Sunday, January 22, 2012

Pilihan Hati (Part 2)



Di ruangan itu kini yang terjadi hanyalah hening. Tak ada yang mengeluarkan suara sedikitpun. Mereka bertiga sejak tadi hanya saling menetralkan perasaan masingmasing yang sebelumnya dikuasai oleh emosi.

“lo tadi mau ngomong apa Vin?” tanya Rio memecah keheningan yang hampir 20 menit terjadi di sana.

Alvin, temannya yang ditanya tadi langsung menoleh ke Rio lalu menghembuskan nafasnya.

“gue ga suka lo kasar sama…”

“cewe itu!?” sebelum Alvin menyelesaikan kata-katanya, Rio langsung menyalib ucapan Alvin yang sudah tau ke mana arahnya itu dengan sinis. Rio berdecak.

“dia punya nama Yo!!” sungut Alvin kesal karena Rio seakan tak sama sekali menganggap gadis yang dimaksudnya.

“so??? Gue peduli!?? Itu bukan urusan gue!!” sahut Rio dengan cueknya.

“bisa ga sih lo hargain dia Yo!?? sedikiiit aja!!!” sahut Alvin kesal.

“kenapa sih lo selalu nyuruh gue buat ngehargain dia???! gue tuh sama sekali gasuka sama cewe macem Shilla itu Vin!” sentak Rio langsung bangkit dari posisi duduknya dan berdiri di depan Alvin yang sedang terduduk di salah satu kursi di ruang OSIS itu.

Alvin mendongak memicingkan matanya ke arah Rio. lalu bangkit dari duduknya dan berdiri berhadapan dengan Rio yang sedang menatapnya tajam.

“bener kata anak kelas sepuluh tadi, kalo lo…. ga punya hati!!!” ujar Alvin sambil menunjuk dada Rio. Rio semakin menatapnya sengit.

“kalo lo suka sama cewe itu, kenapa ga lo aja yang ngelindungin cewe itu!?? kenapa lo nyuruh gue buat ngehargain dia?? lo ga takut dia makin suka sama gue???!” tanya Rio sengit.

“asal dia seneng!!” sahut Alvin sedikit merendahkan nada bicaranya. Membuat Rio tersenyum miring mendengarnya.

“pengecut!” cibir Rio seraya mundur beberapa langkah menjauhi Alvin sambil tersenyum miring, meremehkan.

Alvin langsung menoleh menatap Rio yang kini sudah berada sekitar 1,5 meter dihadapannya. Ia memicingkan mata sipitnya itu.

“maksud lo apa?!” tanya Alvin tak terima dibilang pengecut oleh Rio.

“lo ngertilah maksud gue!” jawab Rio seadanya dengan santai tak berniat menjelaskan apa maksud ucapannya tadi.

“gue cuman pengen ngeliat dia seneng!! Itu aja!!” seru Alvin kesal.

“munafik lo Vin!! Lo cintakan sama dia?? gue yakin lo pasti punya hasrat buat milikin dia! kenapa lo ga berjuang buat dapetin dia?!! ngapain lo Cuma ngumpet di belakang layar ngeliatin dia setiap hari gelayutan di sebelah gue???!” tanya Rio tenang dan santai sambil menyenderkan tubuhnya di dinding.

“karna gue ga bisa berbuat apa-apa. Ah udahlah! Gue ga mau bahas masalah ini! Kka, ayo kita ke kantin! Gue haus..” Alvin langsung pergi dari ruangan itu di susul oleh Cakka –teman Rio dan Alvin- yang sedari tadi hanya menyaksikan saja adegan demi adegan yang terjadi di depannya.

Rio menatap punggung Alvin dan Cakka yang menghilang dari balik pintu. Lalu ia tersenyum miring.
*****

Ify celingak-celinguk mencari tempat duduk yang kosong di kantin. Pada saat free seperti ini, pasti kantin akan selalu dipadati oleh penghuni seolah terutama murid – murid dari yang memang perutnya melilit kelaparan, hingga yang hanya sekedar ingin bersenda gurau dengan sahabat-sahabat tercinta.

Ify mengedarkan seluruh pandangannya ke seluruh penjuru kantin. Dicarinya meja kosong yang sekiranya bisa ditempatinya dan Sivia.

Ketika sedang menelusuri seluruh isi kantin, tiba-tiba matanya tertuju pada seseorang yang sedang duduk mengaduk-aduk minumannya sambil bercengkrama dengan teman-temannya. Ify memicingkan matanya memastikan bahwa ia tak salah lihat.

Sekilas senyumnya mengembang di wajahnya. Senyuman miring. Sivia yang disebelahnya menatapnya bingung.

‘saatnya pertunjukan!’ batin Ify puas.

Ify melangkah menghampiri orang itu dengan membawa semangkuk bakso yang tadi sudah ia aduk dengan saus dan sambal yang banyak. Ketika hampir mendekati sosok tadi, Ify sedikit mengurangi kecepatan langkahnya. Masih sambil tersenyum miring, Ify melirik sosok itu dari ekor matanya.

‘hahaha’ tawanya dalam hati membayangkan apa yang akan terjadi nanti.

Ify terus berjalan dengan santai ke arah sosok itu. saat sudah mendekat, tiba-tiba sajaa…..

‘SYUUUUR’

Seketika seluruh mata tertuju ke arah mereka.

Ify melongo melihat baksonya sudah berceceran sebagian di lantai dan sebagian lagi di celana serta baju laki-laki itu. Dengan secara sengaja namun pura-pura tidak sengaja ia menumpahkan bakso itu.

“aaa maaf ya kak Rioo…” ucap Ify -pura-pura- menyesali perbuatannya.

“syhiiiit!!!” maki Rio menganga meratapi bajunya yang kotor, basah dan panas itu.

Ify langsung mengambil tissue yang berada di meja belakangnya lalu membersihkan baju dan celana Rio. Alvin dan Cakka serta Sivia melongo melihatnya. Terlebih lagi Sivia.

Rio langsung bangkit berdiri dan menghadapkan dirinya ke Ify. Ditatapnya Ify tajam.

“maksud lo apa???! Hah!??” tanya Rio tajam

Ify mengatupkan bibirnya dan mengalihkan pandangannya ke arah lain. Lalu kembali menatap Rio dengan tatapan –pura-pura- menyesal.

“gue ga sengaja kok kak…” ucap Ify seperti memohon.

Rio menatap Ify dengan tajam bagaikan ingin menerkam gadis dihadapannya itu. lalu mengehembuskan nafas jengkel.

“liat aja, lo bakal gue bales nanti!” ancamnya dan langsung pergi dari sana diikuti dengan Alvin dan Cakka yang hanya bisa geleng-geleng kepala melihat Ify.

Ify hanya memasang tampang –pura-pura- bersalah dan menyesal dihadapan mereka bertiga. Setelah mereka pergi, barulah Ify tersenyum puas. Sivia hanya mampu geleng-geleng kepala melihatnya.

“nekat lo Fy!” bisik Sivia sambil berpindah tempat di samping Ify dan mengikuti Ify melihat ke arah Rio, Alvin, dan Cakka yang berjaan keluar dari sana.

“gue ga takut sama dia…” uja Ify datar sambil terus memperhatikan Rio yang melangkah dengan wajah marahnya.

Sivia kembali geleng-geleng kepala mendengar jawaban Ify itu.
*******

“aaaarghhh, gilaaa!! Ini panas banget tau gaak!!!?” Rio membersihkan baju dan celananya yang panas itu dengan air kran di wastafel toilet.

Alvin dan Cakka hanya memperhatikan Rio di belakangnya.

“kayanya dia benci banget sama lo Yo.” ucap Alvin menerawang.

“bener tuh Yo kata Alvin. Gue setuju sama Alvin.”

Rio menghentikan aktifitasnya lalu menoleh ke belakang ke arah Alvin dan Cakka. Ia mengernyitkan kening mendengar pernyataan Alvin dan Cakka.

“kenapa dia bisa benci banget sama gue? atas alasan apa?” tanya Rio.

“ya mana gue tau Yo.” jawab Alvin.

“mungkin lo terlalu jelek buat dia Yo..” jawab Cakka ngaur yang langsung mendapat tatapan tajam dari Rio dan jitakan dari Alvin. Cakka meringis.

“gue seriuss!!!” ucap Rio datar namun tajam. Membuat Cakka kicep juga.

“iye iye sori. Serem amat tampang lu Yo…” gumam Cakka sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Rio menatap lurus ke bawah, menerawang. Mencoba mencari jawaban yang tepat atas alasan dari pernyataan Alvin itu. Pasti ada alasan dari semua perlakuan yang di terimanya dari gadis itu. Dari awal pertemuannya dengan Ify, Ify sudah bereaksi sangat aneh.

Saat mereka bertabrakan di koridor kemarin, tiba-tiba saja Ify menangis. Kemudian Ify bereaksi lain lagi saat ia tiba-tiba hadir di kantin, Ify menatapnya dengan penuh ejekan dan rasa benci yang mungkin membara.

Dan tadi, tadi Ify tiba-tiba saja menumpahkan bakso ke bajunya. Benar benar aneh sekali. Bukankah hampir semua gadis di sekolah menggilainya? Tapi mengapa gadis itu malah justru kebalikannya?

Rio menarik ujung bibir kanannya sehingga membentuk sebuah senyuman miring. Entah apa yang dipikirkannya. Alvin dan Cakka hanya bisa geleng-geleng kepala melihat kelakuan temannya ini.
********

“Fy, lo nekat banget sumpah!!” Sivia benar-benar tak habis pikir sama apa yang tadi dilakukan oleh sahabatnya itu.

Tindakan di luar batas wajar yang dilakukan oleh junior pada seniornya. Apalagi tadi yang Ify kerjai itu Rio, Mario Stevano Aditya Haling. Kaka kelas yang dihormati oleh para senior, bahkan teman seangkatannya. Para guru pun segan dengan Rio. tapi kenapa Ify malah berani banget ngerjain Rio?

Ify menatap bayangan dirinya di kaca besar yang ada dihadapannya itu. ia tersenyum puas mengingat kejadian di kantin tadi. Jarang-jarang bisa ngerjain makhluk macem Rio kaya gitu. Pikirnya.

“gue udah terlajur benci sama dia, Vi.” Ungkapnya datar sambil menatap lurus ke bayangannya di cermin.

“gara-gara mantan lo itu??? ayolah Fy. Mereka beda. Mereka ga sama. Dan ka Rio ga sejahat mantan lo itu..” Sivia mencoba meyakinkan Ify, bahwa Rio bukanlah mantannya. Mereka berbeda, mereka tidak sama.

“mereka sama! Lo ga liat kejadian di kantin kemaren? Liat ga apa yang dia lakuin ke Shilla!?? he is evil. And I very hate him!!!”

“tapi Fy….”

“I don’t care!! Yang penting gue puas..”

Ify langsung berbalik badan dan keluar dari dalam toilet itu. Sivia menggeleng-gelengkan kepalanya.

“dasar Ify keras kepala..” gumamnya lalu mengikuti Ify keluar dari toilet.

Saat keluar dari toilet, tiba-tiba saja, Ify berpapasan dengan Rio yang sedang berjalan dengan Alvin dan Cakka yang mengikutinya. Mereka berdua saling menatap tajam. Sivia yang sudah ada di sampingnyapun menyikut lengan Ify. Ify tersenyum miring dan langsung melangkah pergi.

Rio menatap kepergian Ify dari hadapannya itu dengan pertanyaan-pertanyaan aneh yang bergelayut dipikirannya. Namun satu pertanyaan besar yang benar-benar membuatnya bingung. Mengapa gadis itu sepertinya begitu membencinya?
*******

Sungguh menyebalkan sekali. Pagi-pagi Sivia sudah ditugaskan untuk membawa buku dari perpus ke kelas untuk digunakan dipelajaran pertama nanti.

Salahnya juga sih tadi pagi-pagi udah masuk ke perpus. Akhirnya kan malah disuruh untuk membawa buku sebanyak itu ke kelas. Dengan tergopoh-gopoh, dibawanya buku-buku menuju ke kelasnya sendirian.

“aah, bu Winda rese banget sih!! Masa gue disuruh bawa ni buku sendirian.” Sivia mendumel sendiri di koridor sekolah.

“mana berat banget lagi… errr…” Sivia masih berusaha membawa buku-buku itu dengan sekuat tenaganya. Sebelum seseorang berteriak mengagetkannya.

“EEH AWAAAAAASSS!!!!”

Namun teriakan itu terlambat. Belum sempat Sivia bersiap-siap, bola berwarna orange itu sudah menghantam kepalanya. Dan Siviapun terjatuh bersamaan dengan buku-bukunya juga.

“aaaaw, sakiiiiit… errrr” Sivia mengerang sambil menjambak rambutnya.

“sori sori gue ga sengaja…” orang yang tadi melempar bola ke Sivia menghampiri Sivia dan meminta maaf.

“enak banget lo sori sori. Kalo main basket tuh yang bener dong!!!” Sivia mengomeli pelaku bola basket nyasar ke kepalanya itu.

“eh” ceplos Sivia ketika ia melihat siapa pelakunya itu.

“iya iya sori, gue ga snegaja. Lo gapapakan???” tanyanya.

Sivia menggelengkan kepalanya sambil memandang laki-laki dihadapannya itu.

DEG

Sebuah perasaan aneh menyeruak masuk ke dalam hatinya. ia seperti terhipnotis melihat lakilaki itu. ada apa? Ada apa dengan hatinya? ada apa dengan jantungnya? Ada apa dengan perasaannya?

“heyy, kok bengong??? Heey!!”

“eh” Sivia terkesiap kala tangan orang itu terlambai-lambai di hadapannya. Jantungnya masih berdetak di atas kecepatan normal. Ia berusaha menetralkan kembali detak jantungnya. Sivia tersenyum salah tingkah.

“maaf kak..”

“loh kok jadi elo yang minta maaf? Kan yang lempar bola gue??”

“ha??? Eeh…. Ee.. itu kak… em.. i.. iyaa… hehe” Sivia merutuki kata kata yang keluar dari mulutnya kala ia melihat kaka kelasnya itu mengerutkan kening bingung lalu terkekeh kecil.

“haha, ada ada aja sih lo. ga usah gugup gitu kali. Gue ga gigit lo kok…” kaka kelas itu kembali terkekeh.

Sivia tersenyum simpul salah tingkah. Malu sekali ia. lalu ia teringat bahwa ia tadi sedang membawa buku-buku dari perpus ke kelas. Ia pun mengalihkan pandangannya ke buku-buku yang berserakan itu, lalu dirapikannya kembali buku-buku itu.

“eh, sini gue bantu..”

“gausah kak Alvin. Gue sendiri aja..”

“beneran??”

Sivia mengangguk meyakinkan. Dilanjutkannya kembali kegiatannya membereskan buku-buku sebanyak 36 itu sesuai dengan jumlah siswa di kelasnya. Setelah selesai menata buku-bukunya, ia kembali berdiri sambil membawa buku-buku itu.

Namun naas (??) ternyata kepalanya sedikit pusing akibat benturan terhadap bola basket tadi. Dan ia hampir saja tumbang jika Alvin tidak menahan tubuhnya.

“tuhkan… sok kuat sih.. sini gue bantuin…” Alvin mengambil setengah dari buku yang Sivia bawa. Sivia terkekeh malu karena ketauan juga.

“thanks kak…”

Alvin menoleh lalu tersenyum.

DEG

Sekali lagi perasaan itu kembali menyergap ke dalam hatinya tanpa disuruh dan tanpa bisa dicegah. Sivia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia tak mau Alvin melihat pipinya yang mungkin kini telah memanas dan memerah.

“ayo. Ntar keburu gurunya masuk loh..” Alvin membuyarkan lamunan Sivia. Siviapun mengangguk dan berjalan menuju ke kelasnya beriringan dengan Alvin.
*****

Sivia tidak bisa fokus terhadap penjelasan bu Winda di depan kelas. Senyuman Alvin tadi terbayang terus tanpa bisa dicegah olehnya. Sivia berulang kali tersenyum sendiri ketika senyuman itu terbayang nyata di benaknya.

‘kok gue bisa baru nyadar sekarang ya kalo ternyata ka Alvin tuh ganteng banget.’ Batinnya.

Ify yang berada di sebelahnya mengerutkan kening melihat kelakuan aneh Sivia. Kenapa Sivia senyum senyum sendiri? Tumben-tumbenan amat.

“Vi…” Ify menyenggol lengan Sivia. Sivia menoleh ke Ify. masih sambil senyum-senyum.

“kenapa lo??” bisik Ify heran.

Sivia hanya tersenyum, lalu kembali menghadap ke depan dan kembali membayangkan senyuman Alvin tadi tanpa berniat menjawab pertanyaan Ify tadi.

Ify mengerutkan keningnya makin dalam. Lalu mengangkat kedua bahunya. Masa bodohlah. Palingan juga lagi kesambet nih anak satu, batinnya.
*****

Bila cinta menggugah rasa
Begitu indah mengukir hatiku
Menyentuh jiwaku
Hapuskan semua gelisah

Duhai cintaku duhai pujaanku
Datang padaku tetap di sampingku
Kuingin hidupku
Selalu dalam peluknya

Terang saja aku menantinya
Terang saja aku mendambanya
Terang saja aku merindunya
Karna dia… karna dia begitu indah

Duhai cintaku duhai pujaanku
Peluk diriku dekaplah jiwaku
Bawa ragaku melayang
Memeluk bintang

Terang saja aku menantinya
Terang saja aku mendambanya
Terang saja aku merindunya
Karna dia… karna dia begitu indah

Sivia tersenyum sendiri membayangkan kembali senyuman Alvin. Jari-jari lentiknya baru saja menari-nari di atas tuts-tuts hitamputih piano di ruang musik yang berada di sekolahnya. Jam istirahat ia pergunakan untuk menyanyikan sebuah lagu yang menggambarkan isi hatinya itu.

“kak Alviiin…. Lo bener-bener bikin gue ga ngerti, ada apa sama perasaan gue…” gumam Sivia sambil tersenyum membayangkan kembali kejadian tadi pagi di koridor.

Padahal baru saja beberapa jam lalu hatinya dibuat tak karuan oleh Alvin. Kini perasaan itu seperti berkoar-koar di dalam hatinya. tak pernah ia merasakan semua ini sebelumnya.

“mungkin ga ya gue bisa ngedapetin lo kak???” tanya Sivia menerawang. Apa mungkin ia bisa mendapatkan Alvin yang notabennya adalah salah satu kaka kelas yang disegani oleh seluruh murid di sekolah ini dan menjadi idaman hampir seluruh siswi di sekolah.

“ah, apa salahnya dicoba…” Sivia kembali bergumam. Ia takkan menyerah sebelum mencoba.

Semoga saja suatu saat nanti ia mampu menyentuh hati kaka kelas itu. semoga saja..
*******

Rio, Alvin, dan Cakka berlari-larian memperebutkan satu bola basket untuk mencetak angka. Inilah kegiatan rutin mereka setiap istirahat sebelum makan di kantin. Tidak perdli terhadap teriakan-teriakan yang terdengar hampir di seluruh sudut sekolah dari lantai satu hingga lantai tiga.

Tiba-tiba mata Rio menangkap satu sosok yang dua hari ini bergelayutan di benaknya karena pertanyaan pertanyaan aneh yang belum terjawab. Rio memicingkan matanya memastikan bahwa yang sedang berjalan di koridor itu memang benar Ify.

Tiba-tiba saja Rio teringat akan insiden yang terjadi di kantin kemarin. Dan muncullah satu ide untuk membalas gadis itu. Rio menatap bola basket yang ada di tangannya itu lalu kembali menatap ke arah Ify sambil tersenyum miring.

‘rasain nih bola basket.’ Rio memfokuskan Ify sebagai ring yang siap dimasukkan bola untuk mencetak angka imbang untuk gadis itu. lihat saja, ia tak akan kalah kali ini.

Alvin dan Cakka menatap bingung Rio yang tiba-tiba berhenti bermain. Namun tak ada niat untuk bertanya apalagi mengusik Rio. akhirnya mereka hanya bisa melihat apa yang sebenarnya akan Rio lakukan.

‘satuuu…’ Rio berhitung dalam hati.

‘duaaa…’ diangkatnya bola itu dan siap untuk dilemparkan ke sasaran.

‘ti…gaa’

HAP!!

DUKKK

“aaaw!!!” pekik Ify langsung terjatuh kala bola orange itu mendarat tepat di kepalanya.

Rio tersenyum puas melihat bolanya tepat pada sasaran.

Alvin dan Cakka melotot sambil saling berpandang.

“kayanya di sekolah ini bakal ada peperangan heboh nih Vin..” bisik Cakka.

Alvin mengangguk menyetujui ucapan Cakka.

Ify menoleh ke lapangan yang rada ramai itu. diintipnya dari celah yang terlihat. Ternyata benar dugaannya. Pasti perbuatan Rio. dengan kesal, diambilnya bola basket itu lalu dihampirinya Rio di lapangan.

“lo kan yang lempar bola ini ke gue???” tanya Ify geram.

Rio hanya mengerutkan keningnya lalu melipat kedua tangannya di dada. Seketika lapangan itu menjadi hening.

“udah tau ngapain nanya.” Sahut Rio santai membuat Ify semakin geram.

“oh lo nantangin gue!??” tanya Ify dengan nada menantang.

Rio menaikkan satu alisnya. Lalu mengangguk mantap.

“ya..” jawabnya sekenannya.

“okeh, kita one on one!!!!” tantang Ify mantap.

Rio semakin dibuat bingung oleh gadis dihadapannya ini.

‘berani juga dia’ batinnya.

“okeh, siapa takut!!”

Ify tersenyum sinis dan semakin merasa tertantang untuk mengalahkan lakilaki dihadapannya ini. lihat saja, akan dihabisinya laki-laki dihadapannya ini.

“Kka, mundur! Vin, lo jadi wasit! Ni cewe nantangin gue one on one.” Perintah Rio.

Alvin dan Cakka kembali saling pandang. Mantep banget ni cewe satu. Berani banget sma Rio. gapernah ada sebelumnya cewe yang berani nantangin Rio main basket. Mungkin Ify belum tau kali ya kemampuan Rio bermain basket seperti apa. Makanya dia coba-coba. Ckck. Pikir Cakka dan Alvin.

Cakka mundur ke belakang tepatnya ke bawah pohon di pinggir lapangan sekalian berteduh. Sedangkan Alvin menghampiri Ify dan Rio.

Rio dan Ify kini sudah berdiri berhadapan, dan saling bertatapan sengit. Bisik bisik mulai terdengar dari seluruh murid murid yang menyaksikan.

“okeh, siap yaa??” tanya Alvin yang sudah berdiri di antara mereka berdua dan mengangkat bolanya sebatas dada.

Rio dan Ify mengangguk mantap.

“siap!”

“satu…. Dua…. Ti..ga!!!”

Bolapun dilempar ke atas setelah peluit dibunyikan. Rio berhasil menguasai bola. Teriakan-teriakanpun langsung terdengar kembali. Semua meneriakan nama Rio. memberikan dukungan untuk Rio, meskipun mereka yakin, Ify tak akan bisa mengalahkan Rio.

Ify masih berusaha menggocek pertahanan Rio. ketika bola akan dilempar oleh Rio untuk dimasukkan ke dalam ring, dengan mudahnya Ify melompat dan menangkap bola itu. gagal sudah usaha Rio untuk mencetak angka pertama.

Alvin dan Cakka geleng-geleng kepala melihat Ify yang berhasil menggagalkan skor untuk Rio.

Ify mendrible bole itu. dikuasainya bola itu tanpa memberikan kesempatan untuk Rio mengambil kembali bola tersebut. Kini posisi terbalik. Rio yang menggocek pergerakan Ify untuk mencetak angka pertama. Ify menatap Rio sengit, begitupun dengan Rio.

Ify mundur beberapa langkah. Rio mengikuti Ify. ia maju untuk mengunci pergerakan Ify. ify masih menguasai bola. Di driblenya bola itu, lalu ia mundur dan langsung berlari memutar melewati pinggir Rio dan langsung melompat memasukkan bola ke ring.

Dan HAP!!

“masuk!!” teriak Ify.

Alvin meniup pluit pertanda satu skor untuk Ify. Ify tersenyum puas sambil menatap Rio dengan tatapan meremehkan.

Alvin, Cakka, dan seluruh penonton berdecak kagum melihat cara Ify membuat skor pertamanya mengalahkan Rio. Rio melongo sejenak menyaksikan kekalahan untuk skor pertama yang Ify ciptakan.

‘gila niih cewe.. ga main-main dia.’ batin Rio kaget.

Rio menangkap bola yang menggelinding ke arahnya. Lalu di driblenya bola itu. Ify menghalangi pergerakan Rio. takkan ia biarkan sedikitpun fokusnya lengah terhadap Rio.

Rio mundur beberapa langkah dan dengan gerakan cepat ia lempar bola itu menuju ring. Namun Ify kembali berhasil menggagalkan usaha Rio itu. dipukulnya bola itu sehingga bolapun melenceng. Dan Ify langsung berlari mengejar bola itu dan ia kembali menguasai bola.

Rio berdecak kesal. Pinter banget sih ni cewe! Pikirnya gondok.

Alvin dan Cakka geleng-geleng kepala melihat permainan Ify.

“sumpah Vin, keren banget basketnya si Ify!” puji cakka terkagum-kagum.

“yoi Kka, Rio aja bisa dia kalahin. Gilaa banget ni cewe..”

Ify berlari memutari lapangan masih menguasai bola. Rio mengejar Ify beruasah menggagalkan usaha Ify seperti yang tadi Ify lakukan terhadapannya.

‘kali ini ga akan gue biarin dia nyetak angka lagi.’ batin Rio.

Ify berhenti di ujung lapangan. Masih mendrible bolanya. Rio tersenyum sinis. Ia yakin, Ify takkan mampu memasukkan bola ke dalam ring dari jarak sejauh itu.

Ify menatap sengit Rio yang berdiri dihdapannya dan masih berusaha menggagalkan aksinya. Ify memfokuskan pandangannya antara bola, ring, dengan Rio. ify mundur beberapa langkah lalu melompat dan HAP!!

“MASUUUUK!!!” teriak Ify sambil melompat senang.

2-0 untuk Ify.

Alvin kembali meniupkan pluit. Semua penonton kembali berdecak kagum.

Rio kambali melongo melihat bola itu dengan mulus masuk ke dalam ring tanpa cacat sedikitpun.

‘demi apa ni cewe gila banget!!’ batinnya benar-benar tak percaya. Ify tersenyum puas melihat ekspresi Rio.
*****

Sivia mencoba misi sana sini untuk melihat apa yang sedang terjadi di lapangan. Ia sedikit bingun. Ramai sekali. Lapangan dipenuhi oleh murid-murid Global Bintang.

Ketika telah sampai di pinggir lapangan, Sivia ternganga melihat Ify yang sedang beradu dengan Rio.

“Ify??? Kak Rio???”

“gila bener tuh si Ify. ckck”

“udah berapaberapa skornya??” tanya Sivia ke siswi yang berdiri di sebelahnya.

“2-0”

“siapa yang dua???”

“Ify!”

“HAAAA???” pekik Sivia kaget.

“se..seriusss???” tanya Sivia tak percaya.

Siswi itu mengangguk membuat Sivia semakin shock.

“gilaa tuh si Ify…”
*****

Rio kembali menguasai bola. Ia ingin balas dendam. Tidak terima dikalahkan oleh cewe macam Ify.

Namun Ify masih terus berusaha membuat Rio terkecoh dan tidak fokus.

Rio mendrible bolanya itu. Ia sudah siap-siap akan memasukkan bola itu dan membuat three points. Ia berlari dan melompat. Daaan…

KRIIIIIIIING

Bunyi bel pertanda waktu istirahat telah habis membuyarkan fokus Rio. dan alhasil, bolapun melenceng.

Alvin meniupkan peluit tanda waktu pertandingan telah habis.

“yaaaaah….” Koor seluruh penonton kecewa atas kekalahan rio. lalu merekapun bubar.

“aaargh, siaal!!” decak Rio kesal.

Ify tersenyum puas lalu mengahampiri Rio.

“dua kosong!!!” serunya santai namun penuh penekanan.

Rio menatap tajam Ify.

“gimana? Masih mau ngeremehin gue?? liat kan??? lo. kalah. Telak!!” ucap Ify degan penuh penekanan di akhir kalimatnya.

Rio menghembuskan nafas jengkel.

“makanya, jangan mainmain sama Ify!!!” seru Ify sambil tersenyum meremehkan lalu pergi dari lapangan menghampiri Sivia yang berada di pinggir lapangan yang masih terbengong bengong menyaksikan kekalahan telak Rio atas Ify.

Ify langsung merangkul Sivia dan mengajaknya pergi dari lapangan.

Rio menatap kepergian Ify dan Sivia dengan tajam.

Alvin dan Cakkapun menghampiri Rio.

“gila Yo!! tuh cewe ga mainmain ternyata! Permainannya ga bisa dianggep biasa biasa aja Yo!” Alvin berdecak kagum sambil ikutan menatap Ify dan Sivia.

Cakka mengangguk menyetujui.

“aaassh, tau ah!!! Gue ga percaya tu cewe bisa ngalahin gue sampe gue bener-bener NOL!!!” Rio mengacak acak rambutnya sedikit frustasi.

Ternyata gadis itu memang bukan gadis yang biasa biasa saja. Benar-benar di luar dugaannya bahkan di luar dugaan seluruh penonton yang tadi menyaksikannya. Rio kalah telak oleh Ify.

Rio menggeleng-gelengkan kepalanya. Frustasi juga dikalahkan oleh seorang gadis.

“liat aja, ga bakalan gue biarin tu cewe berasa di atas angin karna udah ngalahin gue hari ini!!” gumam Rio dengan penuh penekanan di setiap katanya.

Ify, memang tidak bisa dianggap remeh olehnya.

Bersambung……

5 comments:

  1. Lanjutin donk, masak cuma 2 part ajha

    ReplyDelete
  2. lanjutinn ddongg!!!!!!!

    ReplyDelete
  3. sumprit itu keren banget si ify bisa ngalahin riooo!!! lanjutin lagi dong

    ReplyDelete
  4. temanya gue sukaa... please.. lanjut dong jangan cuma dua part kan bikin penasaran jadinya..



    numpang promo yaa, kunjungi juga blog gue ini: obatkistatradisional

    ReplyDelete