan terdengar dari para tamu.

Kini giliranku yang menyematkan cincin itu di jari Rio. Aku kembali menarik nafasku dalam-dalam. Kembali meyakinkan hatiku, bahwa aku pasti bisa. Ini pasti cara yang tepat dan terbaik untuk semuanya. Okeh Ify, kamu pasti bisa!

Dengan gemeter, aku mengambil cincin itu. mengambil tangan kanan Rio. Sejenak aku menatap Rio yang sedang tertunduk pasrah. Ini kejutan dari aku Yo!

Perlahan aku menyematkan cincin itu ke jari manisnya. Dan saat jari itu masuk ke setengah jarinya, aku kembali meyakinkan diriku! Ini saatnya!

“CUKUP!!!’ teriakku tiba-tiba. Membuat semua menoleh kaget ke arahku. Termasuk rio.

“cukup! Cukup semuanya!!! Aku ga mau ngelanjutin pertunangan ini! Aku ga bisa!! Buka aku yang pantes buat ngedapetin cincin ini! Bukan aku! Bukan aku perempuan yang dicintai Rio! Bukan aku! Rio ga mencintai aku! Ini semua Cuma paksaan!”

Air mata turun perlahan ke pipiku. Sesungguhnya aku tak mampu mengucapkannya. Tapi aku harus melakukannya. Ini demi kebahagiaan Rio. Ini demi semuanya.

“Fy, lo apa-apaan!? Cepet lanjutin!! Lo mau bikin malu kita semua!” bisik Rio padaku.

“engga!! Engga Yo! Gue tau lo ga cinta sama gue! gue sangat tau!!! Gue ga mau ngejalanin ini semua! Gue ga mau ngerasain ini sendirian! Mendingan gue mundur! Semua akan lebih sakit lagi kalo kita terlambat!”

“Ify, apa maksud kamu???!” Tanya tante Amanda.

“Rio udah punya gadis yang dia pilih tante. Dan itu bukan Ify! itu bukan Ify! dan Ify ga mau jadi benteng buat cinta mereka. Ify rela sakit! Asalakan Ify bisa ngeliat Rio tersenyum! ify ga pernah ngedapetin itu tante! Ify ga pernah ngedapetin senyum Rio selama Rio sama Ify. ify ga mau! Ify mau Rio yang selalu tersenyum. dan itu semua Cuma bisa kalo Rio sama-sama Shilla! jadi, bukan Ify gadis yang tepat buat Rio! Shillalah yang tepat tante!!”

Benar-benar sangat sakit mengatakan semuanya. Aku kembali melukai hatiku. Aku kembali menyakiti perasaanku sendiri. Aku lakukan ini, demi mereka. Demi Rio dan Shilla. aku sayang mereka. Aku lebih bahagia jika melihat mereka bersatu. Aku tak mau menjadi benteng diantara mereka.

Aku hanya ingin melihat Rio tersenyum. aku tak mendapatkannya ketika Rio bersamaku. Aku mendapatkannya saat Rio bersama dengn Shilla. senyuman manis khas Rio, tidak akan pernah aku dapatkan.

“gue mohon sama lo Shill, buat maju ke depan!!”

“sekali lagi, buat Shilla, Ashilla Zahrantiara, tolong maju ke depan!”

Dan terlihat Shillapun maju ke depan. Ia menunduk. Aku tau, ia pasti takut di salahkan. Ia pasti takut dihardik oleh orang tuaku dan Rio.

“gue ga pantes ngedapetin cincin ini! Cuma elo yang pantes!!”

Aku melepaskan cincin yang tadi Rio sematkan di jari ku. Rio memandangku dengan tatapan yang entah apa artinya. Aku tau pasti, dia sedang di landa oleh rasa malu, namun bahagia.

“ini, silahkan ulangin acara ini. Sekarang cewenya bukan gue tapi elo! Maaf gue udah ngerusak hubungan kalian…”

Shilla menatapku denganbingung. Aku hanya tersenyum kecil padanya.

“maafin aku ya semuanya. Buat mama papa, tante Amanda, Om, dan buat semua tamu undangan, aku minta maaf kalau udah ngacauin pesta ini. Ini bukan acara aku! Ini acara mereka. Biarin mereka berdua bahagia. Aku ga mau ngeganggu. Mungkin aku bukan takdirnya Rio. Sekali lagi aku minta maaf. Silahkan lanjutkan kembali acaranya.”

Akupun melangkah menjauhi pentas. Aku sekarang hanya akan menyaksikan acara pertunangan Rio dan Shilla dari belakang. Dengan air mata yang terus berurai, aku menyaksikannya. Saat Rio menyematkan cincin itu pada Shilla dengan sebuah senyuman tulus nan manis.

Dan bagaimana Shilla menyematkan cincin itu di jari manis Rio. Yang di sambut oleh senyuman paling manis dari Rio yang menyiratkan kebahagiaan yang luar biasa. Diakhiri dengan tepuk tangan yang meriah dari seluruh tamu undangan. Dan terakhir, Rio mengecup kening Shilla. jagankan dikecup, senyum saja tak ia tunjukkan sama sekali pada saat tadi ia menyematkan cincin itu ke jariku.

Ah, sudahlah, jangan samakan! Karena itu takkan pernah mungkin terjadi padaku! Hanya SHilla yang berhak dan pantas mendapatkannya.

Dan acarapun berlangsung dengan lancar, meski air mata dari tadi tidak henti-hentinya berurai dari mataku.
***

Ternyata, cinta sejati itu memang tidak akan mampu untuk dipisahkan. Bahkan orang tuapun, bukanlah benteng untuk memisahkan cinta sejati. Karena pada akhirnya, cinta sejati memang akan kembali bersatu. Dan tak akan pernah bisa untuk dipecah, dipisah, dihancurkan, bagaimanapun caranya.

Dan aku bahagia. Karena aku mampu mengorbankan kebahagiaanku untuk melihatnya bahagia bersama pilihannya, bersama cinta sejatinya.
***

Aku siap menerima konsekuensinya. Siap sekali, aku siap kalaupun aku akan didepak dari rumah ini. Tadi selesai acara, mama menyuruhku untuk menemui mereka semua di ruang tamu. Aku sudah bersiap dengan segala hukuman yang akan mama dan papa berikan untukku.

Dan kini acara telah selesai. Akupun melangkah dengan penuh keyakinan hati, bahwa apa yang aku lakukan tadi itu tidak salah. Itulah yang terbaik untuk semua. Bukankah segala sesuatu yang dipaksakan itu tidak akan menjadi baik dan berkah nantinya? Aku tidak mau itu terjadi denganku dan Rio.

Semua sudah berkumpul di ruang tamu. Termasuk Rio dan Shilla. walau sedikit takut, aku menghampiri mereka semua.

“ma… malem semua… maaf ya Ify lama..” ucapku sambil menunduk.

“ga usah banyak basa-basi! Cepet jelasin, apa maksud kamu melakukan itu semua tadi!!!” ketus papa.

Aku menggigit bibir bawahku. Aku sedikit takut. Tapi aku harus barani. Kan aku sudah bilang, aku terima segala konsekuensinya.

“maaf pah, mah, semuanya. Tapi menurut Ify, Ify ga pantes ngedampingin Rio. Rio ga bahagia sama Ify. Rio Cuma bahagia sama Shilla. ify ga mau ngerenggut kebahagiaan mereka berdua. Ify rela kok, meskipun Ify yang harus sakit. Ify rela berkorban, supaya mereka bisa bahagia..”

Ah, sial. Aku menangis lagi. entah mengapa jika mengingat itu semua, aku pasti menangis.

Semua terdiam melihatku. Semua menghela nafas bersamaan. Mama bangkit dari duduknya. Lalu menghampiriku.

“kamu… udah bikin kita malu! Kamu menghancurkan segala rencana kita, Ify!”

“ify tau mah.. ify tau Ify kurangajar! Ify siap dihukum apa aja. Ify siap mah..” aku masih menunduk.

Semua terdiam sambil menatapku. Aku menunduk. Aku tak berani melihat mereka semua. Apalagi melihat mama dan papa. Aku telah mengecewakan mereka. Aku membuat mereka malu.

Tapi ternyata, mama tidak menamparku ataupun menghukumku. Mama… memelukku.

“tapi mama bangga sama kamu! Mama bangga kamu udah berani berkorban. Mama bener-bener bangga sama apa yang udah berani kamu perbuat tadi!”

“papa juga bangga sama kamu! Papa ga nyangka ternyata anak papa punya jiwa ksatria.”

“om sama tante juga sangat bangga sama kamu Fy! Kami bangga kamu berani mempertaruhkan kebahagiaan kamu, merelakan kebahagiaan kamu untuk melihat orang lain bahagia. Kami salut sama kamu.”

Aku kembali menitihkan air mata mendengar mereka berucap seperti itu. aku senang. Aku bahagia. Aku bangga. Aku sudah berani melakukannya tadi. Meski hatiku sakit. Meski aku benar-benar terluka. Tapi itu semua sudah terobati melihat senyum Rio yang dari tadi terus berkembang.

“Ify, gue makasih banget Fy sama lo! lo bener-bener hebat! Gue salut sama lo! lo berani ngambil keputusan kaya tadi. Lo berani ngelakuinnya kaya tadi, dan lo berani ngakuin semuanya di depan orang banyak! Gue salut sama lo! kalau gue yang ada diposisi lo, mugnkin gue ga akan kepikira buat ngelakuin itu.” ujar Shilla.

Aku tersenyum padanya.

“makasih baget. Gue juga minta maaf karna waktu itu gue sempet ngeboongin elo. Gue ngerahasiain hubungan gue sama Rio dari elo! Elo boleh nampar gue. gue terima..”

Aku menggeleng antusias.

“engga Shill, elo ga salah. Gue yang salah. Gue aja emang yang ga tau diri. Ga punya malu. Harusnya ue ga usah kaya gitu. Padahalkan jelas-jelas Rio ga suka sama gue..”

“gue juga bangga Fy sama lo. makasih banget karna lo udah rela ngorbanin semuanya, Cuma buat gue, buat kita..” Rio menghampiri aku.

“sama-sama. Longlast buat lo berdua. Semoga kalian bakal bertahan sampe kakek nenek.”

“amin… dan gue minta maaf buat kejadian tempo hari di danau. gue bener-bener minta maaf…”

“gapapa. Gue udah lupain semua itu kok.”

Ia kembali tersenyum.  ah, Aku benar-benar bahagia sekali malam ini. Semua rasa sakit yang aku rasakan, terobati dengan kebahagian malam ini. Aku bahagia melihat semua tersenyum bahagia. Aku pun bahagia karena mereka semua menerima keputusanku.

Dan yang paling membuatku bahagia, senyuman Rio yang sedari tadi tidak hilang sama sekali dari wajahnya. Ia terus menyunggingkan senyumannya. Aku benar-benar bahagia melihatnya.

Hidupku masih panjang dan akan terus berlanjut. Aku percaya, akan ada yang lebih baik dari Rio. Aku sangat yakin akan hal itu. mulai sekarang, aku harus menghapus nama Rio dari hatiku. Aku harus mencoba menatap dunia luar, laki-laki bukan hanya Rio. Masih banyak.

Suatu saat nanti, aku akan menemukannya. Aku pasti akan menemukannya. Aku percaya takdir Tuhan. Aku percaya keajaiban. Ini mungkin memang takdirku. Bukan bahagia bersama Rio.

Aku harus bisa melepaskan bayang-bayang Rio dan segala harapan tentang Rio yang sampai kapanpun tidak akan pernah bisa jadi kenyataan itu. aku harus bisa. Aku pasti bisa. Mengorbankan hatiku saja aku bisa, masa hanya untuk menghapus nama Rio dari hatiku saja aku tidak bisa.

Doakan aku, agar aku mampu menjalani semuanya. Agar aku bisa mendapatkan yang lebih baik. Inilah yang terbaik. Ini yang paling baik. Ternyata berkorban itu tidak begitu menyakitkan.

Dan untuk kalian semua, jangan segan-segan untuk melakukan apaun yang kalian anggap benar. Apa yang hati kalian rasakan, itu belum tentu sama dengan akal kalian. Makanya kalau kalian mau memutuskan sesuatu jangan hanya menggunakan hati kalian, tapi juga akal kalian.

Semoga sepenggal perjalanan hidupku ini, bisa memberikan inspirasi atau motivasi buat kalian semua. Semoga cerita hidupku ini, bisa memberikan banyak manfaat buat kalian semua. Aku selalu berharap yang terbaik untuk kita semua. Semoga Allah akan selalu mempermudah segala sesuatu yang kita harapkan. amin.

TAMAT


PLETAK PLETAK PLETAK

KABUUUUURR !!!!

Maaaaf , maaf . tolong jangan hukum aku temen-temen. Aku tau aku salah. Aku tau ini jelek. Aku tau ini ga banget! Maaf….

maaf juga yang engga ke tag...

Karena bingung mau ngasih judul apa , akhirnya dapetlah judul yang engga nyambung gini . hehe

Tapi hutangku lunas yaa.. udah ada tulisan tamat tuh. Berarti ga ada kelanjutannya lagi. udah ah, aku udah cape mikirin ide buat ngelanjutin cerita ini.

Maaf banget sekali lagi karna cerita ini ancur, aneh, jelek, panjang baget, bikin ngatuk, ngebosenin. Yaah, kurang lebih pasti kaya gitukan???

Yaudah, silahkan berkomentar sepuas kalian. Boleh marah-marah. Boleh protes. Boleh ngritik. Boleh maki-maki. Bolhe nanya. Boleh sharing. Boleh muji :p –oke yang ini ngarep banget-. Pokoknya ngeluarin uneg-uneglah! Apa yang kalian rasain tentang cerita ini. Boleh kalian keluarin semuaya. Dari cerita yang pertama, sampai yang ini, boleh kalian keluarin semuanya.

Makasih buat yang udah mau baca cerita ini, juga yang sebelum-sebelumnya. Makasih juga buat yang udah ngelike sama koment. Makasih buat dukungannya, makasih buat semangatnya. Makasih buat kalian semua yang udah percaya sama aku buat terus nulis, padahal tulisannya ancur begini..

Makasih yaa semuanya.. love yuuu all :*